perceraian yang tak di sangka

"mau kemana kita a?" dian menanyakan pada suami nya. "a cape kirain mau istirahat dulu. Aku baru bangun waktu a telfon suruh buka pintu." suami ku begitu dingin tak banyak bicara aku pun tak banyak tanya takut menyinggung yang bikin hubungan kami renggang lagi. "aku mandi dulu ya bau" aku bergegas ke kamar mandi biasa nya kalo aku mandi dia ngikuti tapi ini ga tapi aku berusaha tenang meski aku mulai tak nyaman dengan ke bungkaman nya. Aku mempercepat mandi ku terus mau beli sarapan takut nya belum sarapan.

"aku beli sarapan dulu ya"

"ga usah. Nanti aja" jawab nya masih dengan kebekuan nya, aku mengurungkan niat ku untuk ke pasar aku mulai mendekati nya aku duduk di apit paha nya kebiasaan ku kalo dia duduk bersandar karena kebiasaan ku manja di dekat nya. Aku mencium pipi nya tapi dia masih bersikap dingin, aku pun bertanya karena aku paling tak bisa di diemin sama suami ku.

"kenapa sih diem bae?" tanya ku sambil bermanja "cape? Dari sana jam berapa?" aku rebahan di paha nya dan menggandeng tangan nya menempelkan tangan nya ke wajah ku.

"a kenapa hmm?" ku coba tanya berkali-kali "kalo cape masih ngantuk tidur gih nanti aku bangunin" aku mencium kening nya. "abis pegang kulkas ya? Dingin banget tumben"

"bangunin aku jam 8 nanti ya, jam 8 kita berangkat kamu pake baju putih ya" perintah nya

"mau kemana sih? Kepo deh?"

"nanti juga tau, ga usah banyak tanya" masih dengan kebekuan nya entahlah aku ga tau kenapa

"ih gitu banget si, ya udah tidur dulu nanti jam 8 aku bangunin" kata ku pada nya dan aku mencium pipi nya rutinitas sebelum dia tidur.

kriiinnggg

Ponsel ku berbunyi aduh Rian telpon lagi aku takut suami ku tau, memang ga ada apa-apa tapi takut nya dia punya fikiran buruk.

"hallo" jawab ku menerima telfon aku sengaja menjawab depan nya karena tak mau menimbulkan kecurigaan "maaf aku ga masuk dulu suami ku baru pulang" aku langsung to the point agar tak banyak basa basi dan menutup telfon ku

"siapa gitu?" tanya suami ku "ko cowok"

"itu a suami tante di kedai aku kan kemaren jumat sabtu dan minggu bantu-bantu jualan di sana. Mungkin tadi telfon auruh berangkat tapi aku bilang ada aa baru pulang" alasan ku terasa lega karena tak banyak tanya lagi. Aku silent hp ku biar ga kedengeran saat sms atau dering telfon.

Dreeettt suara pesan masuk ternyata dari Rian lagi

"*duh yang suami pulang sampe ga inget ada yang nunggu" bunyi pesan yang dia kirim

"ga usah macem-macem maaf suami ku di rumah aku takut dia tau dan bisa mikir macem-macem." jawab pesan ku pada nya

"brengsek kamu" kata-kata nya di sebuah pesan singkat

"maksud nya apa?" tanya ku saat aku membaca pesan yang dia kirim ke aku. Tak ada jawaban aku sedikit terpancing emosi aku balas pesan nya "kamu salah orang kalo kamu sebut aku kaya gitu. Aku ga kenal kamu jadi maaf yang brengsek itu kamu bukan aku." aku menghapus semua pesan dari Rian agar suami ku tak curiga.

Drreet pesan masuk aku fikir Rian tapi bukan dari pemilik kedai tempat ku bekerja.

"dimana?" tanya pemilik kedai

"di rumah kenapa?" tanya ku "orang yang kemaren datang lagi nanyain kamu."

"barusan juga ada kirim pesan ke aku " jawab ku

"tapi ga nanya-nanya kamu sih, tau kali ya"

"aku yang bilang ke dia ada suami dia ngatain aku brengsek tan...tambah ilfeel aja"

"suami kamu pulang kapan?" tanya nya ke aku

"tadi sekitar jam 6 kurang setengah 6 lewat lah dikit. Aku males tan,,,ngeladeni dia" jawab ku ke bos ku itu

"ya udah ya sok lagi sama suami mah"

"iyaa tante makasih info nya, jangan ngomong apa-apa tentang aku ya aku males tan,,,lagian takut jadi berita yang aneh-aneh aku ga mau" kata ku saat bales pesan yang bos ku kirimkan.

"oke, tenang aja" jawab nya dalam pesan tersebut.

tepat jam 8 pagi aku bangunin suami ku aku ga mau buat kesalahan lagi, aku ga mempermasalahkan sikap nya yang dingin kepada ku sekarang aku berusaha baik-baik saja agar aku tak ribut lagi padahal aku ga bisa " biarin aja lah kaya gitu juga nanti juga baik " bisik ku dalam hati seraya menenangkan kegalauan hati ku.

"a bangun" aku membangunkan dengan sangat hati-hati. Aku mengelus rambut dan mencium pipi nya, dia masih saja dengan kedinginan sikap nya "yu bangun kata nya bangunin jam 8 ini udah lewat 2 menit lho"

dia seperti kaget saat aku bangun kan "kenapa pas jam 8 kenapa tadi ga pas jam 7.30 aja sih?" kata nya sedikit nada emosi. "yu cepet kamu siap-siap nanti terlambat, jangan lupa pake baju putih"

"emang mau kemana kita, kenapa buru-buru banget sih?" tanya ku juga sambil beberes "aku ga ada baju putih a, gimana atuh?"

"apa aja yang penting putih" kata nya mulai meninggi nada bicara nya "udah cepet ga usah lelet kenapa bisa kan?"

"kenapa kamu ih pulang-pulang ko gini" tanya ku

" ga usah tanya kenapa kamu yang bikin aku kaya gini " jawab nya dengan emosi "udah ga usah banyak debat cepet nanti terlambat ribet lagi urusan" aku pun menuruti aku memakai gamis putih pemberian mama ku waktu kemaren acara manasik di sekolah anak ku dan belum kepakai.

"pake ini ga apa-apa kan?" tanya ku

"udah ga usah ribet ga apa-apa itu juga" jawaban nya masih terdengar emosi. Kami pun pergi dengan terburu-buru. Sepanjang jalan kami hanya diam aku tak mau membahas apapun yang bikin runyam. kendaraan kami berhenti di depan warteg di pasar aku bertanya-tanya merasa ada ke anehan saat melewati jalan yang menuju ke perbatasan wilayah propinsi "ko aneh kenapa ke sini?" tanya ku dalam hati karena aku ga mau bertanya takut salah

"ayo masuk sarapan dulu" kata nya nada datar yang keluar dari mulut nya membuat ku enggan untuk bertanya apapun aku hanya menuruti nya dengan hati berkecamuk tak karuan. Selesai aku pun mengikuti nya dari belakang dan menaiki motor kami dan sampai tempat tujuan, sebuah kantor tempat kami 16 tahun yang lalu mengurus surat pernikahan, ya kantor KUA aku enggan mengikuti nya "ada apa ini kenapa kesini" bisik ku dalam hati lulut ku seolah ga mau aku langkah kan aku mendadak gemetar terasa lemes kaki saat menopang tubuh "ada apa ini Tuhan bantu aku buang jauh-jauh yang ada di fikiran jelek ku" aku tak lepas menyebut nama Tuhan.

Dia keluar ruangan menghampiri ku yang masih di depan kantor KUA dengan membawa map dan berkata

"masuk dulu nanti aku nyusul, aku beli materai dulu" nada bicara nya sekarang lebih enak di dengar dari pada tadi. Aku masih enggan untuk masuk. Baru sampai ada panggilan dari dalam kantor aku pun masih bingung tak mengerti ku langkahkan kaki ku masuk melewati para pegawai yang tengah bekerja.

"ibu Dian?" tanya pegawai tersebut aku juga melihat pa amil yang menikahkan kami dulu bareng memasuki ruangan yang pegawai itu menginstruksikan kepada ku "silahkan masuk bu ke ruangan dulu sambil menunggu bapak nya mengurus dokumen nya"

"dokumen?" berkali-kali aku berbisik dalam hati. "ada apa sebener nya, apa yang akan terjadi?" tak selang waktu lama suami ku pun sudah kembali membawa materai dan mengajak ku masuk ke dalam. Aku duduk di samping nya tak mampu berkata apa-apa bagai kerbau di cocok hidung aku menuruti perintah mereka.

"silahkan ibu tanda tangan disini" aku pun menandatangani kertas tersebut. Aku membaca kop dari kertas tersebut bertuliskan akta cerai aku gemetar saat menandatangani nya aku memandang suami ku dari roman wajah nya terlihat biasa saja, tak sadar aku meneteskan air mata ternyata dia pulang hanya untuk menceraikan aku. Aku tak menyangka setega itu dia ke aku, aku fikir dia pergi hanya untuk menenangkan diri nya dan kembali untuk ku dan anak-anak, aku kaca, fikiran ku tak karuan saat ku melangkah meninggalkan ruangan tadi.

"ayo aku antarkan pulang" kata suami ku saat aku berjalan keluar aku tak menjawab tak kuasa mulut ku berkata-kata, aku meninggalkan nya sementara dia menyusul ku

"ayo pulang, aku antar kamu pulang" aku tak menghiraukan nya terserah aku terus berjalan dengan cepat saat dia kembali menyusul menggunakan motor nya aku sengaja bersembunyi buat apa sekarang dia baik pada ku kalau hanya untuk menyakiti ku. Setelah tak terlihat aku keluar dari persembunyian dan berjalan menyusuri jalan gang kecil menuju rumah ku. tak henti nya aku menangis sepanjang jalan aku hanya bisa menundukkan jalan gak tau apa yang kurasa saat itu marah, kese, sedih semua nya jadi satu.

krrriinng ponsel ku berbunyi ternyata iman yang menelfon ku iman adalah nama suami ku. Aku mematikan telfon nya berkali-kali aku mematikan ponsel ku saat dia telfon. Akhir nya sebuah pesan berdering di ponsel ku,

"dimana kamu? Biar aku jemput kamu" pesan dari iman ku baca tak ingin aku membalas nya. Dia menelfon lagi

"hallo" jawab ku di telfon

"kamu dimana? Aku jemput biar aku antar pulang"

"peduli apa kamu?" jawab ku marah

"lantas kamu mau jalan nyampe rumah?" tanya nya. Aku menutup telfon sepihak aku sudah tak peduli apapun

"ya udah aku pulang. Aku simpan uang buat kamu dan anak-anak di bawah tv, aku minta maaf." pesan iman yang di kirim ke ponsel ku. Aku hanya bisa menangis hati terasa tersayat benda tajam yang sangat sakit dn perih. Tega nya dia meninggalkan ku di saat aku ada masalah pelik.

Krrriiinnggg ponsel ku berdering tanpa ku lihat aku merijek nya berkali-kali bahkan puluhan kali berdering aku tak mengangkat nya dan tiba-tiba ada motor berhenti di depan ku.

"heyy" sapa nya pada ku, aku menatap nya "Rian?" bisik ku aku tak menggubris nya aku terus berjalan tanpa menengok nya lagi.

"kamu kenapa?" tanya nya "ngapain ko jalan sendiri? Dari mana?" aku tak bisa menjawab hanya air mata yang menjawab pertanyaan nya

"hey" dia mencekal tangan ku "kamu kenapa ko nangis?" tanya nya dia menggandeng tangan ku menyuruhku duduk di pinggir jembatan. Dia membelikan ku minuman dan menyuruj ku minum

"ni minum dulu" aku meneguk minum nya sampai habis sedikit lebih tenang saat itu.

"kamu dari mana?" tanya nya lagi aku tak menjawab hanya menunduk berkali-kali dia nanya tak ada jawaban yang keluar dari mulut ku hanya tangis yang belum berhenti dari mata ku. Cukup lama aku di pinggir jembatan hari bersama Rian hari mulai sore dia mengajaku pulang.

"yu pulang aku anterin" Rian beranjak menuju motor nya. Aku diam tak bergeming "kamu tu kenapa? pulang suami kamu di rumahkan pasti nyariin nanti"

"ga bakal dia nyari aku" dia menatap ku

"maksud mu?" tanya nya tak mengerti "oh dia pulang lagi?" aku tak menjawab nya "emm makan dulu atuh dah sore kamu belum makan kan?"

"aku ga laper" jawab ku " udah kamu pergi silahkan makasih buat minum nya. Aku beranjak dari duduk ku dan meninggalkan Rian. Rian menyusul ku, dan bertanya

"kamu kenapa sih seneng banget ninggalin orang kalo lagi ngomong"

"bukan aku yang suka meninggalkan orang tapi orang-orang yang selalu meningglkan ku" aku jawab

"kamu ngomong apa sih?" balas nya "maksud nya apa si, dari tadi ngomong ga ngerti"

"tinggalin aku jangan ikuti aku" hardik ku pada nya

"ga aku ga bakal ninggalin kamu, kamu kacau kaya gini kenapa?"

"bukan urusan mu, pergi atau aku yang pergi" hardik ku pada nya aku pun berlari meninggalkan nya. Aku berjalan sendiri kala malam mulai menutup langit siang nya. Tanpa sadar aku berjalan sudah cukup jauh terasa lelah kaki ku aku pun berhenti di sebuah masjid aku menunaikan sholat sembari istirahat di teras masjid aku di kejutkan orang yang menyodorkan air minum pada ku.

"terima kasih mas" ucapku pada nya

"sama-sama" aku merasa mengenal suara nya aku menengok orang yang di sebelah ku

"kamu?" dia tersenyum

"siapa lagi" dia menjawab pertanyaan ku

"kamu kenapa sih ngikuti aku terus ga ada kerjaan apa?" hardik ku pada nya

"kalo ada kerjaan ya aku ga disini" jawaban yang seenaknya keluar dari mulut nya "lagian kamu juga seneng nya ninggalin orang kaya ga ada hobi lain aja" gurauan nya tak sedikit pun membuat ku tersenyum buat ku candaan garing tak ada lucu-lucu nya. " yu pulang udah malem aku anterin sampe rumah jangan coba jalan lagi aku cape ngikutin, kamu jalan cepet banget tau ngga?"

"ga usah ngikutin aku dari belakang karena aku tak suka kamu kuntit dari belakang."

"aku khawatir, aku ga mau kenapa-kenapa sama kamu" jawab nya " bisa ngga kamu hargai orang yang sudah belain kamu sampe gimana"

"selanjut nya? ninggalin aku begitu?"

"apaan sih?" hardik nya "dah ga usah banyak omong hayu pulang tu masjid udah mau di kunci" aku pun pulang di bonceng Rian sampe rumah. Saat turun dari motor aku langsung bilang

"maaf jangan mampir karena ga ada laki-laki di rumah" dia pun pergi aku segera masuk dan merebahkan diri ku di atas kasur aku kembali menangia. Teringat kembali kejadian pagi-pagi membuat ku sangat sakit tak terasa air mata ku menetes lag.

