Jelang sore Alice terburu-buru keluar dari kantor, dia ingin menemui Nathan yang sudah menunggunya di parkiran mobil. Alice melihat sang kekasih sedang berdiri di samping kendaraan, dia menghampiri pria itu dan memeluknya.
“Maaf sudah membuatmu menunggu,” ucap Alice dengan melingkarkan kedua tangan di punggung Nathan. Wajahnya terlihat bahagia setiap kali bertemu dengan pria ini.
“Tidak masalah, Sayang. Ayo pulang, nanti malam kita makan bersama di rumah orang tuaku.” Alice mengerutkan dahi menatap Nathan, setiap kali akan ke rumah orang tua pria itu perasaan Alice selalu tak menentu.
“Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Nathan dengan membelai lembut pipi Alice.
“Setiap kali akan pergi ke rumah orang tuamu, jantungku serasa ingin berhenti.” Nathan terkekeh mendengar penuturan Alice.
“Ayolah, ayahku mengundang kita untuk makan malam bersama. Jangan hiraukan ibuku,” mohon Nathan dengan mengusap rambut Alice dengan lembut.
“Baiklah.” Nathan terlihat senang, akhirnya Alice mau ikut bersama ke rumah orang tuanya.
Nathan membukakan pintu mobil untuk Alice, setelah Alice masuk dia berjalan ke sisi lain dan duduk di belakang kemudi. Nathan langsung mengantar Alice pulang ke apartemen.
Sementara tidak jauh dari mereka nampak Ruth sedang mengawasi kedua pasangan itu. Saat mobil Nathan meninggalkan parkiran, Ruth mengikuti kendaraan Nathan dengan menjaga jarak.
Wanita itu ingin tahu kemana Nathan dan Alice akan pergi, begitu mobil Nathan berhenti di lokasi apartemen, Ruth juga menghentikan kendaraanya dan mengawasi mereka dari dalam mobil.
“Oh ternyata dia tinggal di sini.” Dia yang dimaksud Ruth adalah Alice, karena setahunya sang mantan rumah sendiri. Wanita itu tersenyum lalu meninggalkan parkiran dan kembali ke kediamannya.
Malamnya Nathan bersama kekasihnya pergi ke Mansion ayahnya, Nathan memegang tangan Alice lalu masuk ke dalam kediaman orang tuanya. Nampak di ruang keluarga sudah hadir Dany bersama istri serta putrinya, di sana juga sedang duduk tuan Smith dan istrinya. Melihat Nathan dan Alice, tuan Smith berdiri dan menyambut putra dan kekasihnya.
“Selamat datang.” Tuan Smith memeluk Nathan juga menyapa Alice. “Ayo kita ke ruang makan.”
Nyonya Smith dan Lea menatap Alice dari ujung kepala sampai rambut dengan wajah tidak menyenangkan, mereka tidak suka dengan kehadiran Alice.
Nathan memegang tangan Alice dan berjalan ke ruang makan bersama tuan Smith diikuti oleh Dany dan istrinya juga nyonya Smith. Nathan menarik kursi dan menyuruh Alice duduk kemudian dia duduk di sebelah Alice.
Pelayang mulai mengatur makanan di atas meja, Alice dan Nathan membuka piring. Begitu juga tuan Smith dan istrinya, mereka mulai mengambil makanan.
Di meja makan tidak ada satu’pun yang membuka suara suasana sangat hening, semuanya fokus pada makanan yang ada di piring mereka. Sementara Alice tidak ingin menatap nyonya Smith dan Lea, karena wajah mereka berdua sungguh tidak enak di pandang.
Selesai makan tuan Smith berbincang-bincang dengan Nathan dan Alice juga Dany. Sedangkan nyonya Smith juga Lea pergi ke ruang tengah, mereka berdua tidak ingin terlibat dengan perbincangan ketiga pria itu serta Alice.
“Bagaimana perusahanmu?” tanya tuan Smith setelah selesai mengesap winenya.
“Berjalan dengan baik, seperti yang daddy tahu saat ini aku sedang membangun apartemen.” Tuan Smith menganggukkan kepala dan tersenyum, dia tahu perusahan Nathan terbilang besar.
“Bagus kalau begitu,” gumam tuan Smith kemudian menatap Alice. “Aku dengar sambil kuliah kamu’pun bekerja, apakah benar?”
“Benar, Tuan.” Alice terlihat gugup menjawab pertanyaan tuan Smith lalu Nathan memegang tangan wanita itu untuk menenangkannya.
“Oh, di perusahan mana?” Kembali tuan Smith bertanya, sebenarnya dia tidak ingin tahu Alice berkerja dimana tapi untuk lebih terlihat dekat dia mengajukan pertanyaan kepada wanita itu.
“Miller cooperation, sebagai asisten.” Tuan Smith mengangkat kedua alisnya menatap Alice, dia tahu perusahan Miller sangat besar di Houston.
“Perusahan yang sangat bagus,” puji tuan Smith dengan mengangkat gelas yang berisi wine dan meminumnya.
“Kapan kalian akan menikah?” tanya Dany menyelah pembicaraan ayahnya dengan Alice.
“Bulan depan, selesai Alice wisuda,” jawab Nathan dengan menggenggam tangan Alice dan tersenyum kepada wanita itu.
“Bagus kalau begitu,” ujar tuan Smith mendengar jawaban Nathan.
Nathan dan Alice saling tatap, ada perasaan bahagia dalam diri Nathan karena tuan Smith merestui hubungan dia dan Alice. Nathan tidak perduli kalau ibunya tidak setuju hubungannya dengan Alice.
“Kalian berdua ikut bersamaku ke ruang kerja.” Tuan Smith berdiri dan meninggalkan Nathan juga Alice serta Dany, dia langsung menuju ke ruang kerjanya.
Nathan dan Alice ikut berdiri dan pergi ke ruang kerja tuan Smith, saat melewati ruang tengah Alice memegang lengan Nathan karena sudah di tatap tajam oleh dua wanita yang membencinya.
Alice menundukkan kepala saat melewati nyonya Smith dan Alice, dia tidak ingin melihat wajah kedua wanita itu. Alice ikut masuk bersama Nathan di ruang kerja tuan Smith.
Tuan Smith tersenyum melihat Nathan serta Alice, dia menyuruh mereka berdua duduk lalu membuka laci dan mengeluarkan sebuah kotak. Tuan Smith membuka benda itu dan menunjukkan kepada Nathan.
“Aku ingin memberikan ini kepada Alice sebagai hadiah pernikahan kalian, pasangkan cincin ini saat kalian menikah di gereja.” Nathan berdiri lalu mengambil kotak itu dari tuan Smith dan memperhatikan cincin yang bermatakan berlian.
“Tapi aku sudah menyiapkan cincin pernikahanku dan Alice.” Cincin yang ada di tangan Nathan adalah benda kesayangan dari tuan Smith.
“Jangan menolaknya, aku akan kecewa.” Alice ikut berdiri dan memegang lengan Nathan sambil memperhatikan cincin itu.
“Aku akan memakainya di pernikahan nanti.” Alice tidak ingin mengecewakan tuan Smith, dia meminta Nathan untuk mengabulkan permintaan ayahnya.
“Baiklah kalau begitu.” Tuan Smith terlihat sangat senang akhirnya Nathan dan Alice menerima cincin itu. Tanpa mereka sadari nyonya Smith mengintip dan mendengar pembicaran tuan Smith dan Nathan serta Alice.
“Bukankah itu cincin mendiang istrinya?” Wajah nyonya Smith nampak marah melihat cincin itu diserahkan kepada Alice. Nyonya Smith kembali ke ruang tengah dan duduk menunggu sang suami selesai berbincang dengan sepasang kekasih itu.
“Ada apa?” tanya Lea penasaran kepada sang mertua.
“Ah, tidak ada.” Nyonya Smith tidak ingin mengatakan kepada Lea apa yang dia lihat.
Sementara di ruang kerja Nathan dan Alice tidak berlama-lama, mereka berdua berpamitan kepada tuan Smith. Melewati ruang tengah pasangan kekasih itu juga berpamitan kepada nyonya Smith dan Lea.
Saat berada di depan rumah, Nathan berpapasan dengan Dany. Dia berpamitan kepada sang adik dan mengajak Alice untuk masuk ke mobil, mereka berdua langsung meninggalkan kediaman tuan Smith.
Nathan mengantar Alice ke apartemen, walau’pun sudah bertunangan mereka berdua masih tinggal terpisah. Tidak berselang lama Nathan dan Alice tiba, pria itu membukakan pintu untuk kekasihnya kemudian mengecup lembut bibir wanita itu.
“Besok aku akan menjemputmu.” Alice hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
“Baiklah, aku masuk sekarang.” Alice mengecup pipi Nathan lalu meninggalkan pria itu dan masuk ke dalam. Begitu Alice masuk, Nathan langsung menyetir kembali ke kediamannya.
Sementara di kediaman tuan Smith, terdengar pertengkaran suami istri di ruang kerja. Nyonya Smith begitu marah karena suaminy memberika cincin berlian kepada Alice.
“Alice calon istri Nathan, kamu harus terima itu,” seru tuan Smith dengan marah kepada istrinya yang terlalu ngotot agar sang suami tidak merestui hubungan Nathan dan Alice.
“Apakah kau tidak malu memiliki menantu miskin?” Tuan Smith tertawa mendengar ucapan sang istri yang baginya tidak masuk akal.
“Sebelum kamu menghina Alice, lihat dirimu. Apaka kamu lupa siapa dirimu dulu, kamu hanya seorang pengasuh Nathan lalu aku ambil menjadi istri.” Nyonya Smith membulatkan mata tidak percaya dengan apa yang dikatakan sang suami.
“Kamu menghinaku?” pekik nyonya Smith dengan mata mulai berkaca-kaca, dia tidak menyangka suaminya akan mengungkit jati dirinya.
“Tidak menghina, tapi itu memang kenyataan. Makanya aku katakan kepadamu, jangan pernah kamu menghalangi apa yang menjadi pilihan putraku.” Tuan Smith berjalan menghampiri istrinya dan menatap tajam wanita itu.
“Walau’pun kamu merawat Nathan dari umur tiga tahun, bukan berarti kamu harus mengatur hidupnya. Ingat itu! Satu hal lagi, cincin yang aku berikan kepada Alice adalah milik mendiang ibu Nathan.” Nyonya Smith tidak bisa berkata apa-apa dia terlihat sangat kecewa kepada suaminya.
“Meski’pun kamu sudah menjadi istriku selama puluhan tahun tapi aku hanya mencintai ibu Nathan, semua yang aku miliki adalah milik mendiang istriku. Jadi jangan banyak mengatur hidup putraku, urus saja putramu yang tidak mandiri itu.” Tuan Smith meninggalkan istrinya dan pergi ke kamar.
Sebenarnya tuan Smith tidak ingin mengungkit siapa istrinya dulu, tapi dia tidak suka mendengar wanita itu terus dan terus menghina Alice seolah-olah dia adalah wanita kaya raya sebelum menikah dengan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
GOD BLESS
hadeh...nyonya smith ga lbh rendah derajatmu drpd alice, cuma pembantu/ pengasuh dikeluarga tuan smith. ini ni...kacang lupa sama kulitnya
2023-08-06
0
🍌 ᷢ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦 ~ Ꮢнιєz ~
waadduuhhh ternyata tikar butut naik ke dipan.. mantan orang susah juga dy🤦♀️
2023-05-16
0
GOD BLESS
rpnya hanya seorang pengasuh. lebih rendah la level pengasuh di bandingkan sama yg kuliah sdh hmpir mendapat titel sarjana. nyonya smith jgn lupa kacang sm kulitnya ya. jgn sdh krn sdh dinikahi tuan smith kau jd lupa kau sm asal mu😠😠
2023-05-12
0