Part 5: a Day With Him

Sudah seminggu lamanya Pangeran manja itu tinggal di rumah kami, dan sudah seminggu lamanya aku berdo'a agar ia lekas pergi dari sini. Hari-hariku selalu tak sama jika dia ada di sisi ku. Seperti sekarang, kau bisa mendengar suara dengkuran halusnya di tengah pelajaran matematika.

Ntah karena telinga Profesor Leopoldovno memang sudah tidak terlalu berfungsi atau memang dia sudah terbiasa dengan suara itu tapi, yang pasti, aku sudah tidak tahan lagi mendengarnya

"Bisa kau tutup mulutmu dan tidur dengan tenang!?" Ucapku setengah berteriak yang membuat guru Matematika ku ikut terkejut saat menulis rumus di papan tulis

Aku memberi maaf lewat gerakan kepalaku kepada Mr. Leopoldovno sebelum memberi Pangeran Henry yang baru bangun itu tatapan garang

"Bisa kita sudahi disini, Mr. Leopoldovno? Aku ingin istirahat,"

Guru Matematika ku itu tampak ingin menolak namun, ia kembali menghirup napas panjang sebelum berkata, "tentu saja, Yang Mulia,"

Melihat semua itu aku mengangkat kedua tanganku frustasi, "bagaimana mungkin seorang profesor sepertimu menuruti kemauan anak umur sepuluh tahun?" Kataku tak terima

Profesor Leopoldovno yang sedang mengemasi buku-buku nya hanya tersenyum padaku sebelum pergi dari sini. Melihat itu aku kembali menatap Henry yang dengan seenak kepala kembali tidur

"Apa kau sekarang puas mengusir guruku?" Kataku sinis sambil bersedekap. Aku tau ia hanya pura-pura tidur karena sekarang ia membuka matanya dan balas menatapku

"Profesor tua itu tampak letih, kakinya saja bergetar karena tak bisa menopang tubuhnya," ucapnya santai sambil menyandarkan badannya ke badan kursi

Aku terdiam sesaat sebelum memutar ingatanku sepersekian menit yang lalu. Benar juga apa yang dikatakan Pangeran muda ini, Profesor Leopoldovno itu tidak membawa tongkat kaki tiganya seperti biasa dan dia telah berdiri selama empat puluh lima menit lamanya

"Lalu, kapan kelas tata perilaku kebangsawananmu?"

Aku mengernyit, "untuk apa kau bertanya?"

"Aku hanya penasaran darimana perilaku barbar mu itu berasal,"

Perkataanya berhasil membuatku melongo, dia cukup pandai sarkastik seperti itu.

"Hahahaha, wajahmu lucu sekali! Kau harus lihat dirimu sendiri di depan cermin betapa miripnya dirimu dengan nenek-nenek!"

Aku memutar mataku sebelum beranjak dari kursi hendak pergi menjauh dari Pangeran menyebalkan itu

"Hei! Kau mau kemana?"

"Kemana saja asal tidak berada di dekatmu!" Balasku

"Maria!"

Aku terdiam di tempat ketika ia memanggil nama pelayan setia ku itu, mau apa dia memanggil pelayanku?

Maria yang memang selalu siap siaga di balik pintu ruang belajarku, segera masuk dan datang memenuhi panggilan Pangeran itu, "Anda memanggil saya, tuan muda Henry?"

Aku berbalik dan menatap keduanya tak habis pikir. Sekarang Henry berlagak seakan ia berkuasa di rumah ini!

"Bisa kau katakan pada Mr. Maxwell jika aku ingin membatalkan perjanjian kami?"

Dari sini, aku bisa melihat wajah Maria berubah pucat mendapatkan perintah seenaknya dari pangeran itu. Pelayanku itu menatap aku dengan wajah penuh ketakutan

"Apa yang kau lakukan disana? Cepat laksanakan!" Titah pangeran itu lagi ketika melihat Maria tak bergerak se-centi pun dari tempatnya semula

Aku membuang napasku kesal sebelum menghampiri keduanya dan memberikan buku ku pada Maria, "tolong kembalikan buku ku ke kamarku dan bilang pada Mr. Leopoldovno kalau aku tidak bisa mengikuti kelasnya sore ini," pintaku sebelum menatap pangeran muda itu

Mendengar penuturanku, Henry tersenyum lebar, "kalau begitu, kau bisa bilang pada Mr. Maxwell kalau aku akan mempertimbangkan kembali perjanjian kita,"

Tanpa menunggu Henry berjalan mendahuluiku, aku menarik tangannya dan membawanya ke luar mansion kami

"Untuk kali ini, aku akan menbiarkanmu menyentuh ku karena kita adalah teman,"

Aku memutar mataku lagi sebelum kembali berjalan hingga kami tiba di base camp kebanggaan aku dan Ollie.

