Sudah satu minggu Ambar tinggal bersama Sarah namun tidak pernah sekalipun Ambar mau duduk makan bersama Sarah jika ada Atnan di sana.
Ambar adalah seorang gadis yang pemalu, bukan hanya pemalu, bahkan dia sangat tidak menyukai berhadapan langsung pada seseorang yang di anggap nya adalah orang asing walau sekalipun itu adalah kakak iparnya sendiri.
Semakin hari juga keadaan Sarah semakin parah, penyakit yang ada di dirinya semakin nyata menunjukkan keberadaan nya.
Tapi dia akan bersikap baik-baik saja, saat suami tercintanya ada di dekatnya karena dengan alasan itu dia bisa melihat suaminya tidak merasa cemas.
'' Sayang, kenapa kamu tidak makan?" tanya Atnan pada Sarah karena tidak ikut makan bersama nya.
'' Tidak Mas, Mas makan duluan saja ya, aku ingin makan bersama Ambar,'' jawab Sarah.
'' Ambar? oh ya adikmu itu kan? kenapa dia tidak pernah mau makan bersama kita?'' tanya Atnan yang belum juga memulai makannya.
'' Entahlah Mas, mungkin dia masih merasa canggung dengan kamu.''
'' Heh, ada-ada saja adik mu itu.''
Atnan memulai makannya dan setelah selesai makan ia berpamitan untuk pergi ke kantornya.
Seperginya Atnan, Sarah berlalu menuju kamar dimana Ambar berada, perlahan ia mengetuk pintu kamar itu dan dibukalah dari dalam oleh Ambar.
'' Kak Sarah, silahkan masuk,'' ucap Ambar mempersilahkan Sarah untuk masuk.
'' Kamu sedang apa dek?''
'' Aku sedang belajar kak untuk persiapan ujian minggu depan.''
'' Waah, rajin sekali kamu, tapi kamu belum makan 'kan, makan sama kakak yuk!'' ajak Sarah dengan lembut.
'' Makan? emmm… nanti saja kak, aku belum lapar,'' tolak Ambar.
'' Kamu tidak perlu khawatir, kakak ipar mu sudah pergu ke kantor kok, kakak sedang ingin makan bersama kamu,'' ucap Sarah lagi.
'' Bukan begitu ka. Ambar menundukkan kepalanya karena tidak enak.''
'' Sudah ayo,'' paksa Sarah yang langsung menyambar tangan Ambar dan menariknya untuk keluar kamar, uny menuju ruang makan.
Sarah menyiapkan makan untuk Ambar dengan telatennya, karena hanya Ambar lah satu-satunya keluarga inti yang dia punya, ibu dan ayahnya sudah meninggal dan menyisahkan Ambar untuk di jaganya, tapi takdir pun berkata lain, dia pun mempunyai usia tidak akan lama lagi menurut dokter.
Sarah hanya ingin ada yang menjaga Ambar kala dia sudah tidak ada, dan dia juga ingin ada yang mengurus Atnan, suaminya. Saat dia tiada, dan jalan satu-satunya dia bertekad akan menjodohkan dua manusia itu.
Setelah mereka selesai makan, Sarah meminta Ambar untuk tetap duduk karena ingin mengobrol.
'' Ada apa ka?'' tanya Ambar.
'' Dek, usia kamu sudah 18 tahun 'kan?'' tanya nya.
'' Iya, kenapa kak?''
'' Sebentar lagi kelulusan kamu juga 'kan?'' tanya nya lagi.
'' Iya kakak Sarah, memangnya ada apa?''
'' Tidak, kakak hanya ingin bertanya, setelah lulus, rencana mu akan seperti apa?''
'' Aku ingin melanjutkan pendidikan ku sampai selesai dan memiliki ijaza s2 psikologi, itu cita-cita Ambar ka.''
'' Emmmm… , apa kau tidak ingin menikah?''
'' Menikah? pasti ingin, tapi nanti jika aku sudah siap dan sudah memiliki semuanya yang aku cita-citakan. Memangnya kenapa sih ka, kok kakak bertanya seperti itu?''
'' Tidak dek, kakak hanya bertanya saja, ya sudah sana lanjutkan belajarnya, kakak ingin membereskan ini.'' Ambar pun meng'iyakannga dan berlalu pergi menuju kamarnya.
Di setiap langkah Ambar, Ambar terus berpikir kenapa sang kakak bertanya seperti itu, apa yang sebenarnya ingin dia katakan? benak Ambar.