Episodes
1 perkenalan
2 Tentang Rian
3 kegelisahan Rian
4 problem baru dian
5 perceraian yang tak di sangka
6 perceraian yang tak terduga POV IMAN
7 rasa yang tertinggal
8 hidup baru Dian
9 hidup baru Dian 2
10 perceraian Rian
11 bab pekerjaan baru dian
12 perasaan nyaman
13 kedatangan Rian
14 kesibukan pekerjaan
15 rencana dian
16 kegelisahan dian
17 kabar iman
18 rahasia terbongkar
19 rahasia terbongkar 2
20 penyesalan iman
21 penyesalan iman POV iman
22 kebimbangan Rian POV RIAN
23 rasa penasaran POV ibu Rian
24 bab 24 gelisah
25 Bab 25 pembantu, asisten, dan rumah baru
26 bab 26 kang tristan
27 Bab 27 kedatangan anak-anak
28 menghuni rumah baru
29 menghuni rumah baru POV Tristan
30 kabar yang membahagiakan POV Tristan
31 kejutan datang
32 waktu nya libur
33 tamu tak terduga
34 marah nya rian POV Rian
35 saat nya liburan
36 senang nya bisa liburan
37 ada di rumah kang tristan
38 jalan-jalan kebun teh
39 liburan selesai
40 sisa waktu liburan
41 penikahan yang tak di rencana kan
42 kembali ke rutinitas
43 masalah datang
44 keruh nya masalah ku
45 belum ada titik terang
46 menjadi kisruh
47 menjadi kisruh POV Tristan
48 mulai titik terang
49 sudut pandang ummi POV Ummi
50 sudut pandang ummi 2 POV Ummi
51 pertarungan pertama
52 pertarungan pertama
53 masalah yang tak tuntas
54 pesan Rian
55 pesan rian POV RIAN
56 kembali ke kantor
57 heboh nya berita
58 keberhasilan bekerja
59 kesuksesan yang melejit
60 mereda nya masalah
61 perayaan
62 kedatangan mantan suami POV mas imam
63 kedatangan mas imam
64 suasana yang menentramkan
65 mencoba kembali
66 kembali pulang
67 kepulangan yang di sambut
Episodes

Updated 67 Episodes

1
perkenalan
2
Tentang Rian
3
kegelisahan Rian
4
problem baru dian
5
perceraian yang tak di sangka
6
perceraian yang tak terduga POV IMAN
7
rasa yang tertinggal
8
hidup baru Dian
9
hidup baru Dian 2
10
perceraian Rian
11
bab pekerjaan baru dian
12
perasaan nyaman
13
kedatangan Rian
14
kesibukan pekerjaan
15
rencana dian
16
kegelisahan dian
17
kabar iman
18
rahasia terbongkar
19
rahasia terbongkar 2
20
penyesalan iman
21
penyesalan iman POV iman
22
kebimbangan Rian POV RIAN
23
rasa penasaran POV ibu Rian
24
bab 24 gelisah
25
Bab 25 pembantu, asisten, dan rumah baru
26
bab 26 kang tristan
27
Bab 27 kedatangan anak-anak
28
menghuni rumah baru
29
menghuni rumah baru POV Tristan
30
kabar yang membahagiakan POV Tristan
31
kejutan datang
32
waktu nya libur
33
tamu tak terduga
34
marah nya rian POV Rian
35
saat nya liburan
36
senang nya bisa liburan
37
ada di rumah kang tristan
38
jalan-jalan kebun teh
39
liburan selesai
40
sisa waktu liburan
41
penikahan yang tak di rencana kan
42
kembali ke rutinitas
43
masalah datang
44
keruh nya masalah ku
45
belum ada titik terang
46
menjadi kisruh
47
menjadi kisruh POV Tristan
48
mulai titik terang
49
sudut pandang ummi POV Ummi
50
sudut pandang ummi 2 POV Ummi
51
pertarungan pertama
52
pertarungan pertama
53
masalah yang tak tuntas
54
pesan Rian
55
pesan rian POV RIAN
56
kembali ke kantor
57
heboh nya berita
58
keberhasilan bekerja
59
kesuksesan yang melejit
60
mereda nya masalah
61
perayaan
62
kedatangan mantan suami POV mas imam
63
kedatangan mas imam
64
suasana yang menentramkan
65
mencoba kembali
66
kembali pulang
67
kepulangan yang di sambut

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!