MSK-Bab 4

Della berlari meninggalkan Agam dengan hati hancur dan kecewa. Ternyata Agam hanya mempermainkan perasaan nya. Padahal dia sudah memberikan kehormatan nya pada pria yang saat itu sudah beristri.

Keperawanan nya sudah direnggut di malam mereka menginap bersama dipuncak. Dan kini seorang bayi tak berdosa ada didalam rahimnya.

Dan dengan teganya dia mengatakan untuk menggugurkannya.

"Apakah dia tidak punya perasaan? Teganya dia berkata agar aku menggugurkan kandungan ku ini...."

Della langsung masuk ke kamarnya dan melewati ibunya yang heran dengan sikapnya akhir-akhir ini.

Dia mengatakan kalau dia jatuh cinta, namun hingga kini dia tidak membawa pria yang dia cintai untuk melamarnya. Ibunya sungguh penasaran siapa pria yang di cintai oleh putrinya itu.

"Della...." Sang ibu mengetuk pintu ketika mendengar suara tangisan dari dalam kamar putrinya.

"Hiks....hiks....!" Della tidak lagi bisa menahan penderitaannya seorang diri. Dia harus mengatakan apa yang dia alami pada orang tuanya.

"Bukalah nak...ada apa?" kata ibunya dengan perasaan cemas berdiri di depan kamar Della.

Dan ternyata, pintunya tidak di kunci. Maka sang ibu yang sudah mendorong pintu dan terbuka sedikit, semakin membukanya lebar dan diapun melihat Della sedang tengkurap sambil menangis.

"Nak....ada apa? Kenapa menangis?"

Della menoleh dan langsung memeluk ibunya. Dia akhirnya menceritakan jika saat ini dirinya tengah hamil.

"Apa? Kau hamil?"

"Iya Bu, aku minta maaf. Aku telah mengecewakan kalian...."

"Pria yang telah membuatmu hamil, harus bertanggung jawab," kata ibunya menatap tajam wajah Della.

*****

Agam kembali kerumah dan melihat foto Tiara yang terpajang di dinding. Mereka berempat dahulunya adalah keluarga yang bahagia. Suami istri yang saling mencintai dan dua anak yang manis. Dan foto mereka yang tertawa lepas itu melambangkan kebahagiaan yang mereka rasakan saat itu. Namun sejak dirinya bertemu dengan Della dan bekerja di kantor yang sama, semuanya berubah.

Agam sangat sedih karena foto itu yang kebahagiaan nya tidak bisa dia ulang kembali. Agam lalu berpaling dari foto itu dan menatap kedua anaknya sejenak. Diapun berjalan mendekati mereka dan mengelus kepala mereka dengan lembut.

"Besok mau jalan-jalan ke taman?" tanya Agam pada kedua anaknya.

"Naik sepeda?" sahut Alvin.

"Boleh. Kita sudah lama tidak bersepeda di sekitar taman," imbuh Agam lagi.

"Asyiiikkk......" Mereka berdua bersorak dengan hati yang gembira.

Pagi harinya, Agam mengeluarkan sepeda mereka dari gudang. Karena sudah lama tidak dipakai ternyata sepedanya sangat kotor. Agam pun lalu membersihkan di bantu oleh Sella dan Alvin.

Setelah sepeda siap di gunakan, mereka lalu bersama-sama bersepeda ke arah taman. Sampai disana, Agam lalu memarkir sepedanya juga anak-anak nya. Cuaca hari ini sangat indah, di padu dengan hangatnya mentari pagi. Kedua anaknya nampak berjalan menjauhinya dan bermain jungkat-jungkit, setah itu mereka bermain ayunan dan bergantian mendorong ayunannya.

Ketika mereka sedang bermain ayunan, