Sekitar pukul 10 malam. Ken mengantarkan Keysa pulang. Mereka sudah sama sama turun dari mobil, dan kini saling berdiri berhadap hadapan di depan gerbang rumah Keysa. Mengingat semua hal yang menyenangkan yang ia habiskan di rumah Ken, membuat wajah Keysa memerah, dan sempat tak percaya. Apa ini benar? Apa ia benar benar sudah melupakan masa lalu dan siap menjalin hubungan dengan pria yang baru saja di kenalnya.
"Saya jadi nggak rela nganterin kamu pulang. Gimana kalau kita balik lagi dan cari makan, atau kita pergi kemana mungkin yang kamu mau."
"Kan kita habis makan masakan kamu. Dan aku terkesan, masakan kamu nggak kalah sama chef hotel bintang 10."
"Kamu menghayal? Dimana hotel bintang 10 itu?"
Keysa hanya nyengir mendengar pertanyaan Ken. Ia sedang berusaha untuk membulatkan perasaanya. Meski sebenarnya, ia tak merasakan apa apa. Hanya sekedar tersipu layaknya wanita yang mendapat pujian.
"Besok aku masih banyak kerjaan. Dan lusa aku harus udah mulai persiapan buat event di resto kamu. Inget kan?"
"Oke kalau begitu.."
..cup
Tiba tiba saja Ken lansung melandaskan kecupan di pipi Keysa. Ciuman yang sangat singkat namun telah sukses membuat warna merah pada wajah gadis itu semakin merona.
"Sampai jumpa swetty."
Keysa melambaikan tangan menunggu mobil yang dibawa Ken menghilang. Dan saat pandangannya lurus menuju ke sebrang sana, sepasang mata tengah melihat ke arahnya. Dengan raut wajah yang jelas tak suka dengan adegan yang baru saja terekam di memorinya.
"Rio..."
Lirih Keysa.
Rio menghampiri Keysa dengan tangan yang di masukannya ke dalam kantong jaket. Wajahnya agak pucat. Mungkin sudah beberapa jam ia menunggu Keysa disana. Dan meski tak hujan lebat, gerimis membuat cuaca terasa lebih dingin.
"Rio... rio lo kenapa?"
Tanya nya terbata bata. Keysa menyentuh dahi pria itu. Dan merasakan panas yang tak biasa.
***
Rio berbaring sendirian di salah satu kamar rumah Keysa. Kilas adegan beberapa waktu yang lalu membuatnya tetap terjaga, meski tubuhnya terasa lelah. Ia ingin sekali marah. But For what? Dia bukan siapa siapa. Hanya statusnya sebagai sahabat tak cukup kuat, untuk melakukan protes.
Tak lama kemudia Keysa datang dengan membawa air hangat juga sapu tangan.
"Lo udah makan?"
Tanya Keysa sembari meletakan kompresan di dahi pria itu.
Rio menjawab dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Huuhhhft, katanya lo mau kencan sama Viona. Masa iya jalan doank nggak makan makan. Tunggu bentar ya. Gue punya bubur instant. Lo harus makan dulu."
Rio, menyentuh kompresan di dahinya setelah Keysa menghilang dari balik pintu. Ia sulit mengartikan semua perasaan ini. Perhatian Keysa saat itu, berpacu dengan pikirannya yang harus mengenyahkan kenyataan. Bukan ini yang ia mau. Selang beberapa menit Keysa kembali dengan semangkuk bubur yang masih mengepul dengan asap.
"Bisa duduk kan, atau nggak lo nyender dulu. Jangan sambil tiduran."
Rio bangun dan bersandar, pada bantal di belakangnya. Keysa mulai menyuapi Rio sesendok demi sesendok.
"Lo nggak jadi kencan sama Viona?"
"Gue, gue udah putus sama mereka semua."
"Me..re..ka. itu artinya banyak lo."
"Iya, Viona, Amel, Sisi, semuanya."
"Lo lagi kesambet?"
"Gue cuma mau menata ulang hidup gue yang amburadul."
"Lo kan lagi sakit. Kenapa malah kesini. Kenapa bukan ke rumah ortu lo?"
"Gue nggak mau bahas ok"
"2 tahun kita jadi sahabat. Kayanya lo nggak pernah cerita soal keluarga lo. Kalau gue sih jelas. Ortu gue emang udah nggak ada. Tapi lo kan?"
Keysa melihat raut wajah Rio yang tanpa ekspresi. Oke, mungkin Keysa salah mengajukan pertanyaan. Membuat keadaan jadi canggung.
"Gue liat setiap detik, semua adegan lo sama Ken."
"Lalu..?"
"Key, lo jadian sama Dia?"
"Iya"
Tanpa basa basi, keysa menjawabnya.
"Kenapa?"
"Kenapa apa nya sih. Lo kalau lagi sakit suka nggak jelas deh."
"Kenapa harus sama dia."
Keysa meletakan mangkuk berisi bubur yang setengah habis pada meja di sampingnya.
"Ini pertanyaan macam apa?"
"Kalau lo punya pacar. Apa lo masih akan perhatian kaya gini?"
Satu pertanyaan dengan beragam arti.
"Lo harus istirahat."
Kenapa Keysa seolah menghindar dari pertanyaan itu. Keysa berbalik dan sudah bermaksud untuk pergi. Namun tiba tiba saja ia merasakan 2 buah tangan melingkar di pinggangnya. Ia merasakan pelukan yang hangat di antara pinggangnya. Ia bisa merasakan deru nafas itu di belakang lehernya.
"Key...."
Panggil Rio lembut.
Keysa hanya diam. Ia tak bisa menanggapi apapun. Yang dia tahu hanya kenapa pelukan ini terasa nyaman. Dan lebih nyaman dari biasanya. Ini bukan pertama kali, tapi kali ini seperti ada sesuatu yang terasa lain.
"Jangan tinggalin gue key."
bisik Rio di telinga Keysa.
"Apa sih Rio, lo lagi demam."
Keysa meraih kedua tangan yang ada di perutnya berusaha melepaskan pelukan Rio. Tapi siapa sangka tangan itu malah semakin erat, dan gadis itu semakin tak bisa melepaskannya.
"Why, i just fill that with you."
"Fill, About what?"
"Tentang semua ini."
Keysa kembali berbalik dan menghadap Rio. Awalnya ia ingin bertanya. Apa maksud nya, perasaan apa yang ia tak mengerti selama ini. Mereka saling menatap dalam diam. Dengan jarak yang hanya terhitung jari. Namun semakin lama, jarak itu semakin semu, Hingga jarak itu semakin dekat dan Dan hampir tak memiliki ruang untuk berpisah.
Rio memiringkan kepalanya, mendekatkan wajahnya pada sesuatu yang selama ini selalu menjadi perhatiannya. Ia memberikan jalan agar sesuatu miliknya juga bisa dimiliki Key. Sampai akhirnya, Keysa bisa merasakan sesuatu yang hangat ada menempel di bibirnya. Sesuatu yang bahkan tak pernah ia bayangkan. Mereka terhanyut dalam setiap hembusan nafas yang menyatu dalam permainan bibir dan lupa akan satu hal.
Keysa mengakhiri ciuman lembut itu lebih dulu. Ia memalingkan wajahnya, begitupun dengan Rio. Mereka kembali diam, berada di perasaan antara malu dan ingin.
"Kita.. kita ngapain sih key..."
pertanyaan lemah dari pria itu. Ia bahkan tak berani menatap wajah Keysa.
Keysa tak ingin memperpanjang moment ini. Ia berlari menuju kamarnya. Ia mengunci pintu dan segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu. Bersama dengan pertanyaan, Apa, Mengapa, Kenapa yang terus berputar putar...
Apa yang udah gue lakuin. Ini salah. Bukannya gue udah coba mau jalanin komitmen sama Ken. Kenapa hati gue malah kacau. Sejak kapan? Sejak kapan Rio jadi begitu berpengaruh. Sejak kapan gue jadi nggak bisa ngontrol diri sama dia.
Kenapa gue nggak bisa tegas sama pilihan gue. Gue selalu plinplan sama urusan hati.
please semoga perasaan ini hanya sebuah ilusi. hanya ilusi karena suasana. Gue nggak mau ada hubungan yang berasal dari masa lalu. Rio adalah bagian dari dunia itu. Dan gue nggak bisa kembali kesana.
-------
huuhhh ini Keysa kalau udah nyangkut masalah hati suka plin plan ya. Oke deh. jangan lupa kasih like, vote dan commentnya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
xk_ekga
key jangan jd leana plis
2020-11-14
0
N°π@ ∆¢hl4π
sorry lagi... Fill itu artinya mengisi.. seperti "fill up the form" atau "fill the water into the bottle". Aku pikir maksud nya feel atau feeling = merasa/perasaan.. "why do I feel that only with you?" maksudnya begitukan.. ?😉
2020-11-02
0
Jack Mad
next 👍👍
2020-08-31
0