Andi masih menutup matanya ketika suara ketukan pintu kamarnya terdengar sangat kencang. Belum lagi suara ibunya yang terus memanggil-manggil namanya dengan kencang. “Ya ma!” teriak Andi. Ia membuka matanya tapi ia belum sadar sepenuhnya. Semalam teman-temannya mengajaknya untuk bermain basket di sebuah Gor yang terletak dekat dengan kampusnya. Walaupun sekarang sudah lulus kuliah dan bekerja di kantor ayahnya, ia masih mengunjungi Gor hanya untuk bermain basket bersama teman-temannya. Semalam pula ia diajak oleh salah seorang temannya untuk menemaninya karena salah satu temannya berulang tahun. Banyaknya pekerjaan untuknya yang baru saja mengenal sebuah pekerjaan membuatnya sedikit pusing. Belum lagi tuntutan ayahnya agar ia cepat mengerti pekerjaannya.
Andi lahir menjadi anak tunggal kedua orang tuanya. Entah apa yang dipikirkan oleh kedua orangtuanya karena tidak mau memberikannya seorang adik untuknya. Padahal melihat kedua orangtuanya bukanlah dari kalangan biasa saja. Saat ini ibunya masih bekerja disalah satu rumah sakit sebagai direktur. Menurut ayahnya, ia dan neneknya memberikan ibunya hadiah ulang tahun berupa rumah sakit. Ketika itu ia masih berusia tiga tahun. Sedangkan ayahnya mempunyai perusahaan sendiri dimana ia sekarang mencoba peruntungan untuk melanjutkan bisnisnya. Walaupun tidak dipaksa ketika sekolah dulu, tapi ia dengan senang hati masuk perguruan tinggi dengan jurusan arsitek. Menurut ibu dan ayahnya, anak sahabatnya pun masih mengenyam pendidikan sebagai arsitek di Jepang sana. Apakah itu dijadikan ajang pembuktian oleh kedua orangtuanya? Entahlah, hanya mereka berdua yang tahu.
Berbeda dengan sepupunya yang saat ini sedang bersekolah diluar negeri. Mereka dengan senang hati menuruti keinginan mereka. Iapun duduk diranjang dengan kaki disimpan di atas lantai vinyl. Terasa sangat dingin pagi ini. Kemudian terdengar kembali langkah kaki ibunya yang menghampiri kamarnya.
“Satu,dua,tiga…”ucapnya sambil menutup matanya, lalu terdengar ketukan kencang lagi. Untuk kedua kalinya ia mendengar ibunya memanggil namanya dengan kencang. Iapun berdiri dan menghampiri pintu. Baru saja dibuka, ibunya sudah memegang sendok sayur ditangannya. Ia masih menggunakan celemek dibadannya.
“Ya ma…” jawab Andi sambil tersenyum.
“Mama pikir kamu gak akan bangun. Padahal mama udah bawa alat ini buat bangunin kamu.” jawab Alena sambil berbalik. Ia kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya.
Andi menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan ke kamar mandi. Sambil mengantuk, ia menatap cermin di kamar mandi yang ada dikamarnya. Cermin besar itu bisa memperlihatkan setengah badannya. Ia tersenyum. Sesekali ia memegang wajahnya. Ia cukup tampan walaupun belum mandi, pikirnya. Beberapa janggut dan kumis tipis sudah menghiasi wajahnya. Ia mengambil alat cukur untuk membersihkan wajahnya.
Di ruang makan, Dave dan Alena sudah duduk dimeja makan. Pagi ini Dave hanya ingin sarapan roti panggang dan secangkir kopi hitam. Alena membawa dua slice roti dan melapisinya dengan nutella ke atas roti dan memasukkannya kedalam panggangan roti. Ia melihat Dave. Ia sedang membaca berita di ipadnya. Beberapa krisis ekonomi membuat banyak perusahaan tidak sanggup bertahan. Tapi untungnya perusahaan suaminya masih sanggup bertahan hingga saat ini.
“Ada berita apa pagi ini?” tanya Alena serius.
“Ada beberapa hotel yang gulung tikar. Okupensi tamu gak bisa menutup biaya operasional mereka.”jawab Dave tanpa melepaskan tatapannya dari ipad.
“Hotel kita gimana?”
“Untungnya kita udah bisa prediksi dari awal kalo lambat laun tamu kita berkurang. Hotel semakin banyak. Kalau kita gak bisa perbaiki semuanya, kita juga bisa ikut tutup.”
Terdengar suara mesin pemanggang roti berbunyi. Alena mengambil roti yang keluar dan menghampiri Dave. Karena Dave terlalu sibuk membaca berita, ia menyuapi Dave.
Terdengar suara siulan seseorang. Dave dan Alena langsung menatap ke arah suara. Ia melihat Andi sedang bersiul untuk menggoda mereka.
“Inget loh pah, ma, aku ini udah dewasa. Sampai kapan kalian ngeliatin sikap romantis kalian sama aku?” tanya Andi sambil berkacak pinggang.
“Kamu ngomong apa sih, Andi?” tanya Alena.
“Itu papa disuapin gitu. Mama sadar gak sih kalo kalian itu romantis.” goda Andi.
“Bilang aja kamu iri.” Celetuk Dave sambil menyimpan ipadnya di meja.
Andi cemberut dan duduk di kursi disamping Dave. “Aku iri.” jawabnya kemudian.
“Makanya cari pacar. Udah usia 23 tahun tapi belum pernah pacaran. Kamu malu-maluin papa.” ucap Dave sambil meminum kopinya.
“Papa gak tau aja kalo anak papa ini udah 20 kali pacaran.” jawab Andi bangga.
“Dua puluh kali?”tanya Alena shock. “Sejak kapan kamu pacaran sebanyak itu?”
“Sejak TK. Kalo ada yang deketin aku, ya aku anggap pacar!” Jawab Andi sambil berjalan menjauhi mereka. Ia tertawa dengan melambaikan tangannya dari belakang. "Bye, aku mau jemput dulu Siska!"
"Siska siapa? Jangan kurang ajar sama almarhum nenek kamu!" ucap Alena.
Andi berbalik. "Emangnya yang namanya Siska cuma nenek aja. Dah!!" jawabnya sambil berjalan keluar
“Andi!! Dasar kamu ya, seneng banget bikin mama shock!” teriak Alena.
Dave tertawa. “Anak itu emang seneng bikin kamu shock, Al. Tapi aku yakin, dia cuma bawa yang serius kalo dateng ke rumah ini.”
“Mirip banget sama kamu!” ucap Alena sambil mencubit tangan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Muh. Yahya Adiputra
kayaknya ceritanya seru nih,,, aku baru dapst lagi lanjutan cerita dari dave dan alena. 😊😊😊
2021-04-16
0
kakaika
laniut thor. suka banget sama karyamu. apalagi novelnya dave-alena, calvin-sandra, edward-clara
2020-08-28
0
Tini Supandhi
selalu suka baca kisah 3 billioner muda ini...apalagi skr dah ada anak2 mereka. Dave msh tetep aja tengil..skr ditiru ma juniornya..😂🤩😍
2020-08-23
2