Part 2: The End of Summer

"In every girl life; there's a boy she'll never forget and a summer where it all began,"

-pinterest

***

Hari-hari berlanjut, musim panas sudah hampir berakhir, dan itu artinya perpisahan.

"Apa kau benar-benar harus pergi ke sekolah private itu?" Tanyaku untuk kesekian kalinya sambil fokus menggiring bola melewati Ollie

Sore ini, seperti hari-hari sebelumnya, kami bermain bersama di base camp kami. Kali ini kami bermain bola kaki.

"Tentu saja. Bagaimanapun pendidikan bagi seorang bangsawan adalah yang utama," jawabnya, sambil mencekal kakiku

Aku segera mengantisipasi gerakan nya dengan menendang bola yang kubawa agar melambung ke atas, "berapa lama kau akan pergi?"

Aku berhasil melewati Ollie dan menggiring bolaku dan berhasil mencetak satu gol menembus pertahanan Alex

"Yes! Kita menang! Satu—kosong!" Pekik Louis kegirangan, pria kecil itu berlari mengelilingi lapangan bola sambil berteriak

Melihat itu kami bertiga memutuskan untuk menyudahi permainan kami dan duduk di kain piknik yang telah aku sediakan untuk makan siang kami

Ollie duduk sambil menegak air minum yang telah kusiapkan, sementara Alex telah membuka bajunya dan tiduran saat Ollie menjawab pertanyaanku

"Aku tidak tau berapa lama sekolahku akan berakhir,"

"Apa kau tidak akan pulang kembali?" Alex yang sedari tadi tidur segera bangun, ia terkejut, begitu juga aku

"Apa kau tidak bisa mempelajari ilmu pemerintahan monarki di rumah saja? Maksudku, kami akan merindukanmu," tambahku

Ollie menatap kami bertiga bergantian lalu kemudian aku melihat seulas senyum tipis membingkai wajahnya. "Akan aku usahakan, musim panas yang akan datang, aku akan kembali,"

Aku tersenyum dan mengangkat jari kelingking ku, "pinky swear?"

Ollie tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "pinky swear,"

Alex dan aku tersenyum penuh semangat, "Louis! Kemari lah! Jangan berlari terus! Ada berita penting!"

Mendengar suara Alex memanggilnya, adik kecilku itu segera duduk di sisi kami dan mengambil sandwich dengan tangan nya, "ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

Aku memandang adik kecilku yang telah bermandikan keringat lalu mengelap keringatnya dengan sapu tanganku sambil berkata, "Ollie tidak akan bermain bersama kita mulai besok,"

"Ke-kenapa Ollie? Apa Louis nakal?"

Ollie yang tampaknya kasihan segera merangkul adik kecilku itu, "Ollie hanya pergi sebentar. Ollie akan pulang musim panas nanti,"

Louis yang memang sangat menyayangi Ollie tampak sangat sedih karena sekarang ia mulai menangis, "Ollie jangan pergi. Louis tidak akan nakal lagi, Louis akan tidur siang,"

Lalu Louis menangis kencang. Melihatnya aku merasa iba dan segera memeluk adikku itu. "Louis anak yang baik, sudah, sudah,"

***

Keesokan harinya Louis masih menangis saat kami bersama-sama mengantar kepergian Ollie.

"Tumbuhlah menjadi gadis yang santun selayaknya seorang putri. Jangan bermain bola bersama pria lain, jangan lagi melewatkan kelas tata laku kebangsawanan. Jangan melupakanku, putri kecilku," katanya memberikan wejangan sebelum memelukku dan memberiku mahkota dari bunga-bunga yang paling aku suka itu

Aku tersenyum menerima mahkota bunga yang ia pakaikan ke atas kepalaku lalu ia lanjut berbicara pada Alex dan Louis, "jaga kakakmu ya! Aku mengandalkan kalian,"

Alex dan Louis segera berdiri tegap dan memberi hormat, "aye aye kapten!"

Kemudian Ollie mengucapkan selamat tinggal dengan Bibi Emily, Ibu, dan Ayahku, lalu menyusul Paman Sandre yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam kereta

Aku melambaikan tanganku sampai kereta kudanya menghilang dari pandangan. Saat aku membalikkan badanku, Alex dan Louis sudah menghilang dan berlari menuju kamar mereka.

"Victoria, mari nak," kata Ibu ku lalu merangkulku dan membawaku masuk

Sore harinya, pelayanku, Maria mengetuk pintu kamarku, menginterupsiku dari kegiatan melukis

"Iya, masuk!" Kataku sambil kembali melanjutkan lukisanku

"Nona Victoria, Tuan dan Nyonya memanggil anda untuk acara minum teh dengan calon guru anda,"

Aku meletakkan kuasku lalu bersedekap, "aku tidak mau bertemu guru cerewet itu!"

"Tapi dia sudah jauh-jauh kemari, Nona,"

Mendengar itu mau tidak mau aku harus menemui wanita berambut pirang itu.

"Baiklah, kalau begitu, saya akan membantu anda bersiap-siap,"

Saat aku hanya tinggal berjarak dua meter dari pendopo itu, aku bisa menguping pembicaraan mereka bertiga.

"Apa kau melihat cara Ollie memperlakukan putri kita?" Ayahku bertanya

"Dia amat baik menemani putri kita," Ibuku menjawab

"Aku berpikir dia terlalu berlebihan, dia memperlakukan putri kita seakan-akan Victoria adalah adiknya,"

Ibuku tampak menahan tawanya sebelum menjawab, "sudahlah, bagaimana kalau kita memasukkan putri kita ke sekolah khusus wanita yang terkenal di Paris?"

Mendengar itu aku langsung berlari menemui mereka. "Aku tidak mau pergi dari sini!" kataku menentang kemauan Ibu dan Ayah

"Victoria Heart Lionel Maxwell, jaga cara bicaramu!" tegur Ibu membuatku menunduk kesal

"Maafkan saya, Nyonya. Ini kesalahan saya karena menganggu Putri Victoria saat melukis," ungkap Maria membelaku

Aku mendengar Ayahku berdehem lalu ia berucap, "bangunlah anak ku, duduklah, ada hal penting yang akan kita bahas,"

Aku menurut lalu duduk di kursi yang telah disiapkan untukku yang tentu saja bersebelahan dengan wanita yang memiliki dandanan mencolok itu. Namun, baru saja Ibuku hendak bicara, Florest menyela kami

"Maafkan atas kelancanganku memotong pembicaraan kalian," katanya

"Ada apa, Florest?" tanyaku senang, setidaknya kami tidak akan memulai pembicaraan yang membosankan lagi

"Tamu anda sudah datang," ujarnya lalu mengundurkan diri.

Aku menatap wajah kedua orang tuaku yang saling tersenyum bahagia. Rasanya ada yang tidak beres.

Dan benar saja, intuisiku tak pernah salah. Karena tak lama setelah Florest mengundurkan diri, empat orang wanita yang mengenakan seragam bak suster di Gereja pun muncul.

"Selamat sore, Nyonya dan Tuan Maxwell," sapa mereka serempak

Aku diam-diam memutar mataku malas. Apalagi sekarang?

"Mari-mari, silahkan duduk," undang Ibuku dan para wanita itu menurut

"Victoria, mulai sekarang, setiap hari Senin, Rabu, dan Jum'at, kau akan diajarkan berdansa dengan Miss Roseline," Ibuku memperkenalkan wanita cerewet yang selalu mengomeliku kalau aku salah gerak itu

Senyum tipisku dibalas dengan wajah angkuhnya. Oh Tuhan, kenapa Ibuku memperkerjakannya?

"Kemudian untuk tutor bahasa Perancismu, Madam Samantha akan mengajarimu setiap hari, lalu Madam Abelia akan menjadi tutor tata krama mu yang baru, dia diutus langsung dari kerajaan. Sementara untuk kelas Filsafat mu, Madam Bernadia yang akan mengajarimu setiap hari. Lalu literaturmu akan di bimbing oleh Mrs. Chalisa dia juga merupakan tutor Ibu dulu,"

Ibuku memberi jeda dan tersenyum kepada nenek-nenek yang memakai kacamata tebal di hadapanku. Aku meringis membayangkan hari-hari yang kuhabiskan dengannya. Pasti membosankan!

"Oh Ibu hampir saja lupa, pelajaran embroidery mu akan ditangani langsung oleh seniman dan pianist kondang kenalan Ibu, Madam Margaret. Serta Mr. Leopoldovno yang akan mengajarimu berhitung,"

Mendengar semua nama-nama asing yang Ibu sebutkan, aku yakin, hidupku akan benar-benar membosankan mulai saat ini. Oh Ya ampun, enak sekali menjadi Louis.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Hanachi

Hanachi

nanti juga akan tiba giliran buat Louis 😄

2024-03-18

0

Hanachi

Hanachi

lebih tepatnya, kelas tata krama kebangsawanan.

2024-03-18

0

Sri Astuti

Sri Astuti

kehidupan bangsawan itu rumit, terutama buat ceweknya..

2022-03-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!