diruang makan kami yang tidak seberapa, ada TV yang sedang menyala dan menyiarkan berita tentang kejadian alam yang baru saja terjadi di kota palu. dua delapan Sepetember dua ribu sembilan belas, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Palu yang ke empat puluh tahun.
pembawa berita menjelaskan jika, hal itu terjadi tepat pada pukul delapan belas kosong dua Wita, gempa berkekuatan tujuh koma empat skala richter berhasil mengguncang Kota Palu, dan selang sepuluh menit kemudian sunami menerpa masyarakat yang tidak sempat menyelamatkan diri hingga kejadian itu menelan ribuan korban yang sampai saat ini belum bisa diperkirakan dengan pastinya. jujurnya hati merasa prihatin, tapi dalam benakku berprisangka bahwa
"Mungkin manusia kini terlalu banyak lalai hingga tuhan memberi ultimatim yang menggiris sukma banyak orang".
sedang makan lalu menyaksikan beberapa orang menjerit menanggis meratapi beberapa mayat keluarganya adalah hal yang sukses membuat selera makan kami hilang sepenuhnya.
waktu terus berputar dan tidak bisa dihentikan jadi kami akhirnya meninggalkan rumah lalu beraktivitas seperti biasanya. biarpun aku sudah meninggalkan rumah, pikiranku tetap terarah pada mereka yang sedang menderita di ujung sana.
sesampainya di sekolah, aku tidak langsung menuju kelas. aku melangkah menuju ruang osis untuk menggumpulkan anggota yang lainnya. rapat dadakan kami dipimpin oleh ketua osis, rapat terjadi cukup alot tapi untungnya kata mupakat segera kami dapatkan setelah mendengar semua pendapat dari anggota osis sekaligus perwakilan setiap kelas.
setelah bermupakat, kami bersama-sama keruangan guru di mana, disudut ruangan terdapat meja khusus untuk Junaidi. pak junaidi adalah penanggung jawab pada kreativitas siswa. kami mengatakan tujuan utama kami, lalu pak junaidi membawa kami menemui kepala sekolah. dipembicaraan kami dengan kepala sekolah, beliau juga sangat mendukung kegiatan kami tanpa adanya bantahan.
guru-guru yang sempat mencuri dengar dari pembicaraan kami, dengan suka rela menggumpulkan uang untuk menjadi modal awal kami melakukan kegiatan sosial kami disekolah.
setelah mendapat persetujuan oleh banyak pihak kami kembali melakukan rapat dan hasil rapat kali ini adalah, seluruh kegiatan yang akan kami lakukan untuk menggumpulkan dana dan bantuan yang mungkin para korban bencana alam butuhkan.
Kegiatan yang kami lakukan tidak jauh-jauh dari kegiatan jual-beli barang baru, ditambah penggumpulkan barang layak pakai, penjualan barang bekas, disertai penggajian bersama.
kegiatan kami itu, semua akan dilakukan selama tiga hari, dimulai dari hari jum’at hingga minggu sore, hal ini kami lakukan guna selain kami membantu saudara kami yang sedang dilanda musibah kami juga membangunkan iman kami yang mungkin mulai menggantuk karena nyanyian pengantar tidur dari perkembangan zaman yang semakin modern.
persiapan demi persiapan sebenarnya sangat melelahkan. banyak hal-hal yang terjadi diluar perencanaan, dimulai dari diskomunikasi antar panitia sampai biaya sewa tenda yang di duga di korupsi oleh panitia pelaksana.
uang adalah harta yang berharga tapi uang juga menjadi bencana besar sesama manusia. kecurigaan tak beralasan memang sering datang karena benda kecil itu, yang di sebut sebagai uang. kala itu uang yang kami pegang kurang, kami kembali rapat dan meminta uang tambahan pada setiap kelas, tiba-tiba ada yang nyablak danberkata
"perasaan sumbangan dari guru banyak, belum lagi sumbangsi teman-teman, sekarang kalian minta lagi itu apa? kalian ngapaen duit sebanyak itu?" tuntutnya dengan sekali tarikan nafas.
