Aku benar-benar sudah gila. Terpaksa menuruti membawa istri orang kabur. Sebenarnya hati ini berontak menolak. Tapi apa daya, antara iba dan juga kesal karena perempuan itu selalu mengintilku. Mengiba dan memohon pertolonganku. Akhirnya aku ikuti semua keinginannya.
Cecillia asistenku hanya bisa tersenyum melihat wajahku yang kutekuk karena tak bisa berkutik.
Vika ikut dengan kami ke Jakarta. Dengan masker dan kacamata hitam, ia justru terlihat mengundang perhatian. Banyak yang menyangka kalau ia artis karena postur tubuhnya dan juga penampilan casualnya yang diatas rata-rata wanita menikah. Dan aku jadi lebih mirip bodyguard karena tubuhku yang tegap dan tinggi.
Lagi-lagi Cecil hanya tertawa kecil meledekku diam-diam.
"Awas ya, kau Cecil ! Berani meledekku!" kataku kesalmembuat Cecil makin tersipu.
"Mereka akan terkejut kalau mbak Vika justru ga pakai masker dan kacamata hitam!"
"Ya, udah... Jangan bahas itu!"
Sementara Vika lebih banyak diam tak bicara. Justru karena sikapnya ini yang makin membuatku tambah kesal.
Perempuan ini sok ngartis banget! Padahal sudah ditolongin tapi malah kebanyakan gaya!Bathinku dongkol.
Setelah menempuh waktu 1 jam 50 menit, akhirnya kami mendarat dibandara Soeta.
"Kita pisah disini saja! Aku rasa Jakarta juga tanah kelahiranmu dan tempat mainmu. Pasti banyak teman yang bisa kamu mintai tolong selain aku. Jadi tolong, kita sudahi sampai disini saja. Kita bukan teman apalagi saudara. Aku pikir kamu paham maksudku!"
Vika menjabat tanganku dan juga Cecil. Mengucapkan terima kasih dan maaf berkali-kali. Cecil menyelipkan selembar uang kertas 100 ribuan ketangan Vika membuatnya makin kikuk.
"Ini untuk naik taxi, mbak! Maaf, kami ga bisa bareng karena harus langsung ke gedung Graha." ucap Cecillia.
"Terima kasih mbak Cecil! Kalian betul-betul penolongku!"
Tanpa basa-basi lagi aku sengaja pergi kearah berlawanan dengan Vika. Tak ada niatan mendengar Vika menceritakan arah tujuannya apalagi menanyainya. Karena kurasa bantuanku sudah teramat banyak untuk orang yang tidak aku kenal sebelumnya. Bahkan terlalu banyak. Hhhh....
Cecil mengikutiku dari belakang. Ia tergesa-gesa karena langkahku yang cepat membuatnya susah mengimbangiku.
"Pelan-pelan saja, Pak! Sepertinya mbak Vika juga berbeda arah dengan kita." ungkap Cecil membuatku mengurangi kecepatan langkahku dan kini berjalan sejajar dengan Vika.
"Bertemu perempuan itu membuatku jadi sial, Cil!" gerutuku membuat Cecil tertawa.
"Hati-hati, Pak kalau bicara!" Cecillia mengingatkanku masih sembari tertawa.
Aku mendengus kesal. Tapi memang aku seperti terkena sial bertemu Vika. Wanita cantik itu seolah menyeretku terus dilingkaran kesialannya. Bahkan kantongku juga ikut terkuras lumayan hanya untuk menolongnya.
Andai Ranti tahu kalau aku sudah boros untuk hal tidak penting. Hhh.....! Ini bukan sodakoh yang ikhlas namanya. Mengingat itu membuat kepalaku sakit memikirkannya. Cari uang itu susah, tapi dengan mudahnya perempuan itu membuatku menggelontorkan beberapa juta untuk biaya rumah sakit dan tiket pesawat.
Kupijit pelan pelipisku. Pusing jadi menyerangku.
Cecillia tidak lagi menggodaku dengan senyum jahilnya. Ia kembali menjadi asistenku dengan menjaga batasannya. Itulah yang kusukai bekerjasama dengannya. Ia tahu diri tanpa harus aku ucapkan kata-kata semisal ancaman agar ia tak berkoar menceritakan segala hal pribadiku kepada karyawan lain.
Pekerjaan lain sudah menunggu dimeja kantorku. Menumpuk dan menunggu deadline membuatku sibuk dan lupa tentang kejadian di Batam.
Sorenya aku pulang kerumahku yang nyaman dengan pelukan sambutan Ranti yang hangat dan tawa Jingga yang ceria. Ah, bahagianya!
Ranti istri yang baik. Ia tidak langsung memberondongku dengan berbagai pertanyaan tapi membiarkanku menghabiskan qualitytime-ku bersamanya dan Jingga.
Anak kami yang baru 2 tahun sudah pandai berlari. Tapi masih harus kami awasi karena Jingga masih suka slebor hingga membuat kami khawatir ia terjatuh.
Rasa capekku perlahan menghilang seiring tawa riang dan canda kami bertiga dirumah kami.
"Yang! Kamu tahu nomor hapenya Vika Amalia?" tanya Ranti usai makan malam.
"Aku ga tahu, yang!.... Lagipula, kayaknya hapenya juga disita suaminya tuh!" jawabku membuat Ranti terkejut.
"Hah? Disita suaminya?"
"Hhh...., ketemu sahabat kamu itu adalah kesialan buat aku, yang!"
"Maksudnya? Koq bisa jadi kesialan kamu, Mas?"
"Panjang ceritanya. Hhhh....., males sebenernya bahas itu orang lagi." Ranti tertawa.
"Aneh! Vika itu membawa keceriaan dan juga kehangatan lho, Mas! Dulu dia itu primadona sekolah kami. Perempuan super yang sempurna. Koq bisa sih dia jadi bikin suamiku ini sial?"
"Kamu tau ga? Sahabatmu itu sekarang jadi perempuan yang menyedihkan. Kasian aku liat dia."
"Koq bisa menyedihkan? Gimana maksudnya? Ayooo ceritaaa....!" Ranti mengelayut dilenganku. Merengek mesra karena rasa penasarannya mencuat. Jingga sudah terlelap dikasurnya hingga Ranti bisa berbuat begitu.
"Tapi nanti kalo udah selesai cerita, aku minta bayaran yaaa..." godaku membuat Ranti mengangguk dengan berkedip nakal. Kalau begitu khan aku jadi semangat! gumam hatiku nakal.
"Pas sampe bandara Hang Nadim ujan deras. Jadi aku sama Cecil mampir dulu ke coffe shop disana sambil nunggu reda juga nunggu jemputan. Tiba-tiba, ada perempuan datang marah-marah sama lelaki yang lagi asyik ngobrol dengan wanita. Ributlah mereka. Awalnya perempuan itu yang nampar si prianya duluan. Tapi malah dibalas tiga kali tamparan sama pria itu sampe si perempuan hampir jatuh. Aku yang duduk tepat didepannya otomatis bantuin si perempuan itu supaya ga jatuh terlempar kelantai. Dan perempuan itulah sahabatmu, yang!"
"Lelaki itu siapanya Vika?"
"Katanya sih suaminya. Yang lagi ke gep selingkuh. Dan sahabatmu itu istri ketiganya."
"Eeh?? Masa' yang? Ga mungkin Vika mau jadi istri ketiga. Dia itu banyak yang naksir lho! Cowo-cowo keren dan tajir. Terus, kalian bisa ada di cafe malem-malem gitu? Gimana ceritanya?"
"Itulah kesialanku ketemu dia lagi. Awalnya abis acara gunting pita sama gathering pembukaan resto, biasalah...para obos ngajak minum. Kalo aku nolak, tau sendiri resikonya, yang! Akhirnya aku dan Cecil ikut ngumpul juga minum. Walau cuma beberapa gelas aja buat penghormatan bos tuan rumah, tapi kamu tau banget aku lah! Aku jadi ga bisa tidur. Cecil sih langsung masuk kamar hotelnya. Aku, bete sendirian ga bisa tidur. Cari angin sampe disatu cafe deket hotel. Lah, ternyata si Vika itu waitress juga penyanyi di kafe itu. Hhh...., dia nyamperin aku, ngucapin terima kasih basa-basi gitu lah. Tiba-tiba kamu video call. Pas kita ngobrol, tuh orang dengan tidak sopannya berdiri dibelakang aku say hello sama kamu, sok akrab gitu. Aku sebenernya kesel banget waktu itu."
"Hahahaha, mas... Vika itu seperti itu. Orangnya cepet akrab. Supel juga pandai bergaul."
"Pandai bergaul apa?... Orang kek gitu tuh justru etitude-nya kurang. Agak gimanaaaa gitu! Dan asal kamu tau, dia itu digebukin suaminya setelah itu. Sampe dirawat semalaman di UGD rumah sakit Embung Fatimah. Dan dia minta tolong admin rs untuk hubungi nomor aku yang ternyata salah kasih kartu nama, yang seharusnya kartu namamu yang dia pinta tapi kartu nama aku yang kukasih!"
"Lalu?!..."
"Ya asal kamu tau, aku dinas ke Batam bukannya menghasilkan uang, tapi malah ngabisin uang!"
Ranti bengong.
"Biaya rumah sakitnya. Setelah itu dia nangis-nangis, minta tolong lagi untuk bawa dia juga ke Jakarta!"
"Hah?? Terus? Kamu ajak khan, mas?"
"Aku kasih dia pengertian untuk lapor polisi. Urusin KDRT-nya. Eh dia bilang percuma. Mending dia kabur aja katanya. Katanya suaminya juga udah ga peduli dia. Juga keluarga suaminya. Di Batam dia ga punya siapa-siapa yang bisa dimintai tolong. Dia nangis-nangis sama aku mohon bantuannya. Ya akhirnya, aku ngeluarin uang buat tiket dia juga! Hhh....!"
"Terus,... Vika sekarang dimana? Kamu antar dia kemana?"
"Mana aku tau?? Cecil ngasih uang seratus ribu buat ongkos taxi-nya. Udah, selesai. Aku ga mau kepo tanya-tanya dia mau kemana. Nanti dia gimana. Hhh.... Uangku habis sama dia!"
"Mas....! Kalo nolong orang itu jangan setengah-setengah. Kasian Vika, mas! Andai kamu bawa dulu kerumah kita. Atau minimal kasih alamat kita ke Vika supaya Vika langsung kesini. Kasian aku dengar kisahnya! Hampir 8 tahun aku ga tau kehidupannya!"
"Ampun deh, yang! Aku ngabisin uang lho buat perempuan lain....! Kamu bukannya marah-marah, malah bilang aku bantu orang setengah-setengah? Uangku habis buat bantuin dia lho!... Kamu ga kesel gitu?? Harusnya tabungan kita bertambah karena dapat bonus dari perjalananku keluar kota. Tapi ini malah tabungan ketarik, yang! Amboooy.... baik hatinya istriku! Aku aja masih kesel kalo mikirin itu!" gerutuku membuat Ranti menciumiku. Bertubi-tubi kepipiku, dahi hingga bibir. Aku jadi terdiam dan terhanyut godaan Ranti.
Malam ini kami terlupa karena pergumulan panasku dengan Ranti. Ia paling bisa membuatku senang. Paling mengerti aku. Dialah istri sempurnaku.
Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Dhina ♑
busyet dah, benar nih istri, baik banget kamu Ranti......ga kasihan suami kamu, di bikin bangkrut sama Vika
eh, gimana ya. emang begitu sih, urusan sama Vika lumayan bikin ruwet, Ranti....
2021-03-12
3
BELVA
💞💞💞💞💞💞
2021-01-25
2
AM👀🍁
Jadi inget film muslimah🤐 Ranti malah mau ajak ni si Vika ke rumahnya ...
2020-11-25
1