Selamat membaca😊☺
Mikayla POV
Jam pulang kantor sudah berlalu tiga puluh menit yang lalu. Tetapi aku masih di sini di ruangan pria tua mesum ini. Aku tidak tahu maksud dan tujuannya menahanku di sini. Aku harus ekstra hati-hati dan waspada karna bisa saja dia menyerangku lagi secara mendadak.
Apa aku harus mulai belajar ilmu bela diri agar aku bisa menghajarnya jika pria tua mesum ini tiba-tiba berlaku kurang ajar lagi.
Aku menatap Felix yang terlihat sibuk membaca dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya. Felix menggulung lengan kemeja nya secara asal tapi malah terlihat seksi di mataku.
Felix memiliki warna mata yang sama denganku. Coklat. Hanya saja warna matanya lebih terang dibanding milikku. Rambutnya yang hitam lebat serta rahangnya yang kokoh. Bibirnya yang seksi berwarna merah muda. Tampan dan mempesona. Dua kata yang menggambarkannya.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Membuang jauh-jauh fikiranku tentang kata 'tampan dan mempesona'. Huh..yang benar saja!. Tentu saja kekasihku lebih menawan. Lagi pula aku lebih menyukai mata abu-abu yang teduh milik kak Raymond.
Huft...aku menghela nafasku mengingat kemarahan kak Raymond tadi. Dia pasti sangat kecewa denganku. Tapi jika dibandingkan dengan rasa kecewaku terhadapnya tentu saja rasa kecewanya tidak ada apa-apa nya.
Terkadang aku memang perlu bersikap egois. Atau haruskah aku membuatnya menentukan sikap dan pilihan.
Lagi dan lagi aku menghembuskan nafasku.
''Oh..hentikan itu, kau mengganggu konsentrasiku''
Aku tersentak dan menoleh ke sumber suara. Felix menatapku sambil mengerutkan dahinya.
''Aku tidak tahu apa yang sedang di fikirkan oleh otak kecilmu, tapi bisakah kau mengambil pulpen ini agar aku bisa menyelesaikan tugas ku dengan segera''
Aku berdiri dari tempatku dan berjalan menghampirinya dan mengambil pulpen yang tepat ada di depannya dan menyerahkannya.
Bisa kalian bayangkan bagaimana kurang ajarnya pria ini. Dia menyuruhku mengambilkan pulpen yang tepat ada di hadapannya. Ya dia menjadikanku asisten hanya untuk melakukan hal-hal kecil itu. Mengambil serta membuka penutup pulpennya. Atau sesekali membuatkan dia kopi.
Oh Tuhan, jika dia berniat menyiksaku, aku akui dia berhasil membuatku terlihat bodoh. Entah apa yang akan dia tulis nanti di dalam laporan magangku. Tiga bulan cepat lah berlalu pintaku.
Felix menggerakkan matanya begitu menerima pulpen yang ku berikan. Aku mengikuti gerakan matanya lalu mendengus kesal.
Aku membuka penutup pulpen itu dengan kasar.
''Apa tidak ada tugas yang lebih ringan yang bisa saya lakukan sir ?'' aku menatap sinis kearahnya.
Felix tampak berfikir dan tidak menjawab langsung pertanyaanku.
''Mungkin kau bisa memijatku karna punggungku terasa sakit akibat terjatuh di lantai tadi. Percayalah kekasihmu memukul wajah tampanku ini dengan sangat kuat'' Felix menunjukan raut wajah kesakitan yang dibuat-buat.
Aku mendengus dan memalingkan wajahku ke sembarang arah.
''Atau kau bisa mengobati luka di wajah tampanku ini''
Aku memutar kedua bola mataku malas.
''Percayalah aku akan menuntut kekasihmu jika wajah tampanku tidak kembali dalam dua hari'' ancam Felix dengan seringai nakalnya.
''Huh, seperti biasa childish!''
''Anda terlalu berlebihan sir''
''Luka anda hanya goresan kecil yang dikasih anti septik besok juga sudah sembuh sir''
Felix tergelak mendengar penuturanku.
Felix menunjuk ke arah lemari yang ada di sudut ruangan.
''P3K ada di laci paling bawah dan hilangkan sikap formalmu itu. Aku ingin kau memperlakukan aku sama seperti Ray dan Roland.''
Aku menghembuskan nafasku lalu berjalan kearah lemari yang di maksudnya.
''Jangan salah kan aku bila aku bersikap kurang ajar padamu nantinya. Atau bahkan menghilangkan rasa hormatku padamu karna kau yang meminta bersikap sesantai mungkin'' ucapku enteng.
Aku meneteskan alkhol ke atas kain kasa lalu menekannya pelan ke wajah Felix yang memar begitu juga dengan sudut bibirnya dengan darah yang sudah mulai mengering.
Aku bisa merasakan hembusan nafasnya diwajahku. Karna jarak kami memang hanya beberapa centi. Gugup pasti. Aku merasa gugup karna ini pertama kalinya aku berdekatan dengan pria selain kak Raymond tentunya. Aku juga bisa merasakan Felix yang menatapku intens.
Oh Tuhan cobaan apa lagi ini, kenapa jantung ini memompa lebih cepat dari biasanya.
''Ehmmm..'' Aku berdehem untuk menetralisir kegugupanku.
''Kenapa darahnya bisa mengering begini, apa pujaan hatimu itu tidak mengobatinya?'' Aku menyesali pertanyaan yang ku lontarkan dari mulutku setelah mendengar pertanyaan Felix.
''Apa kau tidak bisa melepaskan Raymond untuk Noura?''
Aku mendongak dan menemukan mata coklat itu juga sedang menatapku. Tatapan yang tidak bisa ku artikan dengan pasti. Tatapan memohon dan juga kesedihan.
Aku memalingkan wajahku sesaat lalu menatapnya kembali. Aku menatapnya datar.
''Aku tidak bisa melepaskan kak Raymond kecuali dia yang meminta'' Aku sengaja menekan kuat luka memarnya untuk menunjukkan kekesalanku. Felix meringis. Aku memundurkan tubuhku dan melempar kain kasa itu kearahnya.
''Aku rasa tugasku sudah selesai, aku permisi dulu'' pamitku seraya mengambil tasku lalu berbalik berjalan ke arah pintu keluar.
''Aku bisa menggantikan Raymond di hatimu, aku akan bersikap baik padamu bahkan aku tidak akan mengkhianatimu, kau akan menjadi satu-satunya dan aku akan selalu ada di sampingmu''
Aku menghentikan langkahku mendengar kata-kata Felix yang tidak bisa dipungkiri sangat menyentuh hatiku. Darahku berdesir mendengar pernyataannya yang tiba-tiba itu.
Mungkin sebelum pulang kerumah aku perlu ke ahli THT untuk memeriksakan telingaku yang mungkin saja bermasalah karna aku juga tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan.
Atau mungkin ke ahli spesialis dalam. Karna jantungku bekerja tidak seperti biasanya memompa sepuluh kali lebih kuat setelah mendengar lanjutan kata-kata yang dikeluarkan Felix dari mulut manisnya itu.
''Aku akan melakukan itu semua dan menuruti semua keinginanmu asal kau merelakan Noura dengan Raymond." Semua itu di ucapkannya dengan nada yang memohon.
Dada ku sesak. Aku seperti kekurangan pasokan udara di dalam ruangan ini. Aku berbalik berjalan ke arahnya. Aku berdiri di hadapan nya yang masih duduk di kursi kebesarannya. Dia menatapku teduh. Untuk sesaat aku tenggelam dalam tatapan sayu itu.
''Felix O'Neil Mc.Kenzie yang terhormat, aku sarankan daripada kau sibuk mengurusi kisah asmaraku lebih baik kau berusaha untuk mendapatkan wanita pujaanmu itu. Dan lakukan apa yang kau tawarkan tadi padanya karena aku tidak tertarik sama sekali karena kau tentu tahu sebesar apa aku membenci mu'' aku menarik nafasku sesaat, menjeda ucapanku.
''Aku mendoakanmu dengan tulus semoga kau berhasil mendapatkannya'' aku meletakkan kedua telapak tanganku ke dadaku.
''Dan Mr. Mc.Kenzie aku tidak tahu apa yang Noura katakan padamu tentangku, tapi terkadang apa yang kita lihat dan kita dengar tidaklah seperti kenyataan yang sebenarnya, kau hanya perlu membuka matamu untuk memahaminya''
Felix tertawa sumbang mendengar ucapanku.
''Aku sudah memintamu secara baik-baik bahkan aku menurunkan harga diriku dan memohon padamu, tapi kau tidak juga mengerti apa maksudku. Kau tahu Mikayla Anderson aku adalah manusia yang percaya dengan apa yang ku lihat. Jadi sejauh yang ku lihat kau dan Ray adalah manusia egois yang tidak tahu malu."Felix menatapku dengan sinis tidak ada lagi tatapan teduh dan memohon.
''Aku masih tidak percaya dibalik wajah polosmu ini kau adalah wanita yang licik. Tidak kah kau merasa malu dengan dirimu sendiri yang tega merebut dan merusak milik orang lain."
''Ternyata wajah polos ini hanya kau jadikan topeng untuk memikat para lelaki di luar sana'' Felix mengelus wajahku. Aku memalingkan wajahku dan menghentakkan tangannya dari wajahku.
Aku menatapnya nanar dan menahan air mataku sebisa mungkin agar tidak terjatuh di hadapan pria brengsek ini.
''Sudah berapa banyak pria tertipu dengan wajah polosmu ini. Bahkan Raymond bisa berpaling dari wanita cantik seperti Noura hanya gara-gara wanita sepertimu."Felix menatapku dari atas kebawah seperti menilai. Felix mendekatkan wajahnya membuatku reflek mundur beberapa langkah.
''Apa permainanmu hebat di atas ranjang'' bisik Felix di telingaku yang membuat darahku langsung mendidih.
Aku mendorong tubuhnya dan melayangkan tanganku di wajahnya. Aku sudah muak dengan pria yang ada di hadapanku ini. Aku sudah tidak bisa lagi membendung air mataku. Aku berbalik dan berlari meninggalkan Felix yang masih memegang wajahnya yang ku tampar tadi.
''Kau bertingkah seolah olah kau yang tersakiti di sini. Padahal kenyataannya kau adalah satu-satunya orang yang menyakiti di sini'' Ucap Felix dengan nada meremehkan.
Aku menghentikan langkahku dan berbalik menatap Felix penuh arti.
''Kelak kau akan sadar siapa yang bersabar di sini."
Aku mengucapkannya dengan suara tidak bernada lalu pergi meninggalkannya yang masih mematung di sana.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Reksa Nanta
jangan jangan Noura adalah ratu playing victim.
2024-05-01
0
Ndhe Nii
kata kata lebih sakit dari pd tamparan fisik Felix 😀
2022-10-07
0
wily andriani
Felix udah kemakan omongan Mak lampir Noura itu.
jadi Felix melakukan ini semua karna dia cinta dengan mika atau karna rasa cintanya yg begitu besar buat Nora sehingga dia mau melakukan apapun yg diperintahkan Noura, ohh sungguh menyebalkan ini.
you crazy Felix.
2021-10-28
0