Masih Flashback.
Akhirnya bayi cantik Irani pulang kekediaman Dina. Bu ILan dan Pak Diman menyambut bayi kecil itu dengan sangat bahagia. Pak Diman dan Bu ILan belum mendapatkan seorang bayi, sudah sepuluh tahun menikah. Pasangan suami itu tak mendapatkan anak. Mereka berdua pasrah bila pada nantinya mereka tak mempunyai anak sendiri.
"Duh bayi cantik ini, lucu banget sih kamu bikin gemes," ucap Bu ILan sembari mencubit pelan pipi gemil sang bayi. Di pangkuan neneknya, Dina.
Karna, masih berusia enam belas hari. Bayi kecil itu masih terlelap dan menutup matanya dengan semua mimpi indahnya. Bayi seumur segitu masih belum merespon apapun. Bayi kecil itu masih terbuai mimpi indah mereka.
"Bu boleh, saya gendong bayi cantik ini," pinta Ilan kepada Dina. Ilan tak tahan bila harus melihat bayi cantik itu saja. Tangannya sudah gatal ingin mengendong bayi mungil nan cantik itu, di pangkuannya sendiri.
"Oh boleh dong," ucap Dina memberikan bayi kecil itu, ke pelukan Ilan.
Ilan bahagia saat Dina memberikan bayi mungil itu kepadanya. Rasa rindunya untuk memiliki bayi, terobati dengan kehadiran bayi mungil ini.
"Pak aku punya bayi," ucap Ilan memamerkan bayi mungil itu pada suaminya.
Suaminya tersenyum dan mengelus pipi gemil sang bayi dengan lembut, " Andai kita punya bayi sendiri ya sayang, " guman Diman melihat bayi kecil itu dengan intens.
"Ini bayi kita Pak, " ucap Ilan mengakui bayi itu, sebagai putrinya, karna ia tau ini kandungnya tak mengakui bayi ini.
Diman tersenyum mendengar ucapan istrinya itu.
Dina terdiam melihat Diman dan Ilan begitu menyayangi bayi itu, "Kenapa anaknya sendiri tak mau mengakui bayinya," pikir Dina dalam hatinya merasa sedih karna, Sita begitu tak sukanya dengan kehadiran putrinya tersebut.
"Bu, aku pamit masih ada urusan yang harus aku kerjakan sekarang," ucap Adnan yang sedari tadi memperhatikan mereka. Dan memberikan sebuah amplop berisi uang dan bingkisan untuk keperluan anaknya.
"Terima kasih Nak Adnan," ucap Dina menerima amplop dan bingkisan itu dari tangan Adnan.
Saat Adnan pergi, Sita merebut amplop yang diberikan laki-laki itu kepada Dina.
"Sita apa-apaan kamu? Kembalikan amplop itu kepada Ibu," bentak Dina kesal mengambil amplop itu, kembali dari tangan Sita.
"Ibu kok pelit begitu? Uang itu buat aku karna, aku sudah melahirkan bayi itu," ucap Sita marah.
"Kamu tidak mau mengakui bayi itu. Sekarang giliran ada uang, kamu mau mengambil uang ini buat kepentinganmu sendiri," bentak Dina kesal dengan tingkah putrinya sendiri.
" Asal Ibu tau, aku tak pernah mengharapkan anak itu ada!" ucapnta ketus sambil melihat bayi kecil itu, di pangkuan Ilan.
Plak.
Tampar Dina begitu kesal dengan tingkah putrinya ini, " Sita, di mana hati nuranimu. Dia putri kandungmu," ucap Dina tambah kesal.
Sita memegang pipi kanannya yg merah karna tamparan Ibunya, "Ibu, karna anak itu. Ibu tega menampar aku seperti ini, aku benci anak itu, aku benci Ibu karna, membela anak sialan itu," ucap Sita marah hampir menangis karna, perlakuan Ibunya berubah setelah kehadiran anak itu. Gadis itu pun pergi menuju kamarnya dan mengunci rapat-rapat pintu kamarnya.
"Sita bukan maksud ibu seperti itu," ucap Dina meneteskan air matanya. Karna, kini putrinya membencinya.
"Bu sabar yah, mungkin sikap Sita akan berubah pada nantinya," ucap Bu Ilan mencoba menenangkan Dina, sambil mengendong bayi kecil itu, di pangkuannya.
Dina menganguk terdiam sambil menangis dalam hatinya. Namun kali ini, sikap Sita sudah keterlaluan untuk cemburu pada bayinya sendiri.
Diman terdiam, baru kali ini, Ibu dan anak ini bertengkar karna, seorang bayi yang baru datang ke rumah ini.
Sebenarnya tak ada yg salah dengan semua ini. Tak ada yang bisa di salahkan. Bayi kecil itu ada karna, sebuah kesalahan. Namun tak sepantasnya bayi kecil itu di salahkan atas semua yg terjadi pada keluarga ini. Bayi kecil itu lahir dengan keadaan suci tanpa dosa. Tetap yg di salahkan disini. Sikap Sita yg seperti itu. Tak sepantasnya Ibu kandung bersikap seperti itu pada bayi yg di lahirkannya dengan susah payah.
"Bu Dina, kami siap merawat bayi ini. Bila Sita tak menginginkannya. Saya berjanji akan merawat dan menyayangi bayi kecil ini dengan sepuh hati. Sampai bayi ini tak akan kekurangan kasih sayang dari kedua orang angkatnya," ucap Diman sudah terlanjur sayang dan jatuh cinta pada bayi cantik ini.
"Terima kasih, kalian mau membantu saya merawat bayi kecil ini. Aku hanya sedih karna, ibu kandungnya tak mengakuinya" ucap Dina pilu melihat sikap Sita yang seperti itu.
Di sisi lain, Sita masih menangis di kamarnya. Sita senganja memadamkan lampu kamarnya jadi gelap. Sita menangis, tak menyangka kalo ibunya akan menamparnya seperti tadi. Sita akui sikapnya salah, rasa sakit atas tamparan ini tak sebanding dengan sakit di hatinya. Hati Sita sakit karna, ibunya malah membela bayi yang tak Sita harapkan. Dari hati kecilnya menyanyangi bayi kecil itu. Mana mungkin Sita lupa pada bayinya sendiri. Sita sudah mempertaruhkan nyawanya untuk bayi itu. Sita juga sayang bayi itu. Namun rasa sakit hatinya lebih besar di banding rasa sayangnya pada bayi itu. Hari pertamanya bayi itu datang. Sita sudah mendapat tamparan dari Ibunya. Padahal belum pernah ibunya menamparnya, kini sudah dua Sita ditampar. karna bayi itu, Sita semakin membenci bayi itu. Namun tak mungkin ia membunuh bayi darah dangingnya, Sita tak sekejam itu, untuk melakukan itu. Sita hanya membenci bayi itu. Karna, Sita tak bisa bersama Adnan. Hatinya terlalu sakit untuk mengingat semua kebohongan dari laki-laki yang ia cintai. Semua karna, bayi itu. Bayi itu membuat ia menjadi orang jahat, karna tak bisa mengakui buah cintanya. Gadis itu, ingin membuat laki-laki seperti Adnan menyesal karna, kelakuan bejatnya. Hatinya teramat sakit, di dalam relung dalam hatinya yang paling dalam. Mahluk tak kasat mata, memperhatikan mereka, mahluk itu juga yang berada dirunah sakit menjaga Irani. Mahluk ini masih mengawasi apa yang terjadi dengan keadaan rumah ini. Bayi itu, bukan bayi biasa. Banyak mahluk lain yang mengincar nyawanya. Mereka semua sengaja mempengaruhi Sita untuk selalu membencinya. Namun hati kecilnya tak akan pernah bisa membenci bayi itu. Bayi yang dengan sudah payah ia lahirkan tak pernah bisa ia membencinya. Sita hanya sakit hati, dengan laki-laki yang ia cintai karna tak memilihnya. Laki-laki itu lebih memilih bersama istri syahnya dari pada dengan selingkuhannya Sita. Hatinya begitu sakit, membuat mahluk-mahluk itu, selalu mendekatinya untuk memcelakai Irani.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 680 Episodes
Comments
Adam Saputra
muter² mulu🗿
2023-06-30
1
kartini wahyuddin
makanya jangan berbuat kalau tak bertanggung jawab
2022-08-04
0
Ujang Ujang
kalimatnya disitu2 mulu tebtang sakit hati sita pada adnan
2022-01-27
0