Sarah membersihkan meja makan dengan di bantu pembantu nya, namun pikirannya melayang entah kemana, jawaban Ambar atas pertanyaan nya sendiri membuat dia tidak tenang.
'' Bagaimana kalau nantinya satu di antara mereka tidak akan ada yang mau menjalankan wasiat ku?'' ucap Sarah dalam hati.
Mengingat penolakan suaminya pun membuat tambah pikiran Sarah dan jawaban Ambar semakin membuat dia cemas tanpa alasan.
'' Nyonya, biar saya yang bersihkan, nyonya istirahat saja ya,'' ucap pembatunya.
'' Ah iya bi, terimakasih ya, saya ke halaman belakang dulu.'' Sarah pun berlalu menuju halaman belakang tempat yang ternyaman menurut nya.
Di halaman belakang Sarah mengirimkan pesan pada tantenya, Iis. Untuk tidak cepat-cepat datang dan menjemput Ambar karena satu misinya belum juga terlaksana.
Dengan menatap langit yang luas, mata Sarah berkaca-kaca karena mengingat hidupnya yang bahkan hanya menunggu hari untuk pergi selama nya dari dunia ini.
Wajahnya yang kian memucat dan penyakit nya yang sering sekali kambuh membuat dia merasa cemas karena dia orang yang ingin di satukan belum juga menerima responnya.
Tiba-tiba pandangannya berbayang, nafasnya menjadi sesak dan jatuh lah Sarah ke tanah yang beralasan rumput, ya Sarah sudah tidak sadarkan diri sana.
Tangisan seorang adik terdengar samar-samar di dalam mimpinya, dan teriakan seorang pria yang di cintai nya juga terdengar jelas di telinganya, namun mata nya tidak sama sekali ingin terbuka.
Di sebuah rungan bercat serba putih, Ambar terus menangisi keadaan Sarah yang belum juga membuka mata nya dan tiba-tiba seseorang datang dengan wajah paniknya.
'' Sayang, kamu kenapa?'' tanya seseorang yang baru datang itu yang tidak lain adalah suaminya, Atnan.
Ambar menyingkir dari sisi kakaknya memberikan ruang untuk kakak ipar nya.
'' Istri ku kenapa hah? jawab!!'' teriak Atnan pada Ambar dan pembatu rumahnya yang bahkan tidak berani menatap nya apalagi menjawab nya.
'' Kalian tidak punya telinga dan mulut, iya!!'' bentaknya lagi.
'' Anu Tuan, tiba-tiba nyonya Sarah tidak sadarkan diri di halaman belakang,'' jawab pembantu nya dengan takut.
'' Sayang bangun ya, jangan buat aku cemas begini,'' ucap Atnan pada Sarah yang masih setia menutup matanya.
Bukan membuka matanya karena permintaan suaminya, keadaan Sarah malah memburuk, nafasnya menjadi tersengal-sengal dan tanda yang ada di monitor menandakan ada sesuatu yang terjadi pada Sarah, sehingga membuat Atnan dan Ambar semakin panik di buatnya.
'' Kak, Kakak kenapa?'' ucap Ambar yang tidak lagi bisa menyembunyikan rasa sedihnya di depan orang asing itu, bagi Ambar.
Atnan berteriak memanggil Dokter dan datanglah beberapa orang di antara nya ada dokter dan perawat yang siap untuk memeriksa keadaan Sarah.
'' Kalian tunggu di depan ya,'' ucap salasatu perawat pada Atnan, Ambar juga pembatu rumah mereka.
Mau tidak mau, mereka pun berlalu keluar menunggu hasil pemeriksaan Sarah.
Lama mereka menunggu dan terbuka lah pintu itu dengan keluarnya seorang dokter.
'' Bagaimana Dok keadaan istri saya?'' tanya Atnan dengan raut yang begitu khawatir.
'' Maafkan kami, Tuan, tapi Tuhan lebih sayang dengan nyonya Sarah,'' ucapan sang dokter bagaikan serangan belati pada hati Atnan juga Ambar yang terkejut bukan main saat mendengar nya.
Atnan yang terpaku di tempat dengan lelehan air matanya dan Ambar yang sudah terduduk lemas di bawah lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🌼 Pisces Boy's 🦋
saatnya Ambar dan Atnan memenuhi wasiat Sarah
2023-06-03
0
Aditya HP/bunda lia
Nah lho udah meninggal ajah padahal nikahin dulu mereka Sarah
2023-05-03
1