Selepas menyantap hidangan makan malam yang hangat dan menyenangkan, denting sendok dan tawa ringan masih membekas di udara. Chika bergegas mengantar sahabatnya, Maureen, pulang. Sepanjang perjalanan di dalam mobil yang nyaman itu, obrolan mereka mengalir tanpa jeda, dari topik ringan seputar kampus, dosen yang unik, hingga rencana liburan semester. Tawa riang tak henti-hentinya menghiasi setiap kalimat, mengisi kabin mobil dengan melodi persahabatan yang manis.
Tak terasa, mobil Chika telah berhenti di depan gerbang megah kediaman Maureen. Gadis berkacamata tebal itu membuka pintu mobil dengan santai, kemudian turun dari mobil mewah itu.
"Ci, mampir dulu yuk? Minum teh sebentar," Maureen tersenyum dengan ramah.
Chika menggeleng pelan, senyum tulus terukir di wajahnya. "Lain kali saja ya, Reen. Ini sudah agak malam, takut Papa keburu mencari. Kamu tahu sendiri kan beliau lumayan protektif," sahut Chika, tanpa beranjak dari kursi kemudi.
"Oh, begitu. Baiklah, hati-hati di jalan ya, Ci!" Maureen mengangguk maklum.
"Tentu! Bye, Reen!" Chika melambaikan tangan, dan lambaian itu dibalas hangat oleh Maureen.
Setelah memastikan mobil sport Chika benar-benar lenyap di balik tikungan jalan, Maureen menarik napas panjang. Dia melangkahkan kaki menuju pintu utama, disambut oleh Pak Doni, asisten rumah tangga yang telah lama mengabdi pada keluarga mereka.
"Pak Doni, tolong siapkan mobil yang lain ya untuk saya pakai sekolah besok. Mobil yang biasa harus masuk bengkel," pinta Maureen, suaranya sedikit mengandung nada kelelahan saat ia terus melangkah menuju kamar tidurnya di lantai atas.
"Siap, Non. Akan saya urus segera," jawab Pak Doni dengan sigap dan hormat.
Sesampai di kamar, Maureen segera meletakkan tasnya di sofa sudut. Ia menjatuhkan diri di atas ranjang king-size-nya yang super empuk. Sambil melepas kacamata berbingkai tebal itu, dia mengusap kedua mata yang terasa penat setelah seharian beraktivitas. Keheningan kamar yang damai segera membuainya. Tak lama kemudian, Maureen terlelap dalam tidur singkat yang menyegarkan.
Setelah beristirahat sejenak dan merasa tubuhnya kembali berenergi, Maureen segera bangkit. Dia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, mengganti pakaian, dan menyegarkan pikiran. Selesai bersiap, dia menuju meja belajarnya, berniat menyelesaikan tumpukan tugas kuliah yang menanti.
Baru beberapa menit fokus dengan buku dan laptop, tiba-tiba terdengar dering ponselnya, Tringgg... tringggggg... Maureen segera meraih benda persegi panjang itu yang tergeletak di samping bantal. Layar menunjukkan panggilan masuk dengan nama kontak Ayah. Diaa segera menggeser tombol hijau, menyambut panggilan itu dengan senyum kecil.
"Halo Ayah! Apa kabar di sana?" sapa Maureen dengan nada ceria.
"Ayah baik-baik saja, Sayang. Kamu bagaimana kabarnya? Sudah makan malam?" sahut suara Ayah Maureen, terdengar tenang namun berwibawa dari seberang sambungan.
"Aku juga baik, Ayah. Ini baru selesai mandi dan mau lanjut mengerjakan tugas kuliah," balas Maureen, suaranya terdengar manja.
"Em, iya, anak pintar. Tadi Pak Doni sempat menelepon dan bilang kamu butuh mobil baru, Sayang. Ada apa dengan mobilmu yang lama?" tanya Ayah Maureen dengan nada hati-hati, seolah takut mengganggu konsentrasi putrinya.
"Oh, itu, Ayah. Mobil Maureen mogok dan harus menginap di bengkel beberapa hari. Jadi, kalau tidak ada mobil baru, bagaimana aku bisa ke kampus? Masa naik mobil van keluarga, Ayah? Bisa-bisa aku ditertawakan teman-teman," rengek Maureen, memanfaatkan nada manjanya.
Terdengar tawa kecil dari Ayah Maureen. "Baiklah, Ayah mengerti. Ayah akan segera mengirimkan mobil baru untukmu. Sepertinya, Lamborghini edisi terbaru sedang trend, bukan?"
Maureen tersenyum lebar. Ayahnya memang selalu tahu apa yang diinginkannya, bahkan sebelum ia memintanya secara gamblang. "Oke, Ayah! Aku mau yang warna hitam metalik, yang baru diluncurkan sebulan lalu!" jawab Maureen dengan nada tenang, menyembunyikan kegembiraan luar biasa.
"Ya sudah, Sayang. Kalau begitu Ayah tutup teleponnya. Belajar yang rajin, ya."
"Iya, Ayah. Ayah juga di sana jaga kesehatan, jangan terlalu keras bekerja, oke?" pesan Maureen penuh perhatian.
"Oke, Princess," tutup Ayah Maureen, sebelum memutuskan sambungan telepon.
Selesai meletakkan ponselnya, Maureen kembali melanjutkan tugas kuliahnya dengan semangat baru. Namun, fokusnya tak bertahan lama. Ia segera bangkit, menuju ruang keluarga. Ia duduk sendirian di sofa besar, pandangannya jatuh pada bingkai foto besar di meja samping, menampilkan foto pernikahan orang tuanya. Senyumnya meredup.
"Ibu... seandainya Ibu masih ada di sini, Ibu pasti bangga melihatku. Aku adalah mahasiswi berprestasi, Bu. Tapi... Ayah sangat sibuk. Dia hampir tidak pernah ada di rumah. Aku... aku sangat kesepian," bisik Maureen lirih, matanya berkaca-kaca.
Tiba-tiba, keheningan rumah itu terpecah.
Mbrummmmmmmmmmmmmmmmmmmmm....
Suara deru mesin mobil yang sangat besar dan berat, memecah kesunyian malam. Tak lama kemudian, Pak Doni muncul di ambang pintu ruang keluarga.
"Nona, mobil barunya sudah datang. Tuan mengirimkan langsung dari Jakarta. Apakah Nona ingin melihatnya dulu?" tanya Pak Doni sopan, raut wajahnya menunjukkan kekaguman pada mobil baru tersebut.
Maureen menggeleng santai. "Emm, tidak perlu, Pak. Saya percaya pada pilihan Ayah dan Bapak," sahut Maureen, kebiasaan hidup dalam kemewahan membuatnya tak terlalu terkejut atau terburu-buru.
"Baik, kalau begitu saya permisi, Non. Saya akan segera memasukkan mobil baru Nona ke dalam garasi," kata Pak Doni sambil membungkukkan badannya sedikit, sebelum berlalu pergi untuk mengurus kendaraan mewah itu.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 20.00. Seorang pelayan menghampirinya dan memberitahukan bahwa makan malam sudah siap. Maureen kemudian menuju ruang makan untuk menikmati hidangannya seorang diri, dalam keheningan yang familiar. Selesai makan malam, ia kembali ke kamar.
Sesampai di kamar, Maureen merebahkan diri di kasur empuknya. Ia meraih ponsel dan segera mengirimkan pesan ke Chika.
Maureen: "Chika, Ayahku sudah membelikan aku mobil baru. Besok kamu tidak perlu menjemputku."
Setelah menekan tombol 'Enter', Maureen meletakkan ponselnya kembali. Tak lama kemudian, terdengar notifikasi, Dingg Dingg. Ia tahu, itu pasti balasan dari sahabat karibnya yang selalu ceplas-ceplos.
Chika: "Hey! Lagian siapa yang bilang mau menjemputmu?"
Maureen: "Kamu! 😜"
Chika: "Ngomong-ngomong, mobil baru kamu apa? Jangan-jangan itu mobil sport limited edition lagi?"
Maureen: "Haha, mana ada. Aku cuma minta Lamborghini baru, kok. Ya, mobil yang baru diluncurkan sebulan yang lalu itu."
Chika: "Haa! Gila kamu! Itu kan mobil paling mahal di pasar saat ini!"
Maureen: "Kamu biasa saja dong, Kha."
Chika: "Dasar anak papa."
Setelah pertukaran pesan yang khas itu, Maureen dan Chika mengakhiri percakapan mereka, bersiap untuk istirahat, menyambut hari esok dengan tunggangan baru yang mewah.
Mohon like, dan vote, juga share ke sahabat-sahabat readers semua.
Thank's ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 248 Episodes
Comments
Kenyang
ha ha😱😂😂😂🤭biar cupu tapi ank sultan👍👍
2023-01-02
1
Lilisdayanti
sultan mah bebas,,kita mau beli mobil nabung nya ga nyampe2 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣nabunya kemana nyampenya ke mana,,😂😂😂
2022-09-28
0
Titisindray
Anak sultan mah bebas, ndandanan cupu awul2 gak masalah 🤣
2021-09-21
0