03. Udi, Uki, or ...?

Esoknya, Suki sampai di sekolah pukul 06.30 setelah malamnya terjaga.

Pelataran depan gerbang sedikit berbeda saat Suki tiba di sana. Biasanya sepi, tapi kini jalanan mulai padat oleh siswa-siswi dan Suki tak menyukainya.

"Eh, kemaren gue liat Dina sama Albi jalan, gila, mereka ternyata sepupuan!"

"Kemaren gue dikasih jam tangan sama Aldo, lucu banget njir, dikadoin gitu, ada suratnya."

"Alay, bagusan gue dikasih donat, martabak sama mochi cokelat favorit gue."

"Pulang sekolah anter beli tas, kuy!"

"Ntar hot wings, yak!"

Suki merasa sangat minder mendengar percakapan anak-anak yang mberjalan di sampingnya, ia membasahi kedua bibirnya. Dengan kepala menunduk, ia berjalan cepat menuju kelasnya.

Epik High School punya banyak wajah rupawan, barang-barang mewah dan tubuh ideal, sementara Suki anaknya biasa aja dan hal itu membuat Suki tak percaya diri serta sedih. Namun, karena pesan Ayah Ibu dan perjuangan mereka menyekolahkannya di sini membuat Suki setidaknya berusaha.

Berusaha menjadi tak terlihat dan tidak mendapat ejekan. Tujuan Suki hanya satu, lulus dengan nilai standar atau jika bisa, melebihi standar. Suki hanya tak ingin ribet dan mempunyai masalah dengan orang lain.

Memang, ada segelintir orang baik hati seperti Selena dan teman-temannya, tapi ada juga yang bersikap sebaliknya.

Seperti di film-film gitu, anak cupu, dekil dan rendah seperti Suki dibully oleh ratu atau penyihir jago nyinyir.

Suki tak mau mengalaminya hari ini. Maka dari itu, Suki sampai dibuat erengah-engah saat sampai di kelasnya yang baru didatangi oleh sepuluh orang demi terhindar dari mara bahaya.

"Oy, Ki! Kenapa keringetan gitu?" tanya Udi langsung ketika melihat Suki. Napas Suki yang terengah membuat Udi mengalihkan pandangan penasaran dari ponselnya. "Abis marathon? Sprint? Renang? Atau lompat jauh?"

Suki hanya tersenyum meringis. "Nggak, kok, hehehe."

Lalu Suki berjalan ke arah kursinya melewati Udi yang kini kembali sibuk main Hago di mejanya yang dekat pintu masuk kelas.

Alasan mengapa Suki selalu datang pagi adalah karena ia tak mau menjadi perhatian atau objek visual anak-anak EHS. Lalu kini Suki datang dua puluh menit lebih telat dari biasanya, benar-benar sebuah perubahan.

Dan yang mengubahnya adalah Selena.

Iya, ini salah Selena. Mengapa dia berkata tentang sesuatu yang membuat Suki membayangkan hal buruk yang tak berujung.

"Ki," panggil Rana, cewek yang duduk di samping Suki yang sedari tadi memerhatikan Suki karena ada yang ingin ia sampaikan.

Suki menoleh setelah menyimpan tasnya di samping meja. "Iya?"

"Tadi ada yang nyariin."

"Siapa?"

"Hm," Rana tampak berpikir sebentar, lalu akhirnya mengangkat bahu tak tahu. "Gue gak yakin siapa namanya, tapi dia cowok. Kayaknya jahat, galak, bandel dan liar."

Mata Suki membulat. "Felik?"

Rana mengernyit. "Lo tau bakal dicariin?"

"Hah?" raut wajah Suki berubah tegang, tapi detik berikutnya ia tersenyum sok tenang. "Nggak. Gue juga nggak tau ada apaan dan kenapa dicariin."

Rana mengangguk dan kembali memainkan ponselnya. Suki duduk kaku di tempat duduknya dengan banyak pikiran muncul di otaknya.

Suki mengambil napas, kemudian mengeluarkannya seolah membuang asumsi negatif yang muncul.

Jangan libatkan banyak orang, tenang dan hadapi Felik atau Zidan kalau udah waktunya. Oke, Suki, fighting!

*

"Siapa namanya?" tanya Zidan tanpa basa-basi ketika Felik nongol ke kelas. Raut wajahnya ketus seperti biasa.

