Setelah bangun dari tidur nya senja itu, Fani segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian dia menuju ruang makan untuk makan malam bersama.
"Fani." Ibu setengah berteriak memanggil Fani.
"Kemarilah cepat nak. Ayah sudah sangat lapar. "Ayah menjentikkan jarinya agar Fani segera mendekat.
"Iya Ayah, aku datang." Fani kemudian duduk disebelah Ayah.
"Kenapa tidak ada yang membangunkan ku tadi?" Tanya Fani sambil meraih beberapa lauk dan meletakkan di piringnya.
"Biasanya Ibu selalu bangunin kalau sudah senja". Ucapan Fani terdengar kurang jelas karena mulutnya terisi penuh oleh makanan.
"Makan lah dulu dengan tenang. Jangan bicara saat mulut mu berisi. Tadi Ibu sudah bangunkan tapi kamu hanya menggeliat kesana sini. Nampak nya sangat kelelahan jadi Ibu biarkan saja kamu tidur." Ucap Ibu Sambil menuangkan air ke gelas yang ada diatas meja.
"Heem gitu ya Bu." Fani hanya mengangguk dan menyapu pandangan nya ke seluruh penghuni meja makan.
****
Didalam kamar, Fani bersandar pada kasurnya dan meraih laptop yang ada diatas meja sebelahnya. Fani berniat untuk menonton Drama kesukaannya. Tiba-tiba mata Fani berkaca-kaca saat melihat layar laptopnya. Terpampang foto dirinya dan Putra mantan kekasihnya itu. Fani merasa ada yang membengkak dibagian dadanya, hati Fani terasa sakit saat mengingat Putra yang tega mengkhianatinya. Fani hanya mengelus dada dan mencoba mengatur pernafasannya. Fani mencoba menguatkan hati bahwa masih banyak lelaki yang pantas menjadi pacarnya kelak.Fani tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba Fani dikagetkan ponsel nya berdering. Dengan segera diraih hpnya dari atas meja dan melihat ada sebuah pesan masuk.
"Fan, maafin aku yang udah selingkuhin kamu ya. Aku benar-benar menyesal telah melakukan ini semua, maafin aku ya. Aku menyesal melakukan ini Fan. Aku gak mau hubungan kita berakhir Fan."
Pesan dari Putra membuat Fani terenyuh dan kembali dirundung sedih. Fani tak menanggapi pesan tersebut, namun tak lama kemudian ponsel nya kembali berdering dan kembali Putra mengirimkan pesan.
"Aku harap aku bisa jadi sahabatmu Fan, karna kita udah saling mengenal satu sama lain. Berbagilah apapun kesedihan mu padaku. Tolong maafkan aku Fan, jangan benci aku Fan. Aku menyayangi mu Fan." Pesan kedua yang dikirimkan oleh Putra.
Fani hanya bisa tersenyum ala smirk saat membaca pesan dari Putra walaupun dalam hatinya terasa sakit. Tapi sebenarnya dia sama sekali tidak membenci Putra. Hanya saja dia merasa kecewa, padahal teman-teman Fani dari dulu tidak menyukai Putra dan mengatakan bahwa Putra bukanlah lelaki yang baik untuk Fani. Namun Fani tak pernah menghiraukan apa yang dikatakan teman-teman nya itu.
"Ternyata bener ya yang lo semua katakan." gumam Fani sambil mengingat kata kata teman nya itu.
"Tapi gue ngerasa lega kok udah keluar dari zona cinta yang salah." Lirih suara Fani seperti menahan tangis.
"Gue gak boleh sedih cuma karena masalah percintaan. Harus move on dong hehehe. Masa iya sih anak cantik sedih gara-gara cinta. Pokoknya harus tetap ceria seperti." Fani menyeka ujung matanya yang tampak mengeluarkan air.
Kemudian Fani tersenyum dan merasa sudah lega karena tidak ada lagi yang mengganjal dihatinya. Fani menutup kembali layar laptop dan meletakan diatas meja. Fani merebahkan tubuhnya, menarik selimut sampai setengah leher dan Kemudian memilih untuk tidur dan tenggelam dalam mimpi nya.
****
Pagi memang waktu yang sangat sibuk bagi Ibu, karena harus membangunkan dan menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya.
"Bu, dimanaa ikat pinggang ku?" Fani setengah berteriak.
"Dasar pelupa! Sudah meletakkan sembarangan lalu bertanya pada orang lain." Batin Ibu Wati
"Iya nak. Coba lihat dibelakang pintu atau didalam lemari. Kamu pasti meletak kan nya sembarangan kemarin sewaktu pulang sekolah." Menjawab setengah berteriak.
"kemarilah anak-anak, cepat sarapan atau nanti kalian akan terlambat." Ibu memanggil semua penghuni rumah untuk sarapan.
"Bu, aku tidak sarapan bareng ya. Aku bawa bekal saja kesekolah." Fani masih sibuk menyimpulkan dasi dilehernya.
"Kenapa buru-buru sekali hari ini? Baiklah akan ibu siapkan sarapanmu." Ibu beranjak untuk menyiapkan bekal Fani.
"Hari ini aku akan dijemput Sophia bu. Jadi aku harus buru-buru." Mengambil bekal dan mencium punggung tangan Ibu kemudian beralih mencium punggung tangan Ayah. Kemudian dengan segera Fani berjalan menuju teras rumah untuk menunggu sahabatnya Sophia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments