Sel 2

Bunyi yang memekakkan telinga Biandra akhirnya berhenti dan mobil juga terhenti, sepertinya mereka telah sampai dirumah sakit jiwa. Biandra sangat yakin bahwa setelah ini dia akan bebas, pasalnya pikirannya sangat normal ini tapi ketika ia melihat kebawah, ia meringis penampilannya hampir sebelah duabelas dengan orang gila. Bahkan memang sudah seperti orang gila ditambah dengan rambut berantakannya.

Perempuan gila disamping Biandra terus terkikik dengan boneka dalam gendongannya, para orang-orang yang berbaju putih yang baru diketahui Biandra mereka adalah perawat salahkan pengetahuan tentang baju putih ia hanya mengetahui seragam putih jas dokter dan jas lab teman-teman ilmuwannya tidak dengan beberapa orang yang tengah memegang erat lengan wanita itu dan menjauh dari Biandra, beberapa dari perawat itu menatap kearah Biandra.

"Jak, kenapa kita main angkut aja perempuan ini ya! kalau dia nggak membawa identitas apa-apa juga nggak akan bisa kita masukkan kedalam rs, dan selanjutnya kita juga harus memastikan melepaskannya juga, ah bikin repot aja" ujar seseorang dengan kumis tebal diatasnya masih mengenakan baju putih khas perawat

"elo sih mentang0-mentang ini agak bening diantara pasien-pasien lain lo angkut" ujar perawat yang dipanggil jak

"Kita gimana sekarang"

"Ya kita harus membawanya keruangan pemeriksaan lah, mau gimana lagi. Ada atau tidak identitasnya pasien harus tetap dinomor satukan" ujarnya kemudian menggiring Biandra menuju gedung bertuliskan Pemeriksaan dan Adminitrasi.

Gedung seperempat luas kamar Biandra terlihat beberapa lemari dipenuhi arsip. Biandra terus menjelajah ruangan tersebut seakan haus akan informasi. Padahal ini bukan minatnya. Dibagian sudut terdapat satu pintu. Para perawat itu kembali menggiring Biandra menuju pintu itu, entah kenapa Biandra hanya diam saja diseret layaknya kerbau dicucuk hidungnya.

Ketika pintu terbuka ruangan itu hanya ada satu meja dan dua kursi disisi berseberangan persi meja interogasi. Dan ruangan itu kosong, dengan corak cat abu-abu menempel didindingnya. Bentuk kupu-kupu juga mengikuti gambar abu-abu itu.

Biandra ditinggalkan diruangan itu sendirian. Gambar yang Biandra sangka adalah kupu-kupu sekarang malah terlihat seperti gambar lainnya, entah sang pelukis yang sangat alih menggambar abstrak yang dpaat diartikan kedalam beberapa bentuk entah penglihatan Biandra yang sudah tak terlalu fokus, Karena sedari ia kelar rumah sakit umum dan kembali masuk kedlaam rumah sakit jiwa ia belum memakan apapun yang dpatat dicernanya. Sungguh malang perutnya.

Pintu yang sedari tadi tertutup kini terbuka dan seorang dokter muncul disana. Dengan angkuhnya tanpa melihat Biandra dokter itu duduk didepan biandra kemudian meneliti wajahnya, tatapan yang dilempar sang dokter entah kenapa membuat biandra terintimidasi. Padahal selama hidupnya belum ada satupun tatapan yang dpaat membuatnya mengkerut dan membuat jantungnya bekerja dua kali lebih keras dari biasanya.

Sialan ini mengerikan begitu pikirnya. Setelah puas meneliti kemudian suara dokter itu terdengar, Biandra tidak dapat menangkap apa yang dikatakan sang dokter Karena terlalu terbuai dengan suara yang masuk kedua gendang telinganya yang kemudian menyusup kedalam otaknya menuju impuls sarafnya seakan mematikan pengertian dari ucapan sag dokter. Terlalu terlena

Dokter itu meyadarkan Biandra. "Hei! Kamu adalah orang kesekian yang berpura-pura gila untuk bertemu saya" itulah ucapan songong yang keluar dari mulut sang dokter. Kembali membuat semua sel-sel ditubuh Biandra normal. Biandra menatap kearah sang dokter cengo! Selain angkuh dia juga narsis. Jadi ilfeel gue.

"mendingan sekarang kamu pulang, dan berhenti jadi pura-pura gila. Kamu mempunyai masa depan cerah jadi jangan kamu sia-siakan masa muda kamu apalagi Karena masalah putus cinta"

Kamvreeeeet!!!!!! Nggak masyarakat goblok mengatainya desperate Karena patah hati tapi sekarang dokter ini juga, nggak tahukah dia Biandra itu masih jomblo bahkan diusia 21 tahunnya ini. bukan tidak laku tapi Karena memang Biandra tidak ingin disibukkan dengan kegiatan ala anak jaman sekarang. Disaat keluarga melimpahinya kasih sayang dia malah mencari pada kasih sayang palsu dalam wujud entah itu laki-laki , perempuan atau alien [baca: makhluk dunia maya] kalau memang sayang buktikan dalam ikatan sah! Bukan ikatan antara dua orang saja tapi juga keluarga. Dan terstempel.

Ingin rasanya Biandra mengumpat kearah sang dokter didepannya. Memang tadi dia terpesona bahkan membuat fungsi tubuhnya tidak berfungsi normal namun kini itu tidak akan terjadi lagi, pasalnya sang dokter telah menujukkan taringnya.

Tiba-tiba ingatan tadi melintas dikepala Biandra. Mereka sama-sama tidak tau apa-apa. Benar! Seperti menemukan oasis dipadang gurun, Biandra menemukan tempat yang membuatnya terlepas beberapa saat dari masalahnya.

Biandra memulai acting gilanya dan mudah-mudahan ini dapat menipu dokter songong didepannya ini.

"hihi, kamu tuh jahat bingitz tau nggak, aku udah ngasih semuanya untuk kamu, tapi apa balasannya, hihi kamu jahatzz" Biandra rasanya ingin muntah saat itu juga tapi ia harus professional kemudian ia berdiri berjalan menuju sang dokter memukul bagian dadad sang dokter yang entah kenapa terasa sangat nyaman untuk menjadi sadar-able. Tepiskan pikiran itu Biandra saatnya menjadi gila.

Biandra mengamuk dan sang dokter kewalahan mengatasi amukan Biandra yang telah tertanam dari awal permasalahan hidupnya. Sang dokter menangkap kedua tangan biandra membawanya keatas kemudian sang dokter menatap dalam Kearah biandra terus menunduk dan sperti ingin membalas perbuatan Biandra sang dokter berteriak

"Perawat cepat bawa tali, pasien ini mengamuk" telinga Biandra berdengung mendengar teriakan dokter gila itu.

Biandra bertingkah kondusif ketika perawat membawanya duduk lalu mengikat badannya. Kemudian mereka keluar ketika mendapat perintah dari sang dokter.

"Oke sepertinya kamu benar-benar gila!" ujarnya

"terbukti dengan kamu yang tidak dapat membedakan wajah jeleknya pacar kamu dengan wajah tampan saja" ujarnya memulai kenarsisannya. Ampun deh ini rumah sakit kenapa menerima dokter yang juga sarap!

"baiklah sekarang kita memulai dengan tingkatan awal" ujarnya kemudian dokter itu mengeluarkan beberapa alat dari dalam tasnya kemudian mengaturnya diatas mejanya.

Setelah itu dokter itu menyerukan "Kalau memang kamu gila tolong pilih alat berwarna merah dengan pita-pita" Biandra mengkerut ditempatnya 'apa ini uji tes kejiwaan, kalau memang iya aneh banget'

Biandra masih tidak bergerak malahan semakin tertawa-tawa, sebenarnya ini membuat tenggorokkannya sakit. Dokter itu menatap tajam kearah Biandra

"Tolong pilih" ujarnya diikuti dengan tangannya menunjuk-nunjuk kearah beberapa alat yang tidak menunjuk kearah perintahnya tadi. Langsung saja biandra mengambil barang yang ditunjuk sang dokter kemudian kembali tertawa lalu melemparkan kearah sang dokter tersebut.

Dokter itu mengerutkan keningnya dan berdesis 'ternyata ini cewek beneran gila' lalu sang dokter membereskan alat-alat itu dan meninggalkan Biandra begitu saja. Tanpa penjelasan, memang sih penjelasan untuk sang pasien gila itu tidak penting untuk diberikan pada pasiennya malahan kalau itu dikatakan kepada pasiennya bisa-bisa dokternya yang gila.

****

Rayhan mengerut keningnya. Sial kenapa dia berlaku sembrono pada pasien yang bener-bener gila. Ini disebabkan Karena terlalu banyak dari kaum wanita yang tiba-tiba datang kerumah sakit dan mengaku dirinya gila Cuma untuk mendekatinya. Sial.

Rayhan menatap kearah perawat yang membawa pasien tadi. "Tolong kamu periksa tasnya, sipaa tau kita menemukan identitasnya disana" lalu berlalu pergi

"Dokter jiwa memang terbest ya jak, tanpa kita katakana dia tahu apa kecemasan kita"

Jak yang dipanggil itu menatap kearah rekan kerjanya "semua juga bakaln ngomong gitu kalau itu pasien datang sendirian nggak bawa walinya, daripada lo makin memuja itu dokter baru mendingan sekarang kita cek tasnya itu cewe.

"lo kok sensi amat sih sama dokter muda ini, oh iya lo kan masih kesal Karena gebetan lo naksir berat sama itu dokter. Jangan salahin dokternya dong salahin gebetan lo yang kecentilan" lalu rekan kerjanya berlalu.

"berisik" jak mengikuti rekan kerja.

***

Biandra POV

kamvreeet! Gue kira setelah dokter songong itu, gue tinggal ganti baju pasien jiwa kemudian dibawa keruangan dan dapat makanan gratis. Nyatanya ekpestasi tak seindah realita.

'Gue harus mengisi kuisoiener setebal buku kuliah gue. Kan kamvreeet!'

Gue tau kedua perawat yang membawa gue itu tengah meledah gue, sebenarnya kalau gue normal gue udah mencak-mencak berani-beraninya mereka ngacak-ngacak tas prada kesayangan gue. Tapi gue lagi acting gila, dan gue tau mereka sedang mencari identitas gue. Sial. Gue baru ingat! Disana Cuman ada kartu nama paman keparat itu! Karena sebelumnya gue mau bikin perhitungan sama dia. Kalau begini gue yang bakalan jadi bulan-bulanan laki-laki tua itu. Anying!

"jak ini gue nemu kartu nama. Tomo Luqastariedza!" ujar perawat itu dengan lidah beloknya

"Kok nama belakangnya aneh banget ya jak! Tapi gue kayak pernah denger"

"udah lo nggak usah mikir ribet. Mendingan buruan ngasih itu kartu nama kebagian adminitrasif." Lalu mereka berlalu dari ruangan itu meninggalkan gue dengan muka kesel setengah mati.

Mereka itu manusia kamvret! Kenapa nggak meriksa smartphone gue aja! Kenapa harus kartu nama. Berasa kampungan banget! Ngeselin, pasti situa bangka senang banget tau gue sengsara. Sialan kamvretooo!!!!!!!!!!!!

***

Sejam telah berlalu, Biandra mengelus perutnya. Ia lapar! Dan tak ada yang memberinya makan. Rumah sakit jiwa sialan! Perut sialan. Itulah umpatan-umpatan yang terus dikeluarkannya sedari tadi.

Pintu terbuka dan yang datang adalah orang yang sama sekali tidak diharapkannya datang. Situa bangka itu berdiri disana jangan lupakan senyum kebahagiannya. Dasar tidak tau diri, sudah bau tanah masih aja jahanam.

"biandra sayang" si tua memulai aktingnya menyatakan dengan nada sarat kesedihan yang sangat Biandra tahu itu palsu. Kamvret! Kalau aja gue normal udah gue hajar ini orang. Sabar bi ini orang tua meskipun dia jahanam.

"Kasihan sekali kamu nak, sudah ditinggalkan oleh kedua orang tua kamu hidup seorang diri, sekarang kamu ...." Dia tidak melanjutkan omongannya mungkin dia tengah mengumpat bahagia dalam pikiran busuknya

Doketr tadi ikut mengamati kegiatan mereka sepertinya. "Mohon maaf sebelumnya pak Tomo, kami belum memastikan apakah saudari Biandra positif gila, Karena kami belum melakukan serangkaian tes kejiwaan lainnya terhadap Biandra.

"dok" suara pak tomo serak

"Apa keponakan saya Nampak gila dihadapan dokter, tolong jangan buat batin dia semakin terganggu dengan serangkain tes kuno itu. Saya mengharapkan keponakan saya sembuh tanpa tes-tes itu" ucapnya dingin.

Sialan.

"Saya tau pak, tapi prosedur tetap prosedur. Saudari Biandra harus mengikuti serangkain tes kejiwaan lainnya, kalau bapak tidak setuju silahkan bapak kunjungi rumah sakit jiwa lainnya. Saya permisi" wow, sepertinya ada yang lebih dingin disini tuh buktinya si tua bangka mengkerut dalam beberapa menit kemudian wajah datarnya kembali.

"Kamu, dasar Yudhanwira terkutuk. Kenapa kamu tidak bunuh diri saja, malahan jadi gila cuiih. Terpaksa saya harus membayar mahal untuk perawatan gila kamu ini. dan saya yakin kamu sebenarnya tidak akan sembuh, hahah" ujarny alalu berlalu dari ruangan itu meninggalkan Biandra

Biandra menatap tajam punggung situa bangka, ingin rasanya ia mengamuk. Tapi harus tetap sabar semua akan ada waktunya.

***

biandra digiring keluar ruangan itu untuk mengikuti serangkaian tes kejiwaan yang dikatakan dokter tadi, tanpa diberi makan. Catat tanpa makan, kan kamvreet!!

Biandra harus menunggu seorang diri ketika perawat meninggalkannya, dan dokter itu muncul diujung sana.

"masuk rumah sakit umum Karena gejala depresi, syok sesaat!"

"beberapa saat kemudian kamu masuk kerumah sakit jiwa tanpa rujukan dari dokter umum, sepertinya kamu memang tidak gila!" ucap dokter itu dingin

Biandra kemudian cengegesan menatap sang dokter kemudian berubah menjadi marah marah dan kembali ingin memukul kepala sang dokter, namun gerakan itu sudah terbaca oleh sang dokter

"Saya tidak mudah untuk jatuh dilubang yang sama" ujarnya dingin kemudian menghempaskan tangan Biandra dan mendesis

"Jadi, sebenarnya kamu tidak gila. Dan sudahin acara kekanak-kanakanmu ini. ini rumah sakit jiwa bukan tempat bermain-main"

Ingin rasanya Biandra memaki si dokter gila itu tapi apalah daya dia harus menjadi orang gila yang artinya tidak mengerti apa yang diucapkan oleh sang dokter.

Dokter itu menatap sinis kearah Biandra, kemudian dia kembali menanyakan perihal ilmu gilanya itu kepada Biandra yang tidak dijawab satupnpun oleh biandra dan hanya dibalas cengegesan.

Dokter itu menatap kearah Biandra, ia sangat yakin bahwa wanita didepannya tidak gila, tapi pemikiran gilanya saja yang menguasai otak kecilnya itu.

Dokter itu keluar dari ruangan itu kemudian menyeru kepada perawat untuk menyiapkan tes laboratorium, Karena tidak adanya rujukan dari pihak rumah sakit umum, maka dokter juga perlu melakukan tes laboratorium. Ya selain tes wawancara yang dilakukannya tadi dokter juga membutuhkan tes diagnose dari laboratorium. Tes ini biasanya memerlukan sampel darah atau urine pasien. Untuk melihat apakah ada atau tidak gangguan pada sistem saraf dari pasien dokter juga akan menyarankan pasien untuk melakukan tes MRI, EEG, atau CT scan.

Adapun untuk lebih memastikan adanya masalah pada si pasien dokter menyarankan untuk tes fungsi tiroid, kadar elektrolit tubuh dan juga skrining toksikologi. Pegujian toksiologi dilakukan untuk mendektesi apakah pasien memiliki riwayat penyalahgunaan obat-obatan atau konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Biasanya untuk dirujuk kerumah sakit jiwa, pasien itu memiliki kriteria ; pasien menunjukkan gejala dan niat melakukan bunuh diri, termasuk kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau orang lain; pasien memerlukan pantauan saat mencoba pengobata baru; pasien memerlukan perawatan yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit; pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik secara mandiri. Dan beberapa kriteria lainnya, namun keempat kriteria ini yang masih mendominasi / banyaknya pasien yang cenderung memiliki kriteria tersebut.

***

Sialan! Katanya mudah banget untuk masuk rumah sakit jiwa! Cuman lo perlu senyum-senyum nggak jelas tup masuk deh rs! Guyonan itu HOAK permirsa! masuk kedalam rumah sakit jiwa itu tidak segampang keluar masuk toilet umum yang hanya membayar 2000 rupiah. Gue harus dihadapin dengan sejumlah tes kejiwaan yang diikuti dengan biaya administrasi selama berobat disana. Gila. gue nggak pernah ngira hanya masuk rumah sakit jiwa yang biasanya sering menjadi bahan bercandaan teman temannya harus serumit ini. dan semahal menginap dihotel bintang tiga. Guyonan hoak! Omong kosong semua itu. Taik!! Taikk!!

Perawat membawanya kedalam ruangan yang bertuliskan bunga mawar, ini kamar atau kamar mandi kecil banget dan sumpah ini tempat sumpek banget! Mana sudah ada tiga orang gila didalamnya. Ya Tuhan akan menjadi hidupnya setelah ini!.

Terpopuler

Comments

Nii Septian Nii Septian

Nii Septian Nii Septian

gpp pke bhs ksar aja biar seru kan cma novel doang

2020-10-05

1

Etridza Miu

Etridza Miu

ga pake bahasa kasar bisa kan....?!

2020-05-22

3

Santi Nah

Santi Nah

bahasa nyah ko kasar banget ya

2020-05-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!