Keesokan harinya, sesuai prediksi Nasha akan bangun terlambat. Kemarin waktunya dihabiskan untuk bekerja, dan malam harinya Nasha mengerjakan beberapa tugas yang memang belum sempat dia kerjakan.
Tok.. Tok.. Tok..
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu berwarna putih yang bertuliskan Zaina Arfha Nashafa. Selang beberapa menit, pintu dibuka oleh orang yang mengetoknya. Siapa lagi yang masuk jika bukan Sang Ibu.
“Nasha, bangun udah jam 7, katanya kamu ada seminar hari ini,” ucap Ibu Nasha setelah mendekat dan duduk di sisi ranjang Nasha.
Tak lama setelah menyebutkan jam berapa sekarang, Nasha bangun dan dengan tergesa mengambil handuk serta baju ganti, setelahnya dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Tentu sebelumnya dia suda bilang terimakasih pada Sang Ibu karena telah membangunkannya.
Ritual mandi seorang Nasha memang tak memakan waktu yang lama, sekitar 15 menit dia sudah selesai dan keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang biasa digunakan untuk kuliah. Nasha juga tak lupa untuk melakukan ibadah yang biasa orang muslim lakukan, walaupun terlambat tapi ibadah adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan bukan? Jadi walaupun waktunya sudah terlewat usahakan tetap menjalankannya.
“Ibu, Nasha berangkat dulu yah. Makasih udah bangunin. Dah Ibu, assalamualaikum,” ucap Nasha sembari salam pada Ibunya.
“Ngga sarapan dulu Sha? Kebiasaan kalau buru-buru jadi gini nih, wa‘alaikumsalam,” ucap Ibu Nasha sambil geleng kepala, melihat kebiasaan anaknya jika telat seperti sekarang.
.
.
.
.
.
Setelah memakan waktu di jalan sekitar 40 menit, karena tadi sempat terjebak macet. Nasha langsung menemui sahabatnya yang juga terlambat dan menunggunya untuk masuk ke gedung seminar.
“Zana, lama amat sih, biasanya udah nyampe duluan, tumben telat banget,” ucap Rumi yang sedikit kesal karena menunggu Nasha terlalu lama. Di kampus Nasha memang memiliki berbagai nama yang digunakan oleh teman temannya, tapi lebih dikenal dengan nama Zana seperti nama depannya tapi dikurangi huruf i.
Tak jarang banyak yang menyebutnya dengan nama Nasha, seperti di kantor, hanya Bu Eno dan juga temannya yang sama-sama masih kuliah yang bernama Rumi hanya mereka yang sering menggunakan nama Nasha. Sisanya akan memanggilnya dengan nama depannya yang lengkap Ziana.
“Ya maaf, tadi aku kesiangan ditambah jalanan macet banget, dan angkotnya juga tadi lumayan lama, maafin yah,” ucap Nasha sambil memelas agar sahabatnya tak marah.
“Yaudahlah da udah, ayo masuk, kata yang lain sih acaranya belum mulai jadi masih bebas keluar masuk, eh tapi mending kita jajan dulu yu biar gabosen nanti,”
“Huh.. harusnya emang kita santai aja datengnya, kebiasaan banget kalo ada acara selalu ngaret. Yaudah deh mending kita jajan dulu aja, kbetulan aku juga tadi gasarapan dulu,”
Mereka pun pergi ke minimarket yang ada di sebelah kampus untuk membeli beberapa makanan ringan dan juga minuman, dan juga Nasha membeli permen yang memang menjadi andalannya jika kantuk mulai menyerang. Terkadang mendengarkan seminar juga sedikit membosankan, selain dengan makanan ringan, makan permen juga bisa membantu menjaga mata tetap fokus. Itu kata Nasha jika ditanya kenapa selalu membeli permen jika stoknya sudah habis.
Seminar kali ini berkaitan dengan teknologi yang digunakan untuk membuat suatu konstruksi yang ramah lingkungan. Ada sekitar 3 narasumber dari kampus maupun instansi yang berbeda serta memiliki tema yang sama dalam pembuatan buku maupun bahan yang diuji coba. Diantara para pembicara ada yang usianya masih terbilang cukup muda.
Seminar yang diadakan ini memakan waktu hampir 8 jam, dan diselingin dengan waktu istirahat pada jam 12 siang.
Seminarpun telah usai serta ditutup oleh pertanyaan sebelum waktu berakhir. Sebelum membubarkan diri ada juga sesi foto bersama, tapi memang dasarnya Nasha tak terlalu suka berfoto jadilah dia kabur dengan meninggalkan tempat acara lebih dulu dan menunggu sahabatnya di sekitar koridor dekat gedung.
Selagi menunggu, dan karena Nasha tidak berhati-hati pada jalan yang licin jadilah dia hampir terjatuh jika saja tak ada orang di belakangnya yang menahan tubuh Nasha agar tidak jatuh.
Seorang lelaki yang menjadi salah satu pembicara di seminar tadi yang telah menolongnya. Tadinya Nasha akan berterimakasih jika saja..
“ck.. bisakah jika sedang jalan mata fokus dan tidak ceroboh seperti ini, menyusahkan saja,” ucap laki-laki itu yang bernama Farzan .
“sabar Sha sabar, memang kamu yang sala tadi, jangan terpancing emosi,” batin Nasha.
“Iya pak, maafkan saya karena sudah menyusahkan Bapak tadi. Tapi jika memang Bapak tak mau menolong saya sebaiknya tak usah bersusah payah seperti tadi,” ucap Nasha pada orang tersebut dan berlalu begitu saja setelahnya.
“ck.. sudah ditolong bicaranya malah seperti itu, jika begitu tak akan ku tolong tadi,” kesal lelaki tersebut.
ditempat lain
“ck.. apa-apaan orang itu, jika tak ikhlas menolong seharusnya tak usah menolongku tadi, semoga saja aku tak bertemu orang menyebalkan itu lagi nanti,” gerutu Nasha di sepanjang jalan menuju tempat duduk yang berada di dekat parkiran kampus.
“Ini Rumi kemana lagi, foto ko lama amat. Kebiasaan banget sih, kan udah sore, tadi ngajak makan dulu ke tempat ramen, kalo lama kan keburu malem pulangnya, huh” ucap Nasha sambil mengatur napasnya yang sedang emosi itu.
Di sela-sela gerutuannya, Nasha melihat banyak kerumunan disekitar mobil sport keluaran terbaru yang terparkir ditempat khusus tamu. Dan yang tambah membuat Nasha kesal karena disana ada sahabatnya juga orang yang tadi membantunya dikoridor. Pria itu menjadi sorotan karena parasnya yang tampan dan juga kekayaan yang dia punya.
“Tuu anak, aku tungguin dari tadi malah nyangkut disitu. Bener-bener bikin kekesalanku bertambah dihari ini. Liat aja nanti dia dateng aku gasegan segan buat marahin dia,” gerutu Nasha pelan.
.
.
.
“Nasha.. kamu tau ga sih, Pak Farzan Adya Lakeswara tu ganteng banget ya ampunn.. walaupun emang mukanya datar tapi tetep gangurangin ketampanannya itulohhh, Nasha pokonya aku seneng bangetttt. Ehh.. ntar ntar kenapa tu muka kusut, bukannya tadi baik-baik aja yah?” ucap Rumi tanpa henti membuat kekesalan Nasha bertambah lagi.
“Kamu tuh aku tungguin dari tadi lama banget sih!! Udah tadi malah foto-foto sama tu orang, nyebelin banget sih. Kenapa sih orang-orang tu pada nyebelin hari ini. Inginku berkata kasar Ya Allah, astaghfirullah sabarrrr sabarrrr,” ucap Nasha panjang lebar sembari mengelus dada.
“Lah ni anak kenapa sihh, aku tu tadi didalem ada yang ngajak ngobrol dulu dan kebanyakan yang ngajak aku ngobrol malah nanyain kamu, harusnya kan aku yang sebel, kenapa jadi kamu yang kesel gini coba,” kesal Rumi.
Tadi memang saat selesai acara foto bersama beberapa anak laki-laki dari kelas lain menanyakan keberadaan Nasha, seperti..
“Rumi kenapa sendiri, Ziana gaikut kah?”
“Umii gimana udah disampein belum salam aku ke Nasha?”
“Rumi,, Nasha apa kabar? Dia gaikut kah?”
“Rumi,, boleh aku minta nomer Nasha?”
Kira-kira pertanyaan seperti itulah yang didapatkan Rumi. Beruntung tadi dia sedang bersama teman sekelasnya yang lain dan mereka mengajaknya keluar gedung seminar, jadilah dia bisa terbebas dari menjawab pertanyaan orang-orang yang memang beberapa dia kenal itu.
Kebanyakan dari mereka menganal Rumi karena dia aktif di beberapa kegiatan kampus. Teman sekelasnya yang lain juga sering ditanya, tapi mereka selalu menjawab jika Nasha lebih dekat dengan Rumi, jadilah dia sering menjadi narasumber dadakan haha.
“Huh.. kenapa sih orang-orang nanya mulu? Aku males tau tanggepin mereka. Lain kali kalo ada yang nanya bilang aja Ziana udah ada yang punya dan yang punya orangnya galak gaboleh banget aku deket sama orang lain selain dia. Semoga aja mereka mau ngerti nanti,” ucap Nasha sambil menghela nafas kasar, karena banyak yang bertanya tentangnya. Harusnya mereka menjauh karena dia juga sering dibilang galak sama anak kelas. Tapi anehnya ada aja yang penasaran. Kenapa coba?
“Hahaha.. biasalah yang galak lebih menarik soalnya haha.. udahlah gausah marah-marah terus, mending sekarang kita ke warkop aja beli mie rebus sama susu murni, wah kayanya bakal madep bangett,” ucap Rumi sambil membayangkan ada mie panas dengan minum susu murni dingin haha.
“Yaudahlah dari pada tambah kesel terus, ayok kesana,” ucap Nasha.
Merekapun pergi ke warkop (warung kopi) yang ada di sebrang kampus untuk mengganjal perut mereka yang tak terlalu lapar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments