Seperti pagi-pagi biasanya. Fani berangkat ke sekolah bersama abangnya menggunakan sepeda motor. Tak memakan waktu yang lama, hanya 5 menit perjalanan saja Fani sudah sampai digerbang sekolah.
"Pagi pak soleh," sapa Fani kepada pak Soleh, satpam yang biasa berdiri didepan pagar untuk menyambut siswa-siswi SMANSA.
"Pagi nak Fani," sahut pak Soleh.
"Semoga semangat belajar hari ini ya," lanjut pak Soleh.
"Siap pak !" sahut Fani sambil tetap berjalan tanpa menghentikan langkahnya.
Fani berjalan pelan menuju kelasnya. Sebenarnya hari ini ia sedang tidak enak hati, namun Fani bukan lah orang yang biasa menunjukan kesedihan atau pun kegalauan diri nya.
"Sungguh ini adalah pagi yang menyebalkan," gumam Fani kesal.
"Selamat pagi manisku," sapa Ilham teman sekelas Fani sangat ramah dan mentel.
"Eh lo kenapa Fan, sepertinya berat banget masalah idup lo! Hahahhahaha." Ilham tertawa melihat raut wajah Fani yang seketika langsung berubah memerah.
"Mau tau aja lo urusan pribadi gue," balas Fani dengan nada tinggi dan bibir yang agak maju beberapa centi.
" Idih gileee, jelek banget lo kalau begitu Fan, hahahaha." Ilham kembali tertawa melihat raut wajah Fani.
Fani berlalu meninggalkan Ilham dengan rasa kesal yang bertubi-tubi, sementara Ilham masih tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan temannya itu.
-------
Didalam kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi, satu persatu siswa sudah memenuhi tempat duduk. Bel pun berbunyi, tak lama kemudian datang lah seorang wanita paruh baya, Dialah guru yang akan mengajar Biologi pagi ini.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa buk Nita sambil tersenyum pada siswanya.
"Pagi buk." Sahut siswa serentak.
" Baiklah hari ini kita akan mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan dan minggu depan kalian harus membawa satu jenis tumbuhan untuk kita tanam bersama-sama dilingkungan sekolah. " Lanjut Nita
"Baik buk" siswa menjawab dengan serentak dan penuh semangat.
Nita terkenal sebagai guru yang sangat garang, namun sebenarnya dia baik. Lebih tepatnya Nita hanya terlalu tegas, karena dia ingin siswanya lebih fokus dan mudah memahami pelajaran. Menurut Nita jika gurunya saja lemah gemulai dan lesu, siswa akan menjadi kurang fokus dan ikut lesu. Sehingga dia selalu memperlihatkan wajah datar dan sangar pada siswanya, agar siswa tetap fokus dan mengikuti pelajaran.
****
Disudut kelas Fani tampak murung, tak seperti biasanya. Sophia yang merasa aneh dengan tingkah sahabatnya yang tak seperti biasa itu pun mulai mendekat dan mencoba mencari tahu penyebabnya.
"Lo kenapa Fan? Dari tadi gue perhatiin murung aja." Tanya Sophia keheranan.
"Gak kenapa-napa Sop." Fani hanya mendengus. Dia memang memanggil Sophia dengan panggilan Sop karna terdengar lucu baginya.
"Coba cerita ke gue, gue tau lo lagi ada masalah. Gue bakal dengerin cerita lo kok Fan, kalau perlu gue kasih solusi hehehhe." Kata Sophia sambil tertawa untuk memecahkan kesedihan Fani.
"Hmmm. Gue diselingkuhin sama Putra ni Sop." Mata Fani mulai berkaca kaca.
"Serius lo Fan? memang lelaki breng*ek, gue kan dah pernah bilang itu cowo gak baik Fan, itu cowo ga cocok sama lo Fan!. Mana tampang pas-pasan lagi malah belagak mau selingkuh." Jawab Sophia yang sudah ikutan kesal.
"Udah biarin aja cowok yang seperti itu Fan, lo pasti dapat yang lebih baik kok," lanjut Sophia sambil merangkul dan mengelus pelan bahu sahabatnya itu.
"Iya Sop, gue memang seharusnya udah putusin hubungan dengan lelaki itu," kata Fani sambil menunduk dan menyeka bulir air mata yang melompat dari ujung matanya.
"Iya lo harus putusin dia sekarang juga Fan, ambil hp lo dan bilang kalau lo mau putus sekarang juga! " Sophia semakin kesal dan mengepalkan kedua tangan nya.
"Mana Hp lo ? sini gue yang kirim pesan ke lelaki jahat itu," sambung Sophia yang sudah tak sanggup menahan kesal.
"Jangan gegabah Sop. Lo tenang aja, gue akan akhiri hubungan ini baik baik Sop. Gue bakal putusin dia secara empat mata. Gue gak mau jadi pecundang yang mutusin hubungan cuma dari telfon saja." Jawab Fani dengan dibubuhi sedikit senyuman palsu.
"Oke Fan. Gue harap lo bakal cepet dapat pengganti yang lebih baik dari lelaki itu. Lo yang sabar ya Fan." Sophia memeluk kembali sahabatnya itu. Fani pun membalas pelukan sahabat yang paling mengerti apa yang sedang dirasakan Fani itu.
Sophia mengerti bagaimana yang dirasakan Fani. Namun apalah daya, Sophia tak bisa berbuat apa-apa selain menahan amarah dan kekesalan nya. Ingin rasanya Sophia memaki lelaki yang berani menyakiti perasaan sahabatnya itu, tapi Sophia tak punya hak lebih untuk marah. Terlebih Fani yang korban utama saja masih mampu menerima dan menahan amarah, kenapa Sophia harus memperbesar masalah.
Fan!. Lo yang korban nya aja masih bisa menahan amarah. Kenapa gue yang orang lain malah kesal dan ingin marah. Yang ada gue cuma bakal nambah masalah. Batin Sophia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments