Bagian 4 - Ini Berbeda

3 bulan kemudian...

Semenjak itu, sampai sekarang hubungan mereka belum juga membaik dan justru malah semakin memburuk.

Mereka memang tinggal satu atap, tapi mereka jarang sekali untuk bertegur sapa, apalagi sampai mengobrol lama kecuali dalam keadaan membutuhkan bantuan satu sama lain.

Siang hari ini, Kiana kedatangan Anita ke rumahnya. Kiana sudah tahu, sahabatnya itu ke sini pasti untuk membahas soal beasiswa yang Kiana ajukan dulu.

“Eh Ki, lo jadinya gimana? Mau ngambil beasiswa itu gak?” Anita membuka suaranya.

Kiana menjawab pertanyaan itu dengan anggukan penuh keyakinan.

“Terus Kak Arya nanti gimana? Lo udah minta izin belum sama dia? Itu beasiswa ke luar negeri lho.”

Kiana menghentikan kegiatan memakan cemilannya karena mendengar pertanyaan itu. Dia bungkam dan bingung harus menjawab apa. Pasalnya, dia memang belum meminta izin pada Arya soal ini karena lupa juga karena hubungan mereka yang sedang kurang baik.

“Lo diem, berarti lo belum kasih tahu Kak Arya.” Anita menduga.

“Nanti gue kasih tahu dia.”

“Kalian lagi ada masalah ya sekarang? Biasanya lo suka langsung ngomong kalau menyangkut hal yang lo mau.”

Ya. Kiana menjawabnya dalam hati.

“Enggak, kita gak ada masalah kok.” Bohong Kiana.

Kiana belum berani menceritakan masalahnya pada Anita. Dia takut Anita akan mengadu pada Arya kalau dia cerita. Toh Anita ini kan adiknya Arya.

“Ki.” Anita memanggil Kiana dan memegang tangannya, “walaupun gue adiknya Kak Arya, tapi gue ini tetep sahabat lo, manusia yang siap mendengar semua cerita lo, termasuk masalah lo.”

“Gue gak mau cuma karena gue adiknya Kak Arya, lo jadi sungkan cerita sama gue. Gue gak mau ya.” Kata Anita dan menggeleng, “kapan pun itu, kalau lo mau cerita, cerita aja sama gue. Gue siap dengerin cerita lo, mau itu bahagia atau sedih, gapapa. Gue juga gak bakal kok ceritain hal itu ke siapa pun, termasuk Kak Arya. Gue bakal jaga cerita lo itu.” Anita berkata penuh kesungguhan dan memegang pundak Kiana.

Sampai waktu malamnya, Anita pun kembali ke rumah karena diusir oleh Arya yang sebenarnya saudara kandungnya. Arya tak mengizinkan Anita untuk lama-lama di rumahnya, karena Kiana sedang kurang sehat.

Yah memang, akhir-akhir ini badan Kiana selalu kelelahan, efek dari terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya itu tidak penting.

Sekarang ini, Kiana sedang duduk bersantai sambil menonton TV sendiri. Ketika itu, Arya datang dari arah dapur menghampiri Kiana.

“Ayo makan. Siang tadi kamu gak makan kan?” Tegur Arya sekaligus bertanya.

“Iya, nanti aja.” Nada suara Kiana terdengar begitu sewot di telinga Arya.

“Jangan sering nunda makan Kiana, kalau kamu sakit Kakak yang repot nantinya. Kemarin juga maag kamu kambuh kan gara-gara telat makan.” Omel Arya.

Kiana membuang nafasnya kasar dan mendelik, “ya udah iya, sekarang makan.” Katanya sambil berdiri dan melemparkan bantal yang tadi dipegangnya.

Kemudian, mereka pun berjalan menuju ruang makan dan duduk di kursinya.

Kiana memperhatikan makanan yang sudah tersedia di meja penuh dengan minat, sedangkan Arya justru malah menatapnya yang sedang begitu.

“Kakak udah buatin makan buat kamu, sekarang kamu makan ya sama Kakak.” Arya mengambil beberapa makanan yang ada di meja ke dalam piringnya juga Kiana.

Mereka menyantap makanan dalam suasana hening.

Entah kenapa, nafsu makan Kiana yang semula menaik kini tiba-tiba menurun. Baru saja dia memasukkan makanan ke dalam mulutnya untuk yang kedua kali, seketika perut Kiana malah mual dan ingin memuntahkan makanan itu.

Kiana tak ingin membuat Arya jijik karena hal itu. Ia pun berlari menuju wastafel yang ada di sini sambil menutup mulutnya.

Jika Kiana menduga Arya akan jijik, maka dugaannya salah. Arya tidaklah jijik, justru malah jadi panik juga khawatir pada Kiana. Hal ini terlihat dari raut wajah Arya.

Setelahnya, Arya pun langsung menghampiri Kiana dan memberikan bantuannya dengan memijat tengkuk Kiana juga mengusap-usap punggungnya.

Tubuh Kiana merasa nyaman ketika Arya memijatnya. Makanya Kiana diam saja dan tidak menolak ketika itu, berbeda dengan waktu sebelumnya. Saat kejadian tak terduga itu terjadi.

“Udah mendingan?” Tegur Arya dan menatap Kiana khawatir.

Kiana mengangguk lalu membasuh mulutnya dengan air yang keluar dari keran.

“Kamu sekarang istirahat aja di kamar.”

Kiana mematikan kerain air dengan kesalnya, lalu menoleh dan menatap sengit Arya, “Kamu itu maunya apa sih?! Tadi nyuruh makan, sekarang nyuruh istirahat! Hobi banget deh ngatur hidup orang lain!” Ketusnya.

Arya mencoba untuk menahan emosinya. Dia mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya pelan, “ya udah, sekarang kamu maunya apa?” Tanyanya pelan.

“Mau makan nasi goreng bakar udang.” Balas Kiana cepat.

“Yakin? Gak bakal dimuntahin lagi?” Sindir Arya.

“Ya Kiana muntah tadi itu soalnya makanannya gak enak!” Sewot Kiana, “udah buruan, Kiana mau nasi goreng udang. Nah karena Kiana sekarang gampang sakit kayak begini, jadi Kakak harus lebih sayangin dan perhatiin Kiana dari biasanya, jangan marahin terus.”

“Hmm. Iya iya siap. Ya udah, Kakak beli dulu nasi goreng udangnya ya.”

“Eh? Kok nasi goreng udang? Bukan iiihhh!! Tapi nasi goreng bakar udang.” Ralat Kiana, “terus Kiana maunya Kakak yang buat makanannya, bukan beli.” Lanjutnya.

Arya mengernyit keheranan kemudian. Memangnya ada nasi goreng bakar? Sudah digoreng, terus dibakar? Masa iya sih. Aneh-aneh saja. Tapi kalau nasi goreng lalu udangnya dibakar, itu baru ada.

“Ha? Emang ada nasi goreng bakar udang?” Tanya Arya.

Kiana mengangkat bahunya tidak tahu, “mana Kiana tahu, ya kalau gak ada tinggal diadain aja. Apa susahnya sih!”

Arya menghela nafas panjang. Ada-ada saja keinginan Kiana. Begitu menyusahkan. Mirip ibu hamil yang sedang mengidam saja. Kalau sekarang Kiana tidak sedang kurang sehat, Arya juga tidak mau menuruti keinginan gadis itu.

“Hmm... Ya udah, Kakak buat sekarang ya.” Keputusan Arya itu membuat Kiana senang. Wajahnya yang murung berubah jadi tersenyum lebar. Akhirnya dia bisa makan juga nasi goreng bakar udang itu.

Lalu tak lama, nasi goreng bakar udang hasil tangan Arya itu selesai dan Kiana berhasil Kiana menghabiskannya dengan cepat.

Perut Kiana kekenyangan setelah itu. Rasanya perut Kiana seperti balon yang akan meledak karena sudah menampung makanan banyak. Memang, Arya memasak makanan itu begitu banyak sampai Kiana kewalahan untuk menghabiskannya.

Kiana duduk diam memegang perutnya ketika selesai makan. Dia merasa kelelahan setelah makan.

“Hah kenyangnya...” Kiana tersenyum dan menepuk pelan perutnya.

Beberapa detik kemudian, gerakan tangan Kiana terhenti tiba-tiba. Dia merasakan suatu keanehan pada perutnya itu. Rasanya, perutnya beda dari biasanya. Seperti ada sesuatu benda yang hidup. Kiana terus memegang perutnya sambil berpikir kenapa perutnya begini.

Arya yang sedari tadi masih bersama Kiana tiba-tiba merasa khawatir melihat Kiana seperti itu. Dia berpikir kalau Kiana sakit perut karena kekenyangan makan.

Lalu akhirnya, karena rasa khawatirnya yang tinggi, Arya bertanya pada Kiana mengenai keadaannya itu, “perut kamu kenapa? Sakit?” Arya memegang tangan Kiana, lalu melepaskannya cepat. Takut Kiana masih tidak suka kalau disentuhnya.

Kiana melirik pada Arya sekilas dengan tatapan datarnya, “enggak.”

Seperti itulah Kiana sekarang. Menjadi lebih diam, apalagi jika saat bersama Arya. Karena kesalahan yang tidak sengaja Arya lakukan, semuanya menjadi begini.

Memang, semuanya salah Arya. Seharusnya pria itu tidak melakukannya. Arya menyesal. Tapi percuma saja Arya sekarang menyesal terlalu lama, toh nyatanya hal itu sudah terjadi.

