Terlalu Goblok Mencinta
Pepatah mengatakan bahwa C.I.N.T.A itu membutakan.
Ya, benar, aku memang buta.
Pepatah juga mengatakan bahwa C.I.N.T.A itu membuat gila.
Ya, benar, aku memang gila.
Ada lagi pepatah lain yang mengatakan bahwa C.I.N.T.A itu menyakitkan.
Ya, benar, aku memang sakit.
Namun, pepatah yang satu ini cukup membuatku hampir tak bertulang rusuk. Menghujam kokoh tanpa belas kasihan bak sebilah belati tajam.
Pepatah yang sampai saat ini menjadi sandaran dan pegangan. Cukup membuatku kuat walau harus terus tertatih menapaki sisa waktuku tanpa kesayangan.
Cintaku ... tak akan lekang oleh waktu.
Walaupun jarak yang menjadi pemisah antara dirimu dan diriku.
Walaupun berada di ruang dan waktu yang berbeda, karena tak pernah lagi bertemu.
Walaupun begitu perih akibat tergores luka oleh pedang masa lalu.
Namun yang namanya rasa, tak akan mudah pudar hanya karena dirimu tak lagi bersamaku.
***
Seakan petir menyambar hangus sekujur tubuh.
Seakan tersengat aliran listrik dengan tegangan penuh.
Seakan dunia lenyap dalam seketika tertelan gemuruh.
Seburuk itulah perasaanku, di saat janur kuningmu melambai indah seakan mengejekku penuh angkuh.
Benar kata orang; Sesakit-sakitnya ditonjok Pak Lurah, lebih sakit lagi kalau ditinggal nikah.
***
Aku bergeming. Menatap nanar secarik kertas berwarna cokelat susu yang baru saja kutarik paksa dari dalam sepotong bambu. Bambu yang digunakan untuk membungkus kertas undangan pernikahanmu.
Rasanya begitu perih, ketika membaca deretan huruf yang membentuk nama gadis yang selalu memenuhi isi kepala ini, bersanding apik dengan nama pria lain.
Bayangkan saja!
Bayangkan jika kalian berada di posisiku saat ini! Apa yang akan kalian lakukan?
Membanting potongan bambu? Atau mungkin merobek ganas sepotong kertas yang berisi undangan pernikahan kekasihmu itu?
Tidak!
Aku bahkan tidak melakukan keduanya. Bersamaan dengan terkoyaknya rasa dan asa, aku bahkan masih mampu mengukir senyum walaupun sedikit terpaksa.
Keinginan untuk menjalin hubungan istimewa bersandarkan ridha kedua orang tua, 'pun tak lagi bersama. Terkikis sudah beriringan dengan tersebarnya berita pernikahan dirimu dan dirinya.
Siapa bilang hatiku tak merasa teriris?
Siapa bilang jantungku tak berdegup kembang-kempis?
Siapa bilang kedua mataku tak ikut menangis?
Ketiganya merupakan perpaduan yang amat dramatis. Membentuk gencatan senjata yang menembak telak perasaanku yang semakin tertekuk miris.
Baiklah, aku sudah berhenti menangis. Tak elok jika aku menyalahkan takdir yang tak semestinya aku tangkis.
Bagaimana pun DIA telah memberiku waktu untuk bersamanya walau hanya sesaat. Mengukir puing-puing kenangan yang sesekali bisa kuingat dalam bingkai tak terhormat. Untuk kelangsungan kisah ini yang mungkin sudah tersendat, aku harap tidak akan cepat tamat.
Sebab aku akan selalu ada di sini untuknya, yang mungkin hanya akan mengingatku di kala luka menyapa. Tetapi, tidak apa! Aku memang mencintainya tanpa cela. Bahkan melebihi pria mana pun yang ada di dunia. Kecuali ... ayahnya.
***
Hey, kamu!
Lihat aku! Aku masih mencintaimu. Tak perlu takut jika ia tak lagi bersamamu, karena masih ada aku yang selalu menunggumu.
Hey, kamu!
Berbahagialah bersama pernikahanmu saat ini! Janganlah menangis karena aku tak lagi berada di sisi! Tetaplah semangat menjalani janji suci! Anggaplah semua itu sebagai bentuk pengabdian diri!
Tidak bersama bukan berarti tidak mencintai. Namun, kita berusaha untuk saling introspeksi diri. Mungkin ini memang jalan terbaik yang harus kita jalani.
Hey, kamu!
Aku di sini akan selalu menanti. Mungkin hingga akhir hayat ini. Menjalani hari-hari dengan memperbaiki diri, hingga akhirnya kita bisa bersama lagi.
Hey, kamu!
Ingatlah selalu kalimatku, di kala itu pipimu merona hampir semu; Jika aku tak bisa mendapatkan gadismu, maka akan Kutunggu Jandamu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments