Part 4: Declaration

"I do a thing called what I want,"

-Prince Henry

***

Usai di marahi oleh Ayah akhirnya aku keluar dari ruang kerjanya dengan penuh perjuangan.

"Betapa bodohnya aku!" Maki ku pada diriku sendiri karena telah membuat keluarga kami dalam bahaya. Di era krusial seperti ini, hanya karena satu ucapan sembarang, keluarga kami bisa terancam berakhir di tangan algojo.

Dengan sedikit terpaksa, aku menghampiri keluarga kerajaan yang sedang minum teh. Sesaat ketika aku baru beberapa meter dari mereka, suasana berubah.

Semua pasang mata langsung tertuju padaku, Nenek Margaret pun menatapku dengan tatapan yang membuat nyaliku menciut. Aku menggeleng sebelum perlahan aku merendahkan diriku, menyentuh lantai, hingga posisi berlutut di hadapan seluruh keluarga kerajaan

Aku menatap sekilas Ayah, Ibu, dan adik-adik ku yang duduk di sampingku lalu menarik napas sebanyak mungkin. Ini saatnya

"Aku mohon maaf sebesar-besarnya atas semua tindakan gegabah ku yang berperangai bak seorang lady yang tidak di didik dengan baik. Ampuni aku karena telah dengan lancang menyentuh Yang Mulia Pangeran Henry serta mencoreng nama baik keluarga kami. Untuk itu aku mohon Yang Mulia untuk menerima permohonan maafku,"

Terlepas dari kekesalanku karena pangeran itu mendorong adikku begitu saja, aku tetap berada lebih rendah daripada nya.

Sikap ku benar-benar bisa membawa aku dan keluarga ku menuju tiang gantung karena telah bertindak kurang ajar

Mendengar semua hukuman yang telah Ayah sebutkan karena tindakanku, aku benar-benar menyesal. Kenapa aku bertindak bodoh dengan menyerang keluarga kerajaan?

"Oh, my dear darling. Aku telah mengampuni mu sedari kau tiba disini. Tapi, aku takut, pengampunanku tidaklah cukup untuk menyelamatkan kau dan keluargamu dari hukum yang berlaku,"

Mendengar ucapan Nenek Margaret. Seluruh bulu kudukku bergetar. Apakah ini akhir dari keluarga kami? Apa namaku akan dikenal sebagai bangsawan yang telah menodai nama keluarganya karena tindakan yang melanggar norma?

Air mataku segera mengalir deras membayangkan aku akan mati di usiaku yang baru genap sembilan tahun. Aku tidak mau mati seperti ini, aku masih ingin mendengar cerita dari Philips, aku masih ingin bertemu dengan Ollie, aku masih ingin menikah.

"Ampuni aku Yang Mulia. Ampuni aku," ucapku memohon dan menatap kedua Paman pangeran yang bahkan wajahnya saja tak berubah

"Kecuali, pangeran Henry mengampunimu," perkataan Nenek Margaret menghentikkan tangisanku seutuhnya

Aku menatap pangeran yang telah berganti pakaian itu nanar. Wajah angkuhnya, senyum licik nya, dan kaki mungilnya itu. Oh astaga! Apa aku harus memohon ampun padanya?

Aku menatap Nenek Margaret yang menyungging senyum lembutnya, lalu beralih menatap kedua orang tua ku yang menatapku seolah berkata —lakukan itu sekarang— dengan mata mereka

Aku menyapu air mataku dengan ibu jariku sebelum berdiri dan berlutut di depan pangeran yang umurnya jauh lebih muda dari ku itu

Dengan berat hati aku mulai berbicara

"Yang Mulia Pangeran Henry, aku, Victoria Heart Maxwell ingin meminta permohonan mu atas—"

"Aku akan mengampuni mu tapi dengan satu syarat,"

Aku mengadahkan kepalaku, dengan berani menatap manik kelabu nya yang ku prediksi akan mengeluarkan sesuatu yang akan merubah takdirku

