Fani bergegas menuju kamar nya. Melepas semua pakaian dan embel-embel ditubuhnya. Sesekali mengibas-ngibaskan tangannya memberi angin kewajah. Fani benar-benar merasa gerah dan lelah. Fani membersihkan diri dan melemparkan tubuhnya keatas ranjang miliknya.
Melelahkan sekali. Keringat ku sampai sebesar biji jagung wkwkwk. Ingin rasanya tinggal dikutub utara, mungkin bakalan seru.
Fani meraih Hp dan mendengarkan musik sebagai pengantar tidurnya. Membuka facebook dan menurun naikkan layar Hp nya. Sebuah akun yang dikenali membuat Fani mengingat sesuatu yang perlu dia pikirkan saat ini. Siapa lagi jika bukan Sophia si pemberi tantangan nyeleneh hari ini.
" Gila ya. Liat muka ni anak langsung inget perkara judi." Gumam nya.
Melupakan tidurnya dan mengambil setoples kue dari atas meja sebelahnya. Memutar otak memikirkan bagaimana cara mengakhiri pertaruhan ini sekaligus memenangkannya.
" Masa harus minta langsung ke orangnya sih. Gila banget gak ada harga diri dong gue." Memasukkan beberapa butir kue kacang ke mulutnya.
" Atau minta ke Ardy? Kan temenan tuh." Lanjutnya terus mengunyah.
Selalu saja berfikir tanpa mempertimbangkan harga diri. Dasar akal gabisa diajak gengsian.
*******
Andry menggenggam segelas kopi ditangan nya. Mondar-mandir dikamar luasnya. Dikepalanya bermukim sosok Fani yang beberapa kali menjadi berita panas dilingkar pertemanan nya. Fani sudah berkencan dengan beberapa temannya. Kencan, lalu kemudian menghilang tanpa kabar lagi. Seperti pemberi harapan palsu yang sudah handal. Mendekat, menangkap lalu hilang sekelibat. Sebenarnya Andry tak pernah bergeming saat teman-teman nya itu mengungkap bagaimana sadisnya Fani meleburkan perasaan mereka. Namun, menjadi suatu ketertarikan bagi Andry untuk mengenal sosok Fani si pemberi harapan palsu ini. Setengah tertarik setengah lagi ingin mendidik. Mendidik maksud Andry adalah memberi pelajaran agar tak semena-mena mempermainkan perasaan orang lain. Tentu saja Andry hanya mendengar hal yang buruk saja dari korban. Tanpa tahu kebenarannya dari kedua pihak.
Pengen main-main deh sama abg yang baru kenal cinta. Tertarik sih tapi buat mendidik. Biar lain kali gak ngerasa paling cantik tu anak. Hehehe adik comel abang datang.
Andry membuka kunci ponsel pintarnya. Dengan cepat jarinya mencari kontak Ardy sahabat baiknya.
" Hallo, ada apa bre?" Tanya Ardy dari seberang.
" Woi bre, lo temen nya Fani kan?"
" Fani adik kelas? Yang kemaren itu? Ngapain lo nanyain dia?." Melontarkan pertanyaan bertubi-tubi.
"Ajeegileeee. Udah ngomong cepet banget, pertanyaanmya banyak pula. Jadi cuma denger blablabla aja bre hahahaha." Menjauhkan ponsel dari telinga sambil terkekeh.
" Gue mau minta nomor nya dong bre. Kirimin sekarang ya." Kembali tertawa.
" Buat apaan? Wah lo suka dia ya? Ga nyangka ya baru ketemu kemarin sekarang udah suka aja." Celetuk Ardy.
" Banyak tanya lo. Kirim aja udah beres deh." Jawabnya datar.
" Ga bakalan. Gue harus tau dulu. Tumben banget lo gini, biasanya juga antiwanita." Ardy tertawa mengejek Andry. Keadaan berbalik, bukan Ardy lagi yang diejek.
" Mau jadi guru privat adik gemesshh. Mau ngajarin gimana caranya menghargai perasaan orang lain. Biar gak seenaknya mengobrak-abrik perasaan orang" Celetuknya.
" Lah. Lo kenapa bre? Sakit lo?." Ketus Ardy bingung dengan ucapan Andry.
" Gak ada akal. Bukannya lo yang sering dengerin curhatan Heru dan Abim. Gue yang dengerin sekilas aja kesal dah tu sama dedek gemessh. Masa lo yang dengerin dari awal sampai akhir gak kesel sih."
" Jadi gue mau kasih pelajaran dulu buat dedek emesshh itu. Udah kan. Sekarang lo kirim dah kontaknya ke gue." Sambungnya.
" Wah parah lu. Ini kan gak ada sangkut pautnya sama lo bre. Suka berkedok dendam ni ceritanya." Ejek Ardy sambil tertawa.
" Gue tau Fani anak baik-baik bre. Mungkin ada hal yang buat dia menjauhi Heru dan Abim. Kalau lo yang balasin dendam mereka gue malah takut lo nya suka beneran deh hahahaha." Lanjutnya.
" Tapi gue penasaran deh sama tu anak. Gimana kalau lo kirim kontaknya. Gue mau kenal baik tu cewe aslinya gimana sih." Pintanya.
" Asal lo janji gak bakal nyakitin tu cewe gue bakal kirim kontaknya. Tapi lo janji dulu, lo harus kenalin dulutu cewe baik-baik. Jangan bertindak tanpa berfikir bre."
" Yaudah gue kirim ke lo deh. Gue tutup dulu ya telfonnya. Bye." Ardy memutuskan sambungan telfonnya.
Suka berkedok membela. Ah jangan-jangan tu anak suka lagi sama dedek gemesh. Ah bodo amat deh, yang penting gue pengen kasi pelajaran tu ke cewe tengil.
*******
Keesokan paginya
Fani bersiap untuk rutinitasnya, apalagi kalau bukan menjadi anak sekolahan. Memakai pakaian putih abu-abu khas anak SMA dan beberapa embel-embel mengkut.
Drrrrttt... Drrrrtttt... Ddrrrrttt....
Ponsel Fani bergetar, sebuah panggilan masuk dari sahabat centilnya.
" Hallo Fan, lo cepetan siap-siap ya. Gue bakal jemput lo hari ini." Ucap Sophia dari kejauhan.
" Iya gue lagi siap-siap ni. Bye." Fani memutuskan sambungan telfonnya.
" Hallo... hallooo... tittt.. tiiiitttttt. " Sophia mendengus kesal saat telfon sudah terputus.
Gak punya iman kayaknya tuh anak. Kan gue belum selesai ngomong. Sophia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments