Lutfi Gilang

Lutfi Gilang

Bagian Satu

Pelabuhan Istanbul, Turki.

Angin berdesir manja. Mengirimkan aroma musim kemarau kepada setiap insan di hamparan pelabuhan paling megah di negara ini. Selain dedaunan yang berjatuhan, siulan burung-burung, seruan kapal-kapal, gemuruh para pegawai yang menyeret kargo ke gudang-gudang terdekat, ada juga warna-warni dari pantulan cahaya mentari berjajar rapi dan membentuk setengah lingkaran yang tiada kutahu di mana ujung keduanya.

Aku menengadah kepala. Mengirup napas panjang. Berusaha merasakan udara dengan seluruh tubuhku—mungkin sudah kau rasakan beberapa hari sebelum aku tiba di tempat ini. Entahlah, aku tak tahu, pun tidak dapat menebak apapun tentangmu. Setidaknya kukatakan sekarang, kau mungkin lebih aneh dari zaman aku SMA dulu.

Aku ingat, ketika kau memanggilku dengan julukan Raja Tidur, itu cukup memalukan memang. Dan, mereka tidak salah akan hal itu, karena aku memang selalu tertidur setiap pelajaran dimulai, bahkan di luar waktu tersebut. Jadi, aku merasa tidak masalah dengan julukan itu.

Kembali aku memandangi ketujuh warna yang menghiasi langit biru. Sungguh, rasanya aku seperti pernah mendegar sesuatu tentang pelangi darimu. Terus kucoba mengingat kejadian sebelumnya, namun tiada hasil. Yah, entah kenapa laki-laki diciptakan lebih pelupa daripada perempuan.

Perlahan kakiku bergerak menuju sebuah kursi kosong yang menghadapkan tuannya pada pelantaran sang laut. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku duduk bersandar sembari mata tetap tidak beralih pada pelangi.

“Pelangi, yah? Datang dan pergi begitu cepat, tapi dinanti sangat lama.”

Menghembus napas. Kembali otak menampilkan sosok khayalanmu.

“Apakah kau tidak sepertinya, yang hadir dan indahnya hanya sesaat?”

Aku tersentak, setelah mengingat kejadian itu.

🌹🌹🌹

Sembilan tahun lalu.

Ketika aku dan kau duduk berjejer di rawa Situ Bamban sembari aku menikmati segelas es kelapa, tidak denganmu karena kau sedang kedatangan tamu bulanan. Rambutmu yang bergelombang karena diterpa angin sore tak kalah indah dengan pemandangan saat itu. Meski aku yakin, bagimu, aku hanya peduli pada minumanku.

Sekitar lima menit kita terdiam dan menikmati pandangan masing-masing hingga tiba-tiba pelangi muncul.

“Lihat, ada pelangi.” kataku.

Kau hanya mengangguk dan tersenyum tanpa menghadapkan wajah padaku dan itu membuatku tak bisa berkata-kata, setidaknya aku bingung memikirkan topik pembicaraan yang tepat. Dan, aku terlalu terbelenggu di dalamnya hingga membuat suasana kembali hening.

Tak lama, bahkan tidak mencapai sepuluh menit warna-warni itu telah pudar dan kembali seperti sedia kala. Menatapmu, mencoba berkata sesuatu namun kulihat bibirmu bergerak. Jadi, aku memutuskan untuk diam dan mendengarkan kalimatmu.

“Aku ga mau jadi pelangi.”

“Kenapa?”

“Hadir dan indahnya cuma sesaat.”

“Oooh.... jadi kamu pengin terkenal?”

Kau mendadak memandangku tajam dengan eskpresi jengkel, membuatku berpikir aku kembali melakukan kesalahan. Namun ketika aku mau meminta maaf, kau mendadak berkata: “Aku lebih baik jadi awanmu.”

“Awan?”

Mengangguk kemudian menengadah kepala. “Awan emang ga seindah pelangi, tapi selalu ada.”

“Kaya kamu mau nemenin aku?”

Tak ada jawaban, yang kulihat kau hanya tersenyum. Melihat senyummu itu sungguh membuat jantungku tidak lagi bekerja normal.

Angin kembali berhembus seakan mengiringi nuansa romantis untuk kita, atau hanya bagiku seorang. Entahlah, aku tidak tahu apa-apa tentang perasaan yang disembunyikan. Tapi, sebenarnya aku lagi-lagi terbawa perasaan setelah kau mengatakan kalimat itu.

“Atau jadi angin juga boleh. Mengudara, untuk selalu menemani dan mendampingimu setiap waktu.”

Aku tersentak hebat. Hanya terus terdiam saking bahagianya. Bahkan membiarkanmu melangkang cukup jauh hingga aku menyusulmu dengan motor matic warna merah dan memberimu tumpangan pulang.

🌹🌹🌹

Yah, itu memang kenangan indah. Hanya dengab membayangkannya saja membuatku makin dan semakin menaruh rasa yang teramat besar. Bagaimanapun, diriku ini memang tipe yang tidak akan menyatakan cinta jika orang yang disuka tidak memiliki rasa serupa. Lebih singkatnya, aku takut ditolak.

Ngomong-ngomong soal ditolak, aku jadi makin penasaran dengan semua hal yang terjadi padamu. Aku sungguh tidak menyangka jika kado ulang tahunku adalah buku diarymu. Sebuah harta yang bahkan tidak boleh kudekati bahkan dari jarak sepuluh meter selama sembilan tahun sebelumnya. Tapi, entahlah. Ini pemberianmu, dan aku belum pernah membukanya hingga aku menyusulmu ke Turki, negara yang sangat ingin kau kunjungi.

Tangan merogoh saku atas, meraih hadiahku. Tampak buku kecil berwarna pink khas untuk cewe remaja. Kubuka pengaitnya perlahan dengan 1001 perasaan berkecambuk dalam dada. Di otakku hanya terus mengulang pertanyaan, “Apa ga masalah kalau aku membacanya?” Tapi terus kulakukan hingga buku terbuka pada halaman pertama.

Jantungku makin berdetak hebat ketika kulihat tulisanmu yang begitu rapi nan menawan namun tetap tampak tegas seperti parasmu. “Akhirnya, akan kuungkap sebuah rahasia yang tidak pernah kutahu tentangmu.”

Dermaga besar, 30 Maret 2019

Rizky Gilang Kurniawan

Lelaki yang terus merindukanmu,

Lutfi Nurtika.

Terpopuler

Comments

Gribelion

Gribelion

bisa luang kan waktu anda untuk membaca novel ku Hidden Feeling 😁✌️

2020-08-19

0

Epron Putra

Epron Putra

jngn lpa main ke crita aq ya kak ni udah aq tinggalin like dan komen jga smngt kak

2020-05-19

1

Jo Whylant

Jo Whylant

Romantis

2020-04-11

6

lihat semua
Episodes
1 Bagian Satu
2 1. Aku
3 2. Surat dari RT
4 3. Raja Tidur
5 4. Dia Gilang
6 5. Penyesalanku
7 6. Pesan Penting
8 7. Penantian yang Sia-sia
9 8. Kado dari Fans
10 9. Warung Mbok Iin
11 10. Gilang Menjauh
12 11. Tentang Lutfi
13 12. Si Aneh vs Si Rajin
14 13. Tes Kesehatan
15 14. Hujan Berlalu
16 15. Gerobak Sampah
17 16. Kisah KJ dan BM
18 17. Seleksi LCC
19 18. Gosip
20 19. Gilang Menghilang
21 20. Jalan-jalan
22 21. Kejadian Andhang Pangarenan
23 22. Mamah Gilang
24 23. Dia Gilangku
25 24. Terlahir Kembali
26 25. Itu Bukuku
27 26. Cerdas Cermat
28 27. Insiden Alun-alun Banyumas
29 28. Aku Sakit
30 29. Keajaiban
31 30. Dua Orang yang Membisu
32 31. Pengakuan
33 32. Pantai Menganti
34 33. Nikah Rasa
35 Announcement
36 Bagian Dua
37 1. Awal dari Segalanya
38 2. Tangisan Bunga Daffodil
39 3. Rintihan Muslimah Sejati
40 4. Bantuan dan Dugaan
41 5. Gosip dan Kepayahan
42 6. Dilema Hati
43 7. Seorang Anak
44 8. Pelukan Rindu
45 9. Terjebak
46 10. Bohong
47 11. Usaha
48 12. Seblak vs Mie Ayam
49 13. Sambal Peningkat Harga
50 14. Rapat Orang Hilang
51 15. Dodit Mulyanto
52 16. Ustadz Yusuf Mansur
53 17. Tukang Shooting
54 18. Raditya Dika
55 19. Novelist vs Komikus
56 20. Bersama Hujan
57 21. Hasrat
58 22. Komitmen
59 23. Kepastian
60 24. Saksi Bisu
61 25. Bos Cafe
62 26. Jatuh yang Paling Hancur
63 27. Keputusanku
64 28. Jeruji Besi
65 29. Surat Pertama
66 Epilog
67 Bagian Tiga
68 1. Stigma
69 2. Kehidupan Narapidana
70 3. Takdir Tahanan Baru
71 4. Nomor 986
72 5. Detektif
73 6. Teks Proklamasi
74 7. Tahanan Lain
75 8. Filosofi Kopi
76 9. Keberuntungan Tidak Terduga
77 10. Negosiasi
78 11. Rencana yang Sempurna
79 12. Masalah Baru
80 13. Tantangan
81 14. Pesan Terakhir
82 15. Teman Lama
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bagian Satu
2
1. Aku
3
2. Surat dari RT
4
3. Raja Tidur
5
4. Dia Gilang
6
5. Penyesalanku
7
6. Pesan Penting
8
7. Penantian yang Sia-sia
9
8. Kado dari Fans
10
9. Warung Mbok Iin
11
10. Gilang Menjauh
12
11. Tentang Lutfi
13
12. Si Aneh vs Si Rajin
14
13. Tes Kesehatan
15
14. Hujan Berlalu
16
15. Gerobak Sampah
17
16. Kisah KJ dan BM
18
17. Seleksi LCC
19
18. Gosip
20
19. Gilang Menghilang
21
20. Jalan-jalan
22
21. Kejadian Andhang Pangarenan
23
22. Mamah Gilang
24
23. Dia Gilangku
25
24. Terlahir Kembali
26
25. Itu Bukuku
27
26. Cerdas Cermat
28
27. Insiden Alun-alun Banyumas
29
28. Aku Sakit
30
29. Keajaiban
31
30. Dua Orang yang Membisu
32
31. Pengakuan
33
32. Pantai Menganti
34
33. Nikah Rasa
35
Announcement
36
Bagian Dua
37
1. Awal dari Segalanya
38
2. Tangisan Bunga Daffodil
39
3. Rintihan Muslimah Sejati
40
4. Bantuan dan Dugaan
41
5. Gosip dan Kepayahan
42
6. Dilema Hati
43
7. Seorang Anak
44
8. Pelukan Rindu
45
9. Terjebak
46
10. Bohong
47
11. Usaha
48
12. Seblak vs Mie Ayam
49
13. Sambal Peningkat Harga
50
14. Rapat Orang Hilang
51
15. Dodit Mulyanto
52
16. Ustadz Yusuf Mansur
53
17. Tukang Shooting
54
18. Raditya Dika
55
19. Novelist vs Komikus
56
20. Bersama Hujan
57
21. Hasrat
58
22. Komitmen
59
23. Kepastian
60
24. Saksi Bisu
61
25. Bos Cafe
62
26. Jatuh yang Paling Hancur
63
27. Keputusanku
64
28. Jeruji Besi
65
29. Surat Pertama
66
Epilog
67
Bagian Tiga
68
1. Stigma
69
2. Kehidupan Narapidana
70
3. Takdir Tahanan Baru
71
4. Nomor 986
72
5. Detektif
73
6. Teks Proklamasi
74
7. Tahanan Lain
75
8. Filosofi Kopi
76
9. Keberuntungan Tidak Terduga
77
10. Negosiasi
78
11. Rencana yang Sempurna
79
12. Masalah Baru
80
13. Tantangan
81
14. Pesan Terakhir
82
15. Teman Lama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!