"Never allow someone to be your priority while allowing yourself to be their option."
-Mark Twain
***
"Bagaimana kau bisa disini?" Tanyaku memperhatikan pakaiannya yang kaku dan rapi itu
"Aku sedang menunggu seseorang," katanya datar dan begitu berhati-hati seakan satu kata saja salah maka nyawanya melayang
"Well, orang itu sudah datang!" Ucapku tak memperdulikan fakta bahwa dia disini bukan untukku.
"Lihat! Gedung itu sangat cantik! Ah.. sekarang aku tau kenapa London terkenal dengan kemegahan arsitekturnya," kataku acuh sambil merangkul lengannya dengan leluasa
"Victoria aku—"
"Sudah lama bukan kita tidak berjalan seperti ini?" Potongku, sengaja. Aku tidak mau mendengar penolakannya seperti saat kami masih kecil
Aku hanya ingin bersama dengan pria yang ku cintai selama ini. Walau hanya satu malam. Tidak lebih dari berjalan di malam yang dingin seperti saat ini. Aku tidak apa-apa asalkan bersamanya, Tuhan.
Aku menunggu beberapa saat hingga dapat kupastikan Ollie paham dengan maksudku hingga ia memutuskan mengikuti kemauanku, "aku benar-benar sibuk dengan sekolahku, V. Aku dikirim ke negara asing di pesisir laut tenang tiga tahun lamanya hingga akhirnya aku diangkat menjadi seorang jendral. Namun, sayangnya, seberapa keras pun aku mencoba, suratku tak bisa mencapai pintu rumahmu,"
Aku terdiam. Jadi, selama ini dia berusaha mengabariku?
"Kukira setelah pulang, mereka akan meringankan pekerjaanku. Dan seperti yang bisa kau lihat, mereka enggan membiarkanku pulang ke rumah sebelum perang dingin ini usai," ungkapnya dengan intonasi bak seorang dalang cerita rakyat di pasar ketika membicarakan perang dingin antara Britania Raya dan Kaisar Perancis
Namun, ada yang lebih membuatku penasaran daripada mendengar kabar terbaru tentang delegasi dua negara.
"Apa saat ini kau juga sedang bekerja?"
Ia tak menjawab.
"Pekerjaan macam apa yang di bebankan pada jendral muda sepertimu?"
Ollie tersenyum tipis sebelun membuka mantelnya lalu menyampirkannya ke pundakku
"Tadi aku melihat seorang wanita cantik yang memiliki perangai bak putri sedang memberikan mantelnya pada gadis gelandangan padahal dia tau malam ini sangat dingin,"
Aku tersenyum. Ia membicarakanku
"Lalu?"
"Lalu aku mengikutinya sampai yakin kalau ia adalah bidadari yang kukenal,"
Seketika rasanya pipiku memanas mendengar ucapannya. "Apa sekarang lady sir ini berubah menjadi bidadari di matamu?"
Melihat telinga Ollie memerah, aku tak dapat menahan tawaku melihat reaksi payahnya. Ollie sedang malu-malu! Dia benar-benar tak berubah!
"Oh Tuhan! Semuanya lihat! Sang jendral muda kita tersipu malu!" Pekik ku berpura-pura seakan sedang memberikan pengumuman penting
Tau apa yang ia lakukan setelahnya? Ia tertawa dengan suara baritonnya yang terdengar begitu merdu di telingaku. Hanya dengan mendengar tawanya, rasanya aku sudah bahagia
"Apa kau memiliki kekasih?"
Aku benar-benar menyesalinya setelah kusadari pertanyaan yang keluar dari mulutku. Karena jauh di lubuk hatiku, aku tau, aku belum siap mendengar jawabannya
Ollie diam untuk beberapa saat, sampai ketika ia membuka suaranya, jantungku seakan berhenti berdetak, "Aku sudah bertunangan,"
Aku tak dapat menahan tawaku tuk lepas, "bertunangan? Apa kau serius?"
Ketika ia memberiku tatapan pilunya. Rasanya sakit, amat sakit. Kakiku menolak untuk bergerak karena air mataku tiba-tiba ingin memberontak keluar. Katakan padaku bahwa ini hanya lelucon payah Ollie.
Namun, aku tidak dapat memungkiri bahwa separuh dariku menyadari cintaku bertepuk sebelah tangan.
"Selamat atas pertunanganmu," ucapku memaksakan seulas senyum manis sebelum mataku yang memanas memaksakanku untuk mengalihkan tatapanku dari nya
"Kau senang aku bertunangan?" Suara Ollie terdengar bergetar menahan amarah
Kenapa dia marah? Bukannya aku yang harusnya marah disini?
"Sebagai adikmu, aku turut bahagia," balasku lagi lalu menarik rangkulan tanganku dari lengannya.
Tanpa perlu perintah, kakiku berjalan kembali menuju jalan utama. Status pertunangannya sudah jelas menandakan bahwa tidak ada apapun diantara kami.
"Dasar pembohong!"
Sangat tiba-tiba, tanpa aba-aba apapun. Ollie menarik bahuku, memutar tubuhku hingga masuk ke dalam pelukannya lalu bagaikan mimpi, ia menciumku. Tanganku berusaha mendorong tubuhnya namun, seberapa kuatnya aku mendorong tubuhnya ia tidak bergeming.
Dapat kurasakan punggungku menyentuh batang pohon yang kokoh sesaat sebelum napasku tersengal-sengal.
Aku melepas tautan bibir kami dan mengambil napas sebanyak mungkin. "ini gila!"
Jujur, aku sangat bahagia. Ini mimpi terbesarku. Cinta pertamaku adalah ciuman pertamaku. Tapi, aku tak bisa mengerti kenapa ada sebagian dari diriku menolak membenarkan keadaan ini
Ollie tertawa sebelum kedua tangannya masih setia di pinggangku, "aku tau ini terdengar gila tapi, percayalah, sudah lama aku menunggu kesempatan menciummu," bisiknya dengan suara baritonnya yang terdengar begitu di telingaku
Aku menjilat bibirku yang menyisakan anggur Pinot noir of the East yang mahal dari bibir Ollie. "bagaimana dengan tunanganmu? Apa—"
Ollie membungkamku dengan bibirnya. Dia terus menuntunku untuk membalas ciumannya hingga situasi kami semakin diluar kendali saat aku merasakan tangan Ollie bergerak naik menuju wajahku. Tanganku refleks menjambaki rambut nya, tak kuasa menahan sensasi menggelitik yang ia berikan di tubuhku.
Ketika aku amat menikmati momen ini, Ollie menyudahi tautan bibir kami dan menarikku pergi.
"Kita mau kemana, Ollie?" Tanyaku melihat tingkahnya yang seakan dikejar oleh seseorang
"Kembali ke apartemenku,"
Mendengar itu, aku segera menahan tanganku yang di genggamnya, sehingga mau tidak mau ia berhenti berjalan.
"Kenapa kita harus kesana?" Tanyaku tak mengerti. Taman kota ini sudah teramat sepi untuk kita berciuman tanpa diketahui oleh orang lain
"Apa maksudmu? Tentu saja melanjutkannya," katanya enteng
Aku menarik tanganku dari pergelangannya dan menatap Ollie tak percaya
"Walaupun ini gila tapi aku masih waras! Aku tidak mau tidur dengan orang yang sudah bertunangan!" bentakku
Ollie yang mendengar ku berteriak tampaknya juga ikut terpancing emosi dan mengepalkan tangannya, "pers**** dengan tunangan! Aku tidak mencintainya! Aku mau kau malam ini, Victoria!"
Mendengar hal romantis seperti itu, rasanya mustahil hatiku tak meleleh. Aku mau kau malam ini! Bukankah itu romantis? Tapi kenapa hatiku perih mendengar kalimat itu?
"Victoria,"
Panggilan Ollie seketika menyadarkanku dari pikiranku sendiri dan beralih menatapnya. Menatap wajah tampannya, sorot mata tajamnya, dan bibir tipis yang sangat pandai berciuman itu. Wajah itu adalah wajah pria yang kucintai.
"Ollie, maafkan aku. Aku ingin sekali menjadi milikmu seutuhnya. Tapi, ini semua salah. Kau telah bertunangan, kau-aku tidak ingin membuatmu mematahkan hati wanita lain hanya agar kita bisa bersama," ujarku lirih.
Walaupun aku ingin dialah yang menjadi pertama dalam segalanya namun, hati nuraniku tak mengizinkan ini semua. Apa yang harus kukatakan pada Ayah dan Ibu? Dan terlebih lagi, apa yang harus kukatakan pada Henry?
"Tidak! Aku menunggu momen ini seumur hidupku, aku mencintaimu Victoria. Jauh, jauh sebelum kau beranjak dewasa! Aku sungguh mencintaimu! Semua penantian ini amat menyakitkan bagiku, Victoria"
"Aku tidak dapat berada di sisimu saat kau sedang sedih dan kesusahan. Demi Tuhan, Victoria! Melihatmu tumbuh menjadi wanita dewasa yang begitu cantik sudah membuatku merasa amat sangat menyesal. Aku telah menahan perasaan ini seumur hidupku. Aku tidak mau kehilanganmu, Victoria."
Ollie mengacak rambutnya kesal sebelum berkata, "aku terpaksa bertunangan dengan wanita itu agar orang tua ku berhenti mencurigaiku yang tidak kunjung menikah di umurku yang sudah hampir berkepala tiga,"
Mendengar itu semua, air mataku yang sedari tadi kutahan akhirnya keluar. Mengalir begitu deras. Selama ini, selama belasan tahun aku mencintainya, berpikir bahwa cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Namun, kenyataanya, kami saling mencintai.
Ia juga mencintaiku Tuhan. Ia menungguku dewasa. Ia menahan dirinya selama ini. Oh hanya Engkau yang tau betapa menderitanya ia selama ini..
Dengan perlahan aku mengusap wajah pria yang menjadi cinta pertamaku itu sambil menatap matanya yang memerah. Jendral muda Britania Raya menitikkan air matanya di depanku. Ia terlihat amat menyedihkan sekarang hingga rasanya hatiku juga ikut merasakan betapa menyakitkannya penantian ini.
"Maafkan aku Ollie. Kita berdua tau, kita belum siap. Ini terlalu cepat. Aku tidak bisa membayangkan reaksi Ibu dan Ayah ketika mendengar hubungan kita," ucapku se-lembut mungkin agar ia mengerti
Ollie mengambil tanganku yang mengusap wajahnya dan menciumnya, "aku akan membatalkan pertunanganku. Aku akan meminta dipindah tugaskan ke Perancis. Aku akan lakukan apapun, demi kau, Victoria,"
Mendengar ucapannya, aku tak tau harus berkata apa. Bahagia, pasti. Tapi, menghancurkan hati orang lain demi perasaanku yang masih tidak pasti ini? Aku tidak mau.
"Saat kau telah mempersiapkan hatimu. Temui aku di jembatan Pont de l'Archeveche hari Jum'at tiga minggu dari sekarang,"
Aku memperhatikan mata Ollie yang berbinar, ia terlihat benar-benar putus asa sekarang.
"Kau akan datang kan?" Ucapnya lagi membuatku menelan saliva ku
Jika aku datang maka itu berarti hubungan terlarang ini akan berlanjut. Walaupun aku tidak bisa menjajikan apapun pada Ollie sekarang karena hatiku masih ragu. Tapi di sisi lain, aku ingin memperjuangkan cinta kami. Apa aku siap? Apa aku siap mendapat cercaan dari masyarakat ketika kami bersanding di pelaminan? Apa aku dapat menghadapi wajah penuh kekecewaan adik-adikku ketika mereka mengetahui hubungan kami?
"Victoria?"
Aku mendongak dan tersenyum. "Tunggu aku,"
Setelah itu, Ollie tampak begitu bahagia dan menciumi semua sudut wajahku.
"Terima kasih! Terima kasih Tuhan!"
Aku tertawa melihatnya begitu bahagia, ia berlari mengelilingi. Lalu memelukku hingga mengangkatku tinggi ke udara.
"Nanti ada yang lihat," bisikku sambil menepuk tangannya pelan.
"Maafkan aku. Aku begitu bahagia sekarang," katanya sebelum menurunkan ku. Ia menggemgam tanganku sambil berjalan kembali ke toko Ibu. Ini mimpi kan Tuhan?
Berjalan bersisiran bersama pria yang kucintai. Mantel hangatnya di badanku, serta tangannya yang bertautan denganku.
Katakan ini semua bukan mimpi. Karena mimpi itu hanya sesaat dan memiliki akhir.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Hanachi
pastikan dulu Ollie sudah memutuskan pertunangannya.
2024-03-19
0
Hanachi
udah tunangan tapi masih bisa ngelempar gombalan ke Victoria. dasar cowok /Smug/
2024-03-19
0
Selvi Tyas
lop yu thor🥰🥰🥰🥰🥰💪💪💪
2021-08-14
0