Yeni geram memandang Nova, baru saja dia ingin bicara, dari kejauhan tampak Zahira berjalan sendirian keluar dari gerbang kampus.
Mata Yeni pun tertuju kepadanya. Sambil menarik lengan si Abang Yeni menunjuk ke arah Zahira berjalan.
“Nah Bang, itu dia orangnya, Abang bisa kan?” ucap yeni meyakinkan.
“Ohh Yeni, pliiiiz dong,” pinta Nova dengan suara yang hampir tak terdengar, karena dia tahu kalau temannya ini sangat keras kepala. Apapun yang diinginkannya pasti harus didapatkannya.
Dan kali ini walau dengan apapun dia sudah tidak bisa mencegahnya. Akhirnya Nova hanya menggeleng.
“Ya Allah ampuni temanku ini dia memang tak pernah ada yang mendidik dengan benar,” batin Nova lalu mengusap wajahnya kasar.
“Bang, ayoooo” desak Yeni.
“Tapi dek, kamu mau tanggung jawab kalau aku ketahuan,” pinta si Abang.
“Aduuuh Abang kelamaan deh, tuh dia makin jauhh,”Yeni semakin tidak sabaran.
Dengan tangan gemetar, si Abang menerima uang Yeni kemudian melangkah pergi dan sesekali berbalik memandang Yeni, sementara Yeni cuma memberi kode dengan tangannya supaya Si Abang terus lanjut.
Setengah berlari lelaki setengah tua alias si Abang itu menyusul Zahira. Dengan ragu-ragu dia terus mengawasi kondisi jalan raya, menunggu kalau –kalau ada mobil yang melaju kencang dari belakangnya.
Sementara Yeni hanya menyaksikan dari kejauhan. Si Abang masih terus mengikuti Zahira namun kali ini agak perlahan karena jaraknya sudah semakin dekat.
Sekali lagi menoleh kalau-kalau ada mobil yang melaju kencang. Dan demi dilihatnya sebuah mobil Avanza warna silver melaju kencang ke arahnya, dengan cepat dia berjalan dan menyenggol Zahira yang berjalan di trotoar, tak ayal tubuh Zahira terhuyung kesamping hingga terdorong ke jalan raya.
Disaat yang bersamaan, mobil avansa silver tadi sudah disana dan... Bruuukkk.
“Ah, allahu akbaaaaaaaaaaaarr,” jerit Zahira, tubuhnya terpental.
Sejenak Zahira merasa seperti melayang di angkasa. Mobil yang menabraknya tiba-tiba berhenti demikian juga dengan mobil yang ada di belakangnya.
Sementara dari arah depan sebuah mobil pick up yang bermuatan kasur spring bed, sedang melintas harus berhenti mendadak demi melihat seorang gadis terbang melayang ke arahnya.
Beruntung tidak ada kendaraan di belakangnya sehingga tidak terjadi tabrakan beruntun. Tubuh Zahirapun mendarat dengan mulus di atas tumpukan kasur yang empuk.
Semua mata yang melihat kejadian itu langsung menganga tak sanggup berucap menyaksikan kejaiban di depan mata mereka. Sopir pick up buru-buru keluar dari mobil hendak memeriksa orang yang tertabrak.
Sopir yang menabrak Zahira terlihat gelisah melihat kiri kanan lalu menghubungi seseorang.
Yeni yang melihat kejadian itu dari kejauhan segera menarik tangan Nova masuk ke kampus.
“Yeni, kamu benar-benar gila,” teriak Nova yang ikut berlari karena ketakutan.
Karena terburu-buru, mereka tidak melihat kalau sebuah motor besar tiba-tiba muncul dari parkiran dan Yeni pun tertabrak.
Tubuh Yeni terpental lalu berguling beberapa kali.
“Yeniiiii!!” teriak Nova sambil berlari mendapatkan tubuh Yeni yang terbaring kesakitan.
“Aduuuh, sial banget sih tuh orang ga punya mata apa?” gerutu Yeni dengan muka meringis.
“Masih menyalahkan orang, ini karma tahu.” Jawab Nova ketus.
“Kamu masih membela sialan itu?” bentak Yeni.
“Hey kamu ga papa?” tanya pengendara motor yang menabrak Yeni.
“Ya apa-apalah, akhh sakit tahu," Jawab yeni ketus.
“Mari aku bawa ke ruang UKS." Ujarnya seraya membantu Yeni berdiri.
“Aaaaauuuu, pelan-pelan sakit nih,” rintih Yeni.
Cowok itu hanya mengangguk sambil memapah tubuh Yeni.
Sekilas yeni melihat Alfian berlari cepat keluar dari kelas sebelum mereka berbelok menuju ruang UKS kampus.
Ruangan ini bersebelahan dengan kampus fakultas kedokteran yang lokasinya diseberang kampus pertanian.
Sesampai di ruang UKS, mereka di sambut oleh petugas.
“Tolong, anak ini terluka,” ujar si cowok.
“Baik Pak” jawab petugas UKS.
Yeni pun dibawa ke ruang perawatan dan diobati di sana.
Nova terus memandangi cowok itu “Waah gila ganteng banget orang ini,” batin Nova.
“Maaf aku buru-buru, aku harus pergi, ini kartu nama saya, kalau ada apa-apa tolong kabari saya,” ucap cowok itu pada Nova lalu keluar.
Nova memandangi kartu itu dan membacanya.
“Dokter Khalid muyassar, wah ternyata dokter, aduuuhh kerennya, o em jiiii,” sambil tersenyum medekap erat kartu nama itu di dadanya.
****
Nafas Alfian tersengal-sengal dengan muka pucat mencoba menyibak kerumunan, dia mencari-cari mobil adiknya. Dan saat dilihatnya mobil avansa milik ayahnya dia segera menghambur mendekati.
Dia melongok kedalam, orang yang ada di dalam segera membuka pintu mobil lalu keluar dan memeluk Alfian ketakutan.
Belum sempat mereka berbicara, orang-orang sudah mengepung mereka berdua.
“Itu dia sopir yang menabraknya” teriak salah seorang yang berkerumun.
“Waaah harus tanggung jawab,” teriak yang lain.
“Iya pak kami siap tanggung jawab kok, tapi siapa yang ditabrak,” tanya Alfian tegang, demikian juga adiknya menggigil ketakutan.
“Tuuh diatas mobil,” tunjuk salah seorang warga. Alfian menoleh ke arah yang ditunjuk. Tampak disana seorang gadis dengan kerudung panjang berusaha turun dari tumpukan kasur dibantu oleh pak sopir dan beberapa orang.
Betapa kagetnya Alfian saat mengenali gadis itu.
”Zahira!” teriak Alfian.
“Kakak kenal dia?” tanya adiknya
“Iyyalah dia temanku!” bentak Alfian tak sadar.
Zahira telah turun dengan selamat, dengan segera dikerumuni oleh orang-orang.
“Adek ga papa?, apa ada yang terluka?, bagaimana kabar kamu dek?, demikian pertanyaan beruntun yang diajukan orang-orang, membuat Zahira kebingungan tak tahu harus jawab apa.
“Maaf pak, permisi, ini temanku, biar aku yang tangani ya” jawab alfian menengahi kerumunan.
“Ra kamu ga papa?” tanyanya sembari memegang bahu Zahira.
Mendengar suara Alfian, Zahira menoleh.
“Kak Fian, ah iya aku baik, aku ga papa kok, soalnya aku jatuh di kasur empuk, hahahaha,” Zahira tak kuasa menahan tawanya, dia merasa konyol sendiri mengingat kejadian barusan.
“Eeeehhh malah ketawa, adek bukannya kaget, udah hampir is det tadi kamu tuh,” gerutu pak sopir pickup sok-sokan berbahasa.
Demikian pula yang lain.
“Tapi benar kamu ga papa, kalau ga papa ya udah sana menyingkir, jalanan udah macet banget nih,” ucap pak sopir lalu menuju pintu mobilnya, membukanya lalu naik dan melajukan mobilnya segera.
sementara Zahira dan Alfian beserta beberapa orang menyingkir ke tepi.
“Dek kamu harus minta tanggung jawab sama sopirnya tuh
" Iya dek, harus itu” kalau perlu lapor polisi,” demikian gerutu orang-orang.
“Iyya pak , bu, makasih atas bantuan dan pertolongan kalian, tapi aku ga papa, jadi saya pikir tidak usah diperpanjang, entar malah tambah rumit, makasih pokoknya yah,” ucap Zahira membungkam para kerumunan.
“Ya sudah deh terserahlah, itukan urusan kamu, kami Cuma kasih saran,” ucap seorang bapak lalu pergi.
“Maaf pak, bu, saya kakaknya dia, dan yang ini teman saya, jadi biar saya yang tangani,” ucap Alfian sambil menunjuk pelaku dan korban bergantian.
“Oooohhh ya sudah ini masalah keluarga jadi ya uruslah, ayo, bubar-bubar,” perintah salah seorang dan yang lainpun menurut.
Setelah semua orang pada bubar, kini tinggal mereka bertiga, meskipun masih ada satu dua orang yang tinggal dan penasaran namun agak jauh dari mereka.
“Inilah kalau tidak mau mendengar omongan orang tua,” bentak Alfian ke adiknya.
“Lihat kan, coba bayangin kalau sampai Zahira kenapa-kenapa? Kamu bisa tanggung jawab? Bagaimana kalau kamu sampai menghilangkan nyawa orang?” bentak Alfian berapi-api,
Mendengar suara Alfian yang meninggi membuat Zahira kaget dan menganga.
Dia tidak menyangka Alfian sekasar ini sama adiknya.
Zahira yang selalu takut dengan suara gertakan menjadi ciut dan gemetar.
“Kak, Aaa l fi aan!” panggilnya terbata sambil memegang tangan Alfian dan memandangnya ketakutan, air matanya berlinang.
Alfian masih hendak melanjutkan ucapannya, namun ditahannya demi dilihatnya Zahira yang ketakutan.
Dia menarik nafas, sementara adiknya cuma tertunduk dan diam seribu bahasa.
“kak, ga usah marah-marah, semua ini salahku yang tiba-tiba terdorong ke jalan raya, bukan salah dia kok, aku yang salah, lagian aku ga papa, keberuntungan masih berpihak padaku” terangnya lalu melepas tangan Alfian kemudian tertunduk.
Alfian memandang Zahira heran dengan sikapnya.
“Ra, aku bukan marah sama kamu kok, aku marah sama adik aku, karena dia suka membangkang dan sekarang mencelakai kamu,” ucap fian ketus menatap Zahira.
“Tapi kak, kan aku yang salah” ucapnya sambil mendongak, air matanya udah tak tertahan lalu tumpah membasahi pipinya. Ini sudah menjadi penyakit Zahira sejak masih kecil, jika dia mendengar ada suara meninggi atau membentak, dia menjadi sangat ketakutan, jantungnya berdebar-debar, seluruh tubuhnya pasti akan gemetaran, lalu menangis.
Melihat Zahira menangis Alfian menghela nafas.
“Oke-oke dia ga salah, jadi mending kita masuk mobil dan mengantar kamu pulang ya,” ujar Alfian dengan wajah heran namun berusaha menenangkan Zahira.
“Fadil, bukain pintu sana,” perintah Alfian sama adiknya.
tanpa basa-basi Fadil segera mendekati pintu mobil dan membuka pintu buat Zahira.
“Biar kakak yang menyetir,” ucapnya mengantar Zahira masuk mobil lalu menuju pintu tempat kemudi, Fadil sendiri naik di kursi depan.
Dengan wajah heran Fadil menoleh ke Zahira penasaran dengan sikapnya. “kenapa dia, aku yang dibentak, eehhh dia yang nangis, aneh,” batin Fadil.
Demikian juga Alfian memandangi Zahira melalui spion didepannya masih dengan rasa heran dan penasaran, tapi urung untuk bertanya. Akhirnya diapun melajukan mobilnya perlahan dengan seribu tanda tanya.
~BERSAMBUNG~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
indah melani
ngakak aku waktu Zahira ketabrak 🤣🤣
2021-07-12
1
auristela
Dua sisi mata uang kembali buat ngasih support...
semangat... semangat... semangat...
2020-10-21
0
🎯Pak Guru📝📶
Feedback ya
Pendekar Tak Pernah Kalah
2020-09-17
0