Masih Flashback.
Sita begitu, membenci bayi yang berada dalam rahimnya itu? Gadis itu, terus menyalahkan bayi tak berdosa itu atas semua yang ia rasakan saat ini?
Esoknya laki-laki itu, menjemput Dina untuk membawa pulang cucunya. Dina mengizinkan Adnan untuk bertemu dengan anaknya. Tanpa sepengetahuan Indri. Adnan tau, Indri tau mungkin menerima anaknya yangg lain. Apalagi anak itu dari selingkuhannya suaminya. Laki-laki itu, begitu mengenali istrinya yang tak akan segan untuk membunuhnya bila ia mengakui bayi tak berdosa itu.
"Sita, putrimu boleh pulang hari ini. Apakah kamu mau ikut menjemput putrimu?" tanya Dina, memberitahu pada gadis itu.
"Dia bukan putriku, aku tak merasa melahirkan dia," ucapnya ketus.
"Sita," panggil wanita itu, berteriak tak suka dengan sikap dari putrinya seperti itu.
"Kenapa ibu teriak-teriak, berisik!"
Wanita itu, meninggalkan putrinya di meja makan dengan perasaan kesal dengan sikapnya yang seperti itu.
Pak Diman dan Bu ILan hanya bisa diam tak berani berbicara atau berkomentar tentang sikap Sita terhadap anak kandungnya. Sepasang suami isteri itu, tau apa yang dirasakan gadis itu, yang tak bisa mereka jelaskan.
"Sita mana Bu?" tanya Adnan, hanya melihat wanita itu sendiri.
"Sikapnya berubah saat ia pulang dari rumah sakit. Aku tak tau apa yang terjadi kepadanya? Sita tak peduli dengan darah dagingnya sendiri," guman Dina kesal.
Adnan tak berkomentar, yang dipikirkan bukan Sita lagi, melainkan anaknya. Kasihan anak itu, bila ibu kandungnya tau mau mengakuinya. Adnan dan Dina pun pergi ke rumah sakit untuk menjemput bayi yang dilahirkan Sita.
Gadis itu, masuk kamarnya, ia menangis dalam kesendiriannya. Terlihat dari luar, gadis itu tak mau mengakui putri yang ia lahirkan ya. Namun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia begitu menyayangi bayi itu, lebih dari apa pun di dunia. Bayi tesebut kebanggaananya. Buah cintanya bersama laki-laki yang ia cintai. Sakit hatinya mengalahkan rasa sayangnya kepada putrinya. Hatinya begitu sakit, mengingat semua luka yang laki-laki itu berikan kepadanya. Laki-laki tersebut begitu melukai hatinya dengan semua kebohongannya dengan statusnya seorang suami dari wanita lain. Kini kebenciannya begitu besar terhadap laki-laki itu dan juga putri kandungnya. Yang akan ia lihat setiap hari, mulai hari ini.
Di rumah sakit, Dina ke tempat cucunya di rawat. Setelah memarkirkan mobilnya, laki-laki itu, menyusul Dina menuju tempat perawatan anaknya. Dina masuk ke ruang dokter untuk menanyakan keadaan cucunya, "Bagaimana cucu saya, bisa pulang hari ini?" tanyanya cemas.
"Keadaannya berangsur baik, tunggu sebentar ya Bu. Untuk pemeriksaan lanjutan, bayi itu, harus di periksa kembali untuk memastikan apakah cucu ini bisa pulang sekarang atau tidak," jawab dokter ramah itu.
Mendengar jawaban dokter, Dina pasrah berharap cucunya pulang ke rumahnya.
Dokter itu, melihat Adnan yang masih berdiri di belakang Bu Dina"Siapa laki-laki di belakang ibu ini?" tanya sang dokter, karna baru melihat laki-laki tersebut.
"Oh ini, Adnan Ayah kandung cucu saya, " ucapnya memperkenalkan Adnan.
Dokter itu tersenyum, "Pantas cucu ibu begitu cantik , melihat ayahnya saja begitu tampan," goda dokter itu.
Bu Dina dan Adnan hanya tersenyum
"Dok bolehkan saya bertemu anak saya?"pinta Adnan tiba-tiba
"Oh boleh, anda harus memakai baju khusus dan menggunakan masker untuk masuk ruangan khusus itu. Karna ruangan itu begitu steril tak bisa sembarang masuk hanya beberapa orang saja yg boleh masuk, jangan lupa anda cuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk."
