Masih Flashback.
Lima belas hari bayi perempuan ini, di rawat rumah sakit. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan bayi perempuan ini, berkembang pesat. Perlahan kesehatannya membaik dan berat badanya sudah naik sesuai bayi normal lainya.
"Selamat, bayi Nyonya Sita sudah boleh pulang besok. Keadaannya sudah stabil dan membaik," ucap Dokter Yenni yang bertanggung jawab di ruang NICU.
"Benarkah," ucap Dina, bahagia karna, cucunya segera pulang.
Selama lima belas hari ini, Dina bolak-balik rumah sakit, untuk melihat perkembangan cucunya. Bayi perempuan ini, tak punya siapa-siapa selain neneknya. Ibu kandungnya tak mau mengakuinya karna, membenci ayah dari putrinya sendiri. Sedangkan ayahnya sudah mempunyai keluarga sendiri. Kesalahan orang tuanya, ditanggung bayi kecil yang tak berdosa ini. Tak ada yang salah dengan kehadirannya, tak ada anak haram di dunia ini. Yang salah kedua orangtuanya. Perempuan mana yang mau, hamil di luar nikah. Setiap Perempuan slalu memimpikan hal indah ketika ia masih kecil. Pada kenyataan tak sesuai harapan. Jalan takdir yang sudah di tetapkan. Tak bisa di rubah sebagai mana yang sudah tertulis. Sita tak pernah membayangkan akan seperti ini, pernikahan y indah yang ia harapkan. Tak pernah terjadi kepadanya. Perempuan itu, tak pernah tau bahwa laki-laki yang menghamilinya sudah berkeluarga. Jika tau sejak awal, ia tak akan pernah mencintai dan menyerahkan mahkotanya kepada laki-laki itu.
Mereka terus menyalahkan perempuan, karna sudah menggoda suami perempuan lain untuk dirinya sendiri. Menyalahkan karna Sita, hamil tanpa menikah. Menyalahkan karna Sita, tak bisa menjaga kehormatannya.
"Perempuan ****** keluar kau, " teriak Indri di luar pintu rumahnya, karna, perempuan itu belum membuat perhitungan dengan gadis yang telah merebut suaminya.
Teriakan Indri membuat tentangga sekitar, datang ke rumah untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi?
Sita keluar rumahnya karna, mendengar suara teriakan dari seorang perempuan. Dengan malas, ia keluar rumahnya untu menemui Indri , istri syahnya Adnan.
"Ada apa?" tanya Sita malas melihat perempuan itu, karnanya laki-laki tak menikahinya, dia meninggalkannya dengan bayi perempuan yang tak diakuinya.
"Dasar perempuan tak tau malu. ****** Sialan, kamu tak laku sampai harus menjual diri kepada suami orang," teriaknya kesal dengan gadis sok suci ini, Wanita itu, begitu kesal dan marah karna, gadis itu suaminya mengkhianatinya.
Hatinya begitu sakit, menahan penghinaan dari wanita ini, namun ia berusaha bersikap cuek dan tak peduli. Ia tak ingin membuat hatinya semakin sakit, dengan membalas penghinaan dari wanita tersebut. Jika Sita, tau dari awal, ia tak akan bersama Adnan. Sita pura-pura menguap merasa bosan dengan ucapan Indri.
Plak.
Wanita itu, menampar Sita dengan begitu keras. Karna, gadis itu cuek dan tak peduli dengan kedatangannya.
"Aww," ucapnya menahan sakit, pipi kirinya merah karna, tamparan wanita tersebut. Sita langsung membalas tamparan Indri secepat kilat.
Plak.
Tampar balik Sita, sambil tersenyum ia berhasil membalas Indri.
"Aww." wanita itu, memegang pipi kanannya. Ia tak menyangka gadis itu, akan membalasnya, wanita tersebut mengangkat tangannya kembali, untuk menampar gadis itu, namun belum sampai tangannya mengenai pipi gadis itu, dengan sigap gadis tersebut memegang tangan wanita tersebut,
"Kamu hanya boleh menamparku sekali tak ada yang kedua kali," ucap Sita, masih menahan kesabarannya untuk tak melayani wanita tersebut.
"****** sialan, tamparan itu tak akan cukup untukmu," ucapnya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sita yang semakin kuat dan bertenaga memegang tangan kanan Indri.