sumpah, untuk nyelesaiin sesuatu dengan banyak kepala dan mulut itu, sama halnya nyari masalah, iya ngak sih?. banyak pemikiran dan mulut yang bekerja masalahnya, pendapat mereka tidak sejalan dengan otak orang lain sehingga bukannya nyelesaiin masalah, kita malah berantem jadinya.
ada aja perdebatan-perdebatan yang harus terjadi dalam perencanaan yang kami lakukan. Waktu terus bergulir hingga hari yang ditunggu-tunggu tiba, kegiatan kami ini layaknya pasar dadakan karena setiap kelas membuka stand sendiri-sendiri hampir jajanan ada mulai dari yang tradisional hingga makan modren tersedia.
kegiatan kali ini memang cukup besar karena kami menggundang dua sekolah lain untuk berpartisipasi. kami sangat bersyukur karean kedua sekolah bersedia meliburkan anak didiknya untuk menghadiri acara amal kami. benar-benar layaknya pasar dadakan, bahkan tanpa kusangka, anak dari pemilik sekolah menghadirkan alat musik Dj sehingga acara benar-benar terasa meriah.
Semuanya berjalan dengan penuh hikmat walaupun tidak dapat kami pungkiri rasa lelah menggerogoti tubuh. jika biasanya kami sudah bisa meninggalkan sekolah sebelum sholat magrib, tapi kali ini Kami baru meninggalkan sekolah tepat pukul sembilan lewat tiga puluh menit malam.
pada malam ini tepat pada malam senin semua rasa lelahku setelah mengikuti kegiatan amal itu barulah terasa sehingga seluruh tubuhnya seakan ingin remuk saat ini juga. impianku ternyata tidak bisa terealisasi karena aku baru tahu jika tempatku bernaung selama ini sedang memiliki tamu dan tidak sopan rasanya jika aku tidak berbasa-basi pada mereka terlebih dahulu.
ku salimi orangtuaku terlebih dahulu lalu kedua kakakku, tapi baru juga aku akan berniat mendaratkan bokongku di samping ayah, ayah malah memintaku berkenalan dengan tiga orang yang tidak kukenali. kegiatan itu berakhir ketika aku menyalimi seorang lelaki yang aku yakin seusia dengan kakak pertamaku. Dia berpenampilan cukup menarik menurutku, tapi tatapan mata lelaki itu menandakan jika ada rasa tidak sukanya padaku.
Inginku meneriakinya “Don’t judge the book by its cover” tapi tak kunjung kulakukan. Tubuh disini namun ragaku sudah merayang menuju kamar, sungguh aku tidak menggerti dengan pembicaraan mereka.
mereka masih asyik dengan perbincangannya tapi sialnya aku malah ditanyai dengan sesuatu yang tidak kudengar sama sekali. Ditanyai ketika hampir melayang itu adalah sesuatu hal yang terburuk karena sungguh aku tidak menggetahui apa yang dipertanyakan olehnya dan untuk mempercepat segalanya aku hanya bisa menunjukkan barisan gigi lalu menggiyakan agar semuanya segera selesai.
kusangka semuanya sudah selesai tapi ternyata tindakanku nyatanya salah karena setelah menggiyakan entah apa itu, terdengar suara bang Adi yang memanggil namaku dengan suara lantang.
biarpun untuk menyahut saja rasanya aku sudah tidak ada niatan. Langkah demi langkah kuseret kakiku meninggalkan ruang tamu. Tubuhku itu diluarnya saja terlihat kuat ditambah timbunan lemak dibeberapa bagian tertentu yang membuatku terlihat sehat tapi kenyataan dibaliknnya hanyalah tubuh lemah dan ringki yang tersembunyi.