Adnan mengangguk mengikuti perkataan dokter, sampai di ruangan bayi, bayi itu, sudah berada di box bayi khusus di rumah sakit. Bayi itu, tak di ingkubator lagi, selang menempel pada bayi itu, sudah terlepas. Tinggal selang infus, yang masih berada di tangan bayi itu. Laki-laki tesebut menangis melihat putrinya sendiri. Ia begitu mirip dengan Sita. Satu anugerah untuknya memiliki bayi lain dari wanita lain. Hatinya begitu bahagia dan tenang, putrinya sudah aman dan berangsur membaik, "Andai kita bisa berkumpul sebagai keluarga nak, pasti ayah bahagia sekali" gumannya menghapus air matanya yang sedari tadi terus keluar.
Dina berdiri di belakang laki-laki itu, melihat kesungguhan Adnan kepada anaknya. Namun tetep saja Adnan tak bisa, bersama putri kecilnya yg ini. Mungkin nanti, laki-laki itu, akan melupakan putrinya yang ini. Karna, ia telah memiliki dua putri lain dari istri syahnya.
Adnan masih mengelus-elus lembut pipi mungil anak perempuannya. Bayi kecil ini, tertidur pulas. Bayi kecil ini begitu lembut, suci dan polos, "Bagaimana mungkin Sita mengabaikan bayi cantik ini? Bagaimana pun juga Sita ibu kandungnya? Mungkin Sita akan berubah setelah melihat bayi kecil ini?" pikirnya saat ini.
Laki-laki ini, menyayangi putrinya dari buah cintanya bersama Sita.
"Aku berinama, Irani Putri Dewi," ucap Dina membuyarkan lamunannya yang sedang asik memegang tangan kecil putrinya.
"Bagaimana menurutmu?" tanyanya lagi.
"Aku terserah ibu saja, Siapapun nama bayi ini, aku setuju. Bayi ini begitu mirip ibunya Sita Dewi," ucapnya.
"Baiklah aku akan menamai itu, bila kamu mengizinkannya."
"Aku akan bertanggung jawab dengan memberikan biaya dan semua keperluan Irani kelak. Setiap bulan, Aku akan mengirimkan orang kepercayaan aku untuk memberikan uang dan segala keperluan Irani ke rumah Ibu Dina."
Bu Dina hanya mengangguk mengiyakan perkataan Adnan. Walau Adnan tak menikahi putrinya. Namun Adnan mau bertanggung jawab untuk memberikan uang dan keperluan cucunya kelak. Ia tak berharap banyak. Semua ini sudah cukup untuknya. Wanita itu, hanya memiliki toko kelontong di pasar. Semua biaya hidupnya sehari-hari berasal dari sana. Jika laki-laki itu mau bertanggung jawab. Wanita tua ini, sangat berterima kasih. Wanita tersebut melihat cucunya yang begitu cantik mirip ibunya sewaktu bayi. Ia berharap ibunya mau menerima putri kandungnya. Bayi ini, tak berdosa sama sekali. Yang berdosa kedua orang tuanya. Wanita itu, ingin merawat cucunya dengan tangannya sendiri. Seperti ia merawat ibunya sewaktu kecil. Ia akan menjaganya dengan segenap jiwanya. Wanita itu, tak akan membiarkan cucunya kehilangan kasih sayang walau ibunya kandungan tak mengakui. Segalanya untuk cucunya sekarang. Tak ada yang bisa memisahkannya wanita itu dari cucunya. Cucunya harta berharganya sekarang. Wanita tersebut begitu menyayangi cucunya dengan segenap jiwanya. Tanpa mereka sadari ada mahluk lain yang memperhatikan bayi itu di ruang bayi. Mahluk itu tak kasat mata. Ia tersenyum melihat bayi itu. Mahluk itu, tak berbuat apapun di tempat bayi. Ia hanya menjaga bayi-bayi ini untuk selalu bermimpi indah dalam impian bayi-bayi itu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 680 Episodes
Comments
Kardi Kardi
hmmm
2022-07-30
0
Suhrul Hidayat
orang tua yg berbuat..
anak yg bertanggungjawab.. iye mh ckck
2022-04-19
0
Nur Khotimah
aku nggak perduli dengan tulisan dan penempatan tanda baca yg salah , yg aku perdulikan ceriatanya buagus , ciamik.
2021-07-21
0