"Asal kamu tau, aku tak berniat untuk merebut suamimu. Bila dari awal dia jujur, kalau dia pria yang sudah beristri," bentaknya sudah tak bisa menahan lagi kesabarannya.
"Apa kamu bilang? Jadi suamiku yang menggodamu duluan," bentaknya tak mau kalah, tak mempercayai ucapan dari gadis itu.
"Iya, dia sudah menipuku dengan mengaku lajang, padahal sudah beristri," ucapnya tak kuasa menahan air matanya yang sudah sejak tadi ia tahan.
Wanita itu, menatap mata gadis itu. Namun ia tak mempercayai ucapannya. Ia tak percaya dengan gadis yang sudah merebut suaminya.
"Aku tak mempercayaimu? Dan hentikan air mata buayamu!" serunya kesal dengan kenyataan yang ia dengar.
"Aku tak peduli, kamu mau percaya atau tidak, tadi itulah yang terjadi, kalau suamimu menggodaku terlebih dahulu."
"Aku tak akan pernah membiarkanmu mengambil suamiku. ****** seperti mu tak pantas menjadi sainganku."
"Sudah ku bilang, aku tak peduli, pergi dari sini? Aku tak mau berurusan lagi dengan kalian berdua," ucapnya berlalu membanting pintu rumahnya, meninggalkan wanita itu di luar rumahnya.
"Awas saja, aku akan membuatmu menyesal telah lahir ke dunia ini," bentaknya sekali lagi, meninggalkan rumah Sita. Ia menyadari kalau sedari tadi sudah menjadi tontonan warga sekitar.
Wanita tersebut masuk dalam mobilnya, melaju dengan kecepatan tinggi, dalam hatinya ia begitu kesal dengan pengkhianat suaminya, belum sampai empat puluh hari ia melahirkan bayi kembarnya, suaminya sudah mengkhianatinya dengan sama-sama melahirkan bayi dari suaminya. Emosi masih labil, sakit dalam hatinya membuarnya ia nekat melabrak gadis itu. Wanita itu, begitu sakit hati tak peduli dengan pandangan orang terhadapnya. Ia begitu kesal dengan semua yang terjadi kepadanya. Dunianya runtuh seketika sakit hatinya begitu dalam. Ia tak pernah membayangkan ada wanita lain yang melahirkan anak dari suaminya. Ia kesal karna , begitu lama ia menunggu, sampai lima tahun untuk bisa hamil. Namun gadis itu, langsung hamil begitu saja. Ia benci dengan gadis itu, karna sudah memberikan keturunan bagi suaminya. Ia marah, kesal sakit hati dan benci. Wanita itu terus-menerus menangis dalam perjalanan pulang. Ia tak tau harus bagaimana? Rasa sakit hatinya tak kunjung hilang walau sudah melabrak gadis itu. Ia malah semakin sakit hati. Ia tak menyangka Adnan bisa tertarik dengan gadis itu. Ia tak bisa berpikir dengan tenang. Hanya rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Berkali-kali ia bertanya dalam hatinya, kenapa suaminya tega berbuat seperti ini terhadapnya. Di mana kurangnya. Wanita itu juga sudah memberikan keturunan yang sama, walau tak secepat gadis itu. Wanita tersebut masih menangis berteriak-teriak tak jelas dalam mobilnya. Tak ada yang tau apa yang ia rasakan saat ini. Ia ingin bercerai dengan suaminya. Namun ia kembali, memikirkan dua bayi kembarnya. Sekarang wanita itu, seorang ibu, ia tak akan setega itu, meninggalkan mereka berdua. Hanya bayi kembarnya yang membuatnya merasa tenang. Ia begitu menyayangi dua putrinya. Tapi bagaimana dengan hatinya. Wanita itu, tak bisa berbuat apa-apa. Tak ada yang bisa dirubah. Keadaannya sudah seperti ini, membuat semakin sakit hari mengingat semua ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 680 Episodes
Comments
Nurul Fadillah
wkwk, rumah yang kedatangan tamu bakal terbuka kalau si tuan rumahnya buka pintu
2023-10-01
0
Oi Min
Intinya semua pasangan selingkuh itu salah..... G ada yg g salah, lanange wedok ane podo salahe.
2022-09-11
0
Nanikk Tjahya Suryani
lamaa.. trlalu brbelit2
2022-07-05
0