"Apa ini? Kau membawaku ke kandang ayam?"

Aku mengabaikan segala komentarnya tentang rumah pohon kami dan fokus mencari pedang kayu yang biasa ku gunakan untuk bermain bajak laut

"Tangkap!"

Ia menangkap pedang mainan kami dengan baik, "Ranting pohon oak? Apa kau bercanda?"

"Jangan banyak bicara atau kau akan kalah di medan perang!" Ujarku sebelum menyerangnya dengan pedang kayuku, memulai permainan kami

Sisa hari ku kuhabiskan bersama Henry dan membuatku mengubah pandanganku tentangnya. Dia sangat menyenangkan karena ia tak suka kalah. Dia tidak menganggapku sebagai

gadis lemah maka dari itu kami bermain dengan amat adil.

Kami bertarung, berlari, hingga tertawa bersama sampai matahari terbenam dan Maria mencariku.

"Besok aku akan mengalahkanmu!" Seru ku sambil berjalan mendahuluinya

"Jangan berharap!" balasnya sambil menjulurkan lidah dan mendahuluiku

Dengan geram aku mendorong tubuhnya dan berlari mendahuluinya, "yang tiba terakhir, dia yang kalah!" Seru ku menoleh ke belakang sambil tertawa mengejek

Henry langsung berlari mengejarku dan kami saling berlomba untuk tiba di rumah lebih dahulu.

"Nona! Pangeran! Hati-hati!" Teriak Maria yang kami tak hiraukan

Kami terus tertawa sambil mendorong bahu kami masing-masing agar dapat mendahului satu dengan yang lain. Aku terus berlari sambil fokus melihat Henry yang berada di depanku, hingga aku berhenti berlari ketika aku melihat wajah Ayah di depan teras.

"Ada apa denganmu? Kau suka kalah ya?" Ejek Henry masih tidak menyadari posisi Ayah yang berada beberapa langkah di depannya sampai ia sendiri menabrak badan Ayah

Henry reflek melihat siapa yang ia tabrak, "maaf, Mr. Maxwell," ujarnya yang dibalas dengan anggukan kepala Ayahku

"Tidak apa-apa. Tapi, sepertinya kau harus ke ruang tamu sekarang," ujar Ayah yang terdengar bagai titah Raja di telinga kami

Henry tak meninggalkan komentar apapun dan langsung masuk ke dalam, sementara aku berjalan sambil menundukkan kepalaku, "maafkan aku Ayah, tadi—"

"Tidak apa-apa, aku tau kau suka bermain disana. Tapi, besok lagi, jangan membuat Ayah khawatir dengan pergi sendirian. Paham?"

"Paham, Ayah,"

"Bagus kalau begitu,"

"Maria, bawa anakku ke kamarnya,"

Maria mengangguk sambil menggemgam tanganku dan membawaku masuk ke dalam rumah. Ketika kami melewati ruang keluarga, aku mengambil kesempatan dengan mengintip ke arah ruang tamu yang ternyata banyak sekali pengawal kerajaan disana.

Dalam hati, aku ingin sekali mengetahui apa yang sedang terjadi tapi, belum sempat aku menyeruarakan pertanyaanku, tanganku telah ditarik terlebih dahulu.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Hanachi

Hanachi

bukankah Pangeran Henry seumuran dengan Alex ? Alex adiknya Victoria kan ?

harusnya umur Pangeran Henry lebih muda dari Victoria. bukankah umur Victoria belum genap sembilan tahun ?

2024-03-18

0

Selvi Tyas

Selvi Tyas

🥰🥰🥰💪💪💪

2021-08-14

0

Rie

Rie

mau masuk ke dunia kedokteran?
Cerita tentang dokter wanita muda dan peliknya kehidupan yang menderanya. Akankah kebahagiaan itu datang menghampirinya?

" Serpihan Hati: Cukuplah Sudah "


Mampir ya....😘😘🤗🤗🤗

Makasiihhh...

2020-06-18

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!