Episodes
1 Bagian 1 - Permulaan
2 Bagian 2 - Kamu Itu...
3 Bagian 3 - Penyesalan
4 Bagian 4 - Ini Berbeda
5 Bagian 5 - Kehadirannya?
6 Bagian 6 - Dia Memang Ada
7 Bagian 7 - Labil
8 Bagian 8 - Melepaskan Kamu?
9 Bagian 9 - Aku Cemburu!
10 Bagian 10 - Aku Akan Menjaganya
11 Bagian 11 - Kalian Sedang Apa?
12 Bagian 12 - Bayi
13 Bagian 13 - Kinaya
14 Bagian 14 - Tidak Diinginkan
15 Bagian 15 - Aku Mau Pisah Saja
16 Bagian 16 - Perpisahan Itu Datang
17 Bagian 17 - Takdir Mempertemukan Kita Kembali
18 Bagian 18 - Maafkan Ayah
19 Bagian 19 - Kamu Sudah Berubah
20 Bagian 20 - Aku Tidak Butuh Kalian!
21 Bagian 21 - Ada Hubungan Apa Di Antara Kalian?
22 Bagian 22 - Jangan Tinggalin Bunda, Kasihan Ayah
23 Bagian 23 - Aku Sudah Berubah Menjadi Perempuan Jahat
24 Bagian 24 - Aku Juga Tersiksa
25 Bagian 25 - Ketika Cinta, Rindu, Benci Menyatu
26 Bagian 26 - Aku Juga Ingin Bahagia
27 Bagian 27 - Maafkan Aku
28 Bagian 28 - Aku Menyesal, Aku Bersalah
29 Bagian 29 - Bunda Sayang Kamu
30 Bagian 30 - Keseriusanmu
31 Bagian 31 - Aku Berusaha
32 Bagian 32 - Kembali?
33 Bagian 33 - Ceroboh!
34 Bagian 34 - Dasar Bodoh!
35 Bagian 35 - Panas Dingin
36 Bagian 36 - Aku Bahagia!
37 Bagian 37 -Dapat Anak?!
38 Bagian 38 - Membuat Istri Senang
39 Bagian 39 - Rayyan
40 Bagian 40 - Sederhana Aku Suka
41 Bagian 41 - Beri Kami Kebahagiaan
42 Bagian 42 - Munculnya Kecurigaan
43 Bagian 43 - Pengkhianatan?
44 Bagian 44 - Siapa Dia?
45 Bagian 45 - Demi Keluarga
46 Bagian 46 - Silahkan Pergi
47 Bagian 47 - Menghindar
48 Bagian 48 - Ingkar
49 Bagian 49 - Bohong Lagi?
50 Bagian 50 - Akhirnya Bertemu
51 Bagian 51 - Terbongkar Sudah
52 Bagian 52 - Membencinya
53 Bagian 53 - Kepergiannya
54 Bagian 54 - Kerinduan
55 Bagian 55 - Penjelasan
56 Bagian 56 - Lelah
57 Bagian 57 - Kembali
58 Bagian 58 - Kemarahanku
59 Bagian 59 - Hilang
60 Bagian 60 - Kesal
61 Bagian 61 - Kabar Baik
62 Bagian 62 - Dia Jatuh
63 Bagian 63 - Saling Menguatkan
64 Bagian 64 - Sabhira Kirana Tasanee
65 Bagian 65 - Akhir Dari Segalanya (End)
66 Bagian 66 - Bahagia, Aku Mencintai Kamu (Epilog)
67 Pengumuman
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bagian 1 - Permulaan
2
Bagian 2 - Kamu Itu...
3
Bagian 3 - Penyesalan
4
Bagian 4 - Ini Berbeda
5
Bagian 5 - Kehadirannya?
6
Bagian 6 - Dia Memang Ada
7
Bagian 7 - Labil
8
Bagian 8 - Melepaskan Kamu?
9
Bagian 9 - Aku Cemburu!
10
Bagian 10 - Aku Akan Menjaganya
11
Bagian 11 - Kalian Sedang Apa?
12
Bagian 12 - Bayi
13
Bagian 13 - Kinaya
14
Bagian 14 - Tidak Diinginkan
15
Bagian 15 - Aku Mau Pisah Saja
16
Bagian 16 - Perpisahan Itu Datang
17
Bagian 17 - Takdir Mempertemukan Kita Kembali
18
Bagian 18 - Maafkan Ayah
19
Bagian 19 - Kamu Sudah Berubah
20
Bagian 20 - Aku Tidak Butuh Kalian!
21
Bagian 21 - Ada Hubungan Apa Di Antara Kalian?
22
Bagian 22 - Jangan Tinggalin Bunda, Kasihan Ayah
23
Bagian 23 - Aku Sudah Berubah Menjadi Perempuan Jahat
24
Bagian 24 - Aku Juga Tersiksa
25
Bagian 25 - Ketika Cinta, Rindu, Benci Menyatu
26
Bagian 26 - Aku Juga Ingin Bahagia
27
Bagian 27 - Maafkan Aku
28
Bagian 28 - Aku Menyesal, Aku Bersalah
29
Bagian 29 - Bunda Sayang Kamu
30
Bagian 30 - Keseriusanmu
31
Bagian 31 - Aku Berusaha
32
Bagian 32 - Kembali?
33
Bagian 33 - Ceroboh!
34
Bagian 34 - Dasar Bodoh!
35
Bagian 35 - Panas Dingin
36
Bagian 36 - Aku Bahagia!
37
Bagian 37 -Dapat Anak?!
38
Bagian 38 - Membuat Istri Senang
39
Bagian 39 - Rayyan
40
Bagian 40 - Sederhana Aku Suka
41
Bagian 41 - Beri Kami Kebahagiaan
42
Bagian 42 - Munculnya Kecurigaan
43
Bagian 43 - Pengkhianatan?
44
Bagian 44 - Siapa Dia?
45
Bagian 45 - Demi Keluarga
46
Bagian 46 - Silahkan Pergi
47
Bagian 47 - Menghindar
48
Bagian 48 - Ingkar
49
Bagian 49 - Bohong Lagi?
50
Bagian 50 - Akhirnya Bertemu
51
Bagian 51 - Terbongkar Sudah
52
Bagian 52 - Membencinya
53
Bagian 53 - Kepergiannya
54
Bagian 54 - Kerinduan
55
Bagian 55 - Penjelasan
56
Bagian 56 - Lelah
57
Bagian 57 - Kembali
58
Bagian 58 - Kemarahanku
59
Bagian 59 - Hilang
60
Bagian 60 - Kesal
61
Bagian 61 - Kabar Baik
62
Bagian 62 - Dia Jatuh
63
Bagian 63 - Saling Menguatkan
64
Bagian 64 - Sabhira Kirana Tasanee
65
Bagian 65 - Akhir Dari Segalanya (End)
66
Bagian 66 - Bahagia, Aku Mencintai Kamu (Epilog)
67
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!