Part 3: Meet the Prince

"I could easily forgive his pride, if he had not mortified mine,"

-Jane Austen, Pride and Prejudice

***

Kelembaban udara siang ini terasa amat kering. Ritme musim perlahan berubah yang secara tak langsung menandakan pergantian musim telah tiba. Pohon-pohon tampak segar dengan warna hijau cerah mereka diterpa sinar mentari pagi. Burunt-burung berkicau merdu memanjakan siapa saja yang mendengarnya. Gumpalan awan putih bersih di langit biru semakin memperjelas bahwa musim panas telah tiba.

Aku tersenyum sembari menikmati hembusan debu bunga matahari yang masuk ke dalam ruang belajarku yang memang berada di lantai dasar.

"Akhirnya musim telah berganti," ucap Maria yang juga menghirup aroma yang sama denganku

Kenikmatan yang diberikan Tuhan pada rumah kami benar-benar memanjakan penghuninya. Alangkah bahagianya jikalau Ollie juga dapat menikmati musim panas ini disini.

"Apa aku memiliki waktu bebas sore ini?" Tanyaku pada Maria yang memang biasanya mengatur jadwal harianku

"Sayang sekali, Nona. Anda tidak memiliki waktu luang, karena sore ini, tamu dari kerajaan akan tiba,"

Aku menegakkan punggungku yang semula bersender di dinding balkon ke posisi sikap sempurna. Dengan penuh rasa kecewa, aku pun berjalan masuk kedalam dan duduk di kursi kayu tempat aku menghabiskan waktu di ruangan ini. Sepertinya, hari libur pun anak gadis seperti ku tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

"Kalau begitu, apa kau mendengar kabar dari keluarga Mountesque?"

Maria menggeleng, saat ia ingin mengatakan sesuatu, aku segera mengangkat tanganku. "Tidak perlu, aku sudah tau,"

Mungkin minggu berikutnya Ollie akan pulang. Pikirku, menyakinkan diriku sendiri kalau sahabat ku itu akan menepati janjinya untuk kembali

***

Ketika tamu dari kerajaan yang tadi dibicarakan Maria itu tiba, aku bersiap untuk menyambut mereka di ruang tamu bersama seluruh keluarga ku.

Suara kereta kuda yang mulai memasuki mansion kami membuat keriuhan di rumah ini hening seketika. Para pelayan yang berlari kesana kemari segera berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan masuk mansion kami

"Victoria, tegakkan punggungmu," tegur Ibu yang kemudian segera aku lakukan

Aku mencuri pandang ke arah Ibu dan dari sini, aku bisa melihat jikalau wajah Ibu yang berdiri di sampingku terlihat cemas

"Ibu? Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku karena wajah Ibu memucat. Selama ini aku tidak pernah melihat wajah Ibu berubah seperti itu bahkan ketika Nenek menyicipi masakan Ibu yang kutau memang tidaklah seenak buatan Florest, ia tidak pernah se-gugup seperti saat ini

Ibu tidak mengindahkan ucapanku dan hanya membalas pertanyaanku dengan sebuah senyuman. Ketika aku hendak kembali menanyakan kabarnya, perhatianku teralihkan oleh suara seseorang yang berjalan kearah kami dengan wajah berseri-seri

"Oh! Inikah Putri Maxwell yang terkenal cantik jelita itu?" Ujar seorang nenek yang langsung memelukku erat

Aku menatap wajah Ibuku yang tersenyum dan menangkap sinyal nya untuk segera merespon, "salam kenal dengan anda, Yang Mulia Ratu," ujarku sekenanya

"O-oh! Panggil aku Nenek Margaret,"

Ia melepas pelukanku diikuti datangnya dua pria dengan setelan jas mahal bersama Ayahku. "Perkenalkan, putriku, Victoria,"

Paman-paman yang berwajah tegas itu tersenyum padaku sebelum menjabat tanganku. "Senang berkenalan denganmu, Victoria." kata salah seorang dari mereka sebelum lanjut berbincang dengan Ayahku

"Seperti yang diharapkan. Luar biasa," ujar Paman yang tampaknya selalu tersenyum, setelah menggemgam tanganku, ia berjalan melewati untuk mengikuti Ayah

Terakhir, seorang anak lelaki yang kuperkirakan berumur sama seperti Alex mendatangiku dengan lima orang pelayan yang berjalan terbirit-birit mengikuti langkahnya. Anak lelaki itu menatapku dengan angkuh sangat tidak sesuai wajahnya yang imut. Detik selanjutnya, ia berjalan melewatiku begitu saja seakan aku hanya patung penghias ruangan

"Pangeran Henry! Tunjukkan sopan santunmu," tegur Nenek Margaret. Tapi, jangankan menoleh, pangeran kecil itu bahkan tidak mau memandang ke arahku

Dasar sombong! Batinku memaki perilaku kebangsawanannya itu

"Mohon dimaklumi ya sayang, Pangeran Henry tampaknya sedang dalam suasana hati yang tidak baik," ujarnya lembut

Aku membuang rasa kesalku dan tersenyum pada Nenek Margaret, "tidak apa-apa, aku mengerti. Adik-adikku juga biasanya mengabaikanku kalau mereka sedang mengalami hari yang buruk," kataku.

Lalu Nenek Margaret menggandengku berjalan menuju ruang makan kami bersama Ibu di sisi kirinya

"Henry anaknya aktif sekali. Di Istana, dia biasanya senang bermain kuda, polo, dan semua jenis permainan. Namun sayangnya, beberapa hari yang lalu, anjing kesayangannya mati. Mendengar kabar itu, Henry jadi sering marah-marah,"

Aku mendengar cerita Nenek Margaret dengan sabar karena selama makan malam berlangsung aku bisa melihat bagaimana tingkah laku pangeran muda itu yang begitu kasar.

Dia tidak menyentuh makanannya dan dengan sengaja menumpahkan gelas anggur hingga tumpah ke gaun pesta Ibuku yang duduk di sampingnya.

Demi Tuhan, kalau bukan karena ada Ayah dan Ibu di depanku, aku akan memukul kepala pangeran manja itu sekarang juga.

"Pangeran Henry! Jaga sikapmu!"

Baru kali itu aku mendengar Nenek Margaret berbicara dengan amat tegas. Ia bahkan meminta maaf atas perlakuan cucuknya kepada kami

Usai dimarahi seperti itu, Henry tampaknya amat sangat kesal, ia melipat kedua tangannya dan membisu.

"Pangeran Henry, apa kau mau mencicipi pie Apel buatanku?" Tawar Ibuku beramah tamah saat piring dessert kami telah tiba.

Aku memperhatikan keduanya sembari memotong pie Apel menjadi potongan dadu. Lihat saja, kalau dia berlaku kasar pada Ibuku, dia akan tau akibatnya.

"Terima kasih. Tapi, aku sudah kenyang," jawabnya lalu kembali diam

Ibuku menghela napasnya lalu kembali mengobrol dengan keluarga kerajaan yang lain.

Ketika makan malam telah usai, keluarga kerajaan menetap lebih lama untuk minum teh sekaligus membicarakan bisnis dengan Ayahku.

Aku, Louis, dan Alex dipersilahkan untuk bermain bersama pangeran muda yang suka marah itu. Benar saja demikian, karena waktu Louis tak sengaja menginjak puzzle yang ia telah rangkai, pangeran manja itu mengamuk lalu mendorong adikku hingga jatuh terjerembab di lantai.

Louis yang malang menangis sejadi-jadinya mendapat perlakuan seperti itu dari anak yang lebih tua darinya. Melihat semua itu, aku dan Alex segera bertindak. Alex menenangkan Alex sementara aku tidak bisa tinggal diam melihat adikku di sakiti oleh pangeran manja ini.

Dengan langkah lebar aku berlari kearahnya lalu setelah itu, aku melakukan hal yang tidak pernah di lakukan seorang anak bangsawan manapun.

Aku mendorong Henry hingga jatuh dna mencekik Henry dengan kedua tanganku.

"Berani sekali kau menyentuhku wanita barbar!" Henry yang tak terima pun bergulat denganku dan mendorongku hingga ia berhasil duduk diatasku

"Lepaskan aku, dasar pangeran manja!" Erangku saat ia mencekik ku balik

"Kau yang mulai duluan!" Bentaknya padaku

Cengkramannya pada leherku tidak begitu erat membuatku bisa leluasa menendang tubuhnya. Aku hendak mencakar wajahnya saat tiba-tiba, badanku ditarik kebelakang dan sebuah tangan menahan bahuku

"Berhentilah Victoria! Kita bisa dimarahi Ibu!" Ujar Alex ketakutan

Aku tak mau menurut dan menendang-nendang udara dengan harapan dapat mengenai tubuh Henry yang berada di depanku

"Lepaskan aku, Alex! Aku ingin memberikan pelajaran untuk pangeran muda itu agar tidak memperlakukan orang seenaknya!" Kataku sebelum melepaskan pegangan Alex dan mengejar Henry yang berlari keluar dari ruang bermain kami

"Tolong aku Nenek! Ada wanita gila yang mengejarku!" Henry berteriak sembari berlari menuruni tangga dengan cepat

"Kau yang gila! Dasar pangeran manja!" Balasku, lalu mengangkat ujung gaunku dan berlari menuruni anak tangga

Langkah kakiku yang jauh lebih cepat dari sepatu kecilnya itu membuatku berhasil menarik ujung kerah pakaiannya yang membuat pangeran muda setinggi bahuku itu terjungkal ke belakang

"Dapat!" Kataku

Semangatku untuk membalas dendam menghilang saat aku melihat mata pangeran muda itu tergenang air. Wajahnya memerah, bibirnya membentuk huruf U terbaik yang jelek sekali. Detik selanjutnya, pangeran manja itu meraung keras dengan suara paraunya

"Hei! Kemana perginya pangeran angkuh yang tadi mencekik ku?" Ucapku berusaha menenangkannya atau tidak, aku akan berada dalam bahaya

Dia tidak berhenti dan menangis dengan air mata buaya nya itu. Tak sampai semenit dia mulai menangis, para pelayan berlari ke arahku, diikuti suarah tapak kaki yang kuhapal betul punya siapa

"Victoria Heart Maxwell!"

Suara Ayahku

Aku lekas berdiri dari posisiku yang berjongkok, lalu berbalik dan menghadap menemui Ayah dan seluruh keluarga kerajaan yang menatapku dengan mulut terbuka

"Aku bisa jelaskan—"

"Ikut Ayah sekarang,"

Aku menyempatkan diriku untuk melihat sekilas wajah Henry yang sudah berhenti menangis dan menyungging senyum penuh kemenangannya itu.

Awas saja kau! Batinku lalu kembali menghadap depan dan mengikuti Ayah masuk ke ruangannya

***

TBC

Terpopuler

Comments

Hanachi

Hanachi

Alex menenangkan Alex ?

mungkin maksudnya Alex menenangkan Louis.

2024-03-18

0

Sri Astuti

Sri Astuti

mau dijodohin mlh kelahi😁😁😁

2022-03-21

0

rhien90

rhien90

Iieeww...gemes sama Henry... Rasanya pengen nampol dehh

2020-10-03

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!