Tubuhku gampang lelah mungkin karena aku lahir prematur atau aku yang memang terlalu manja sehingga seperti saat ini. aku rasanya baru merebahkan tubuh sesaat tapi alam mimpi telah membawaku jauh entah kemana.
entah sudah berapa lama aku terlelap tapi tiba-tiba aku dipaksa membuka mataku. hal pertama yang kulihat adalah, semua keluarga berkumpul kamar milikku dan kak Diba.
semua memusatkan pandangannya padaku tapi belum juga mereka menanyaiku tiba-tiba saja ada yang keluar dari hidung hingga membasahi bibirku. Dengan perasaan was-was akhirnya kusentuh cairan itu dan baru kutahu jika cairan itu adalah darah, tidak lama setelah melihat darah ditangganku aku tak sadarkan diri.
aku tidak ingat bagaimana situasi setelah aku pingsan namun ketika mataku terbuka keesokan paginya aku sudah terbaring diatas kasur rumah sakit dihiasi selang impus di tangan kiriku.
Ada tiga cairan infus yang bergelantungan di tiang besi, ada yang bewarna bening seperti air, kuning layaknya air seni dan pink layaknya sirup. semua cairan itu memiliki fungsinya masing-masing tapi please deh! harus banyet tuh selang infus yang dicantapkan ketubuhku?.
Hari ini hari kamis dan aku sudah berada rumah sakit selama 4 hari 5 malam, kalian tahukan betapa membosankannya rumah sakit dengan segala peraturan untuk pasientnya dan yang paling menjengkelkan dari semua itu adalah obat-obatan dugh kurang menderita apa lagi coba?.
Selama berada di rumah sakit teman-temanku silih berganti mendatangi atau menjengguk begitupun beberapa guru yang cukup akrab denganku, mereka datang dengan buah tangan yang cukup banyak walaupun kutahu beberapa dari mereka sengaja datang bukan untukku melainkan untuk bertemu dengan bang Adi.
Bang Adi sangat populer di kalangan guru-guruku yang masih lajang tapi aku tidak mempermasalahkan toh abangku itu juga sampai saat ini masih setia untuk menjomblo dan ketika kutanya dirinya malah menjawab
"Aku akan menikah setelah memastikan kamu dan Diba jatuh ke lelaki yang tepat" jawabnya dengan wajah lempeng dan nada datar selalu seperti itu.
Sebenarny aku tahu kalau bang Adi hanya menggelak untuk mencari pasangan hingga saat ini, sedangkan kak Diba aku tahu jika kak Diba sedang menunggu seseorang yang sudah sangat lama merebut hatinya.
lelaki itu sudah seperti kakakku sendiri sendiri sebenarnya dan beberapa kali menggantikan bapaknya yang menjadi sopir pribadi kami, namun karena laki-laki itu merasa segan akan statusnya dan belum begitu sukses dengan karirnya membuat lelaki itu tidak berani menggutarakan niatnya pada keluarga kami.
Kak Diba tidak perlu dikhawatirkan lagi karena sudah ada target sedangkan bang Adi, mmm jangan tanyakan.
Bang Adi itu sedari berstatus sebagai siswa hingga ganti status jadi pengusaha sukses bang Adi selalu menyempatkan diri untuk memperdalam pengetahuannya soal agama, jadi aku rasa jodohnya bang Adi tidak akan jauh-jauh dari orang pesantrent yang selalu didatangginya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Wulandari Aswad
author, aku suka sihh alurnya dan akan lbh baik lg kalo ga banyak typo. apakah ini melalui proses editing oleh editor? sukses author..
2022-10-19
0
Priskha
lama2 bosan bacanya terlalu banyak prolognya 🙄🙄🙄🙄
2022-05-14
0
Nur Hayati
betul, ceritanya ngalor ngiduul,,mbuulet,membosankan
2022-01-26
0