Kedua orang tuaku yang mengatakan apa-apa pun, mereka tampak menahan emosi di tempat mereka. Wajah khawatir mereka akan selalu kuingat, dan tentu saja wajah penuh kesombongan milik pangeran muda ini tidak akan pernah kulupakan

"Juru tulis!" Tiba-tiba pangeran muda ini memanggil pelayannya yang berhasil membuat seisi ruangan terasa mencekam

"Mau apa kau memanggil juru tulis, pangeran?" Tanya salah seorang paman yang duduknya bersebelahan dengan Pangeran Henry

Bocah laki-laki itu tersenyum lalu saat juru tulis yang ia panggil itu datang, ia segera mengutarakan maksudnya

"Tulislah sebuah perjanjian darah, kalau wanita bar-bar ini, akan menuruti semua keinginanku dan jika ia berani menolak keinginanku, maka taruhannya adalah nyawanya," deklar sang pangeran berhasil membuat jantungku terasa seakan lepas begitu saja

Seisi ruangan menjadi heboh dengan deklarasi pangeran muda itu tak terkecuali Nenek Margaret yang segera menarik tangan bocah laki-laki itu "Jangan sembarangan membuat perjanjian, pangeran! Nyawa seseorang bukanlah taruhan,"

"Benar pangeran. Apakah permohonan maaf anak ku tidaklah cukup untuk mendapatkan ampunanmu?" Sambung Ibuku yang kini bergelinangan air mata

"Duke George, ini sudah kelewatan batas. Nyawa putriku menjadi taruhannya," ucap Ayah pada paman yang duduk di sebelah pangeran

Aku mengepalkan tanganku saat melihat keadaan sekitarku berubah seperti ini hanya karena ucapan bodoh laki-laki di depanku itu. Namun, aku tak bisa berkata apapun saat juru tulis itu telah usai menuliskan surat perjanjian nya dan menyodorkan surat itu padaku dengan pena bulu berlambang kerajaan

Aku kembali menatap bocah laki-laki yang tetap tidak mau berbicara walaupun telah di desak oleh keluarganya.

"Kalau ini dapat mengampuni nyawa kami. Maka apa boleh buat," kataku lalu dengan berat hati, aku pun menandatangani surat perjanjian konyol itu dan kemudian Sang juru tulis kerajaan pun mencap nya dengan cap kerajaan lalu kemudian, menggulungnya dan men-stempel surat itu dan mengundurkan diri

Nenek Margaret tak bisa berkata apapun lagi selain menenangkan Ibu dan Ayahku yang tak bisa menahan emosi mereka

Aku baru tau, di dunia seperti ini, kekuasaan ternyata bisa mengambil nyawa gadis kecil sepertiku begitu saja.

Rasa kesalku semakin menjadi saat pangeran itu membuka mulutnya lagi, "Permintaanku yang pertama adalah jadilah temanku," katanya dengan tangan yang di ulurkan padaku

Mendengar itu, aku bisa melihat wajah Ayah, Ibu serta seluruh orang yang ada di ruangan ini bernapas lega.

Aku menerima uluran tangannya, dan memaksa kakiku untuk berdiri walaupun rasanya kakiku mati rasa

"Senang bisa berteman denganmu, Paduka pangeran," kataku lalu meremas jabat tangan kami hingga aku bisa melihat wajah pangeran itu kesakitan

Setelah melihat nya kesakitan, aku segera melepas jabat tangan kami.

"Mengesankan. Kau memiliki tangan yang kuat," katanya dan kubalas dengan senyum manisku

Well, sepertinya, menjadi temannya bukan lah sesuatu yang buruk.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Hanachi

Hanachi

kecil kecil udah pandai bikin strategi

2024-03-18

0

Hanachi

Hanachi

ini bocil satu songong banget ya.

2024-03-18

0

Sri Astuti

Sri Astuti

licik jg nih pengeran kecil

2022-03-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!