"Siapa namanya?" tanya Felik balik, tak mengerti. Cowok berhodie abu itu menaruh tasnya di depan meja Zidan yang kini wajahnya sudah makin masam.

"Ck, yang ngambil tas gue kemaren."

"Oh, dia."

"Iya, siapa namanya, Likku sayang," jawab Zidan tersenyum lebar yang terkesan dipaksakan. Merasa masih perlu kesabaran lebih buat berteman dengan Felik ini padahal sudah tiga tahun bersama.

"Uki," jawab Felik yakin sambil duduk di kursinya, tak merespon tabiat baperan Zidan karena ia memang sudah seperti itu, tak bisa diubah. "Gue liat di bukunya, namanya Uki anak 11A2. Cewek."

"Nggak ada tuh, yang ada Udi, cowok lagi," balas Zidan sewot sambil melempar buku absen kelas 11 IPA 2 pada Felik. "Noh, baca sendiri."

Felik mengerutkan dahi menangkap buku absen itu. Kemudian tersadar akan sesuatu setelah meneliti buku yang ada di tangannya.

Cowok itu berdiri dramatis dengan wajah terkejut. "BUSET, LO NYOLONG ABSEN KELAS ORANG? MABOK LU YAK?"

Anak-anak kelas langsung menoleh ke arah Felik dengan tatapan terganggu sekaligus bosan.

"Lik, masih pagi, sayang, jangan berisik."

"Felik ke UKS dulu sana."

"Gila, Felik suara lo emas. Kenapa nggak ikutan DMD?"

"Bacot kalian," balas Felik kebawa emosi. "Dan, ini lo serius nyolong?"

Zidan hanya meringis, menggosok-gosok kupingnya yang seperti pecah habis menangkap gelombang suara lumba-lumba milik Felik.

"Bukanlah, Ege. Gue nggak nyolong, cuma minjem bentar doang."

"Bilang dulu nggak?"

"Kagak."

"Hadeh, itu namanya nyolong, Sayangku Cintaku menak jinggo," keluh Felik menimpuk keningnya sendiri dengan telapak tangan. "Gue punya temen gini amat, Lord."

"Orang di sana cuma lima orang," jawab Zidan enteng. "Gak bakal ribet mereka, orang cupu semua. Disentil dikit, musnah."

Felik melongo mendengar ocehan Zidan. Ia tak bisa berkata-kata lagi.

Mengabaikan reaksi Felik, cowok bermata sipit lelah itu kemudian bangkit dan menatap Felik serius.

"Pokoknya, sekarang lo balikkin absen itu, gue mau kantin dulu," katanya tanpa ekspresi, kemudian tanpa aksi lebih lanjut, Zidan keluar kelas meninggalkan Felik yang masih dibuat kaget.

"Gila, gaulnya terlalu tinggi dia, songong bener berasa tuan sultan," gerutu Felik kesal.

Cowok itu dengan kesal duduk di kursinya sambil membaca daftar nama kelas 11 MIPA 2. Hanya ada dua puluh orang, tapi tak ada nama Uki di sana setelah Felik membacanya tiga kali.

"Ini Udi, ini Dudi, terus Luki, kok gak ada Uki?"

Alis Felik bertaut tanda berpikir keras.

"Hmmm."

Felik membaca absen tersebut lebih teliti.

"Gue salah baca apa gimana?" heran Felik menyerah dan akhirnya menutup buku absen itu. Ia bangkit dari duduknya sambil merapikan baju seragamnya serta hodienya.

Mungkin gue harus pipis dulu, biar lebih konsentrasi, batin Felik segera keluar kelas dan berjalan cepat menuju toilet.

Malam tadi ia minum dua kotak susuk UHT yang lusa kedaluwarsa dan belum buang air.

*

Terpopuler

Comments

Ndhe Nii

Ndhe Nii

ngakakkk ..tenang aja felik ..masih afa ada garansi 3 bulan baru kada luarsa🤣🤣🤣

2022-02-24

1

Mar nimanieza

Mar nimanieza

hahaha aq ngakak sendirian malam2 krn susu uht hadeeh Thor bisa ae dah

2021-09-26

0

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Haah,minum susu UHT kadaluarsa?apa ya ga keracunan?

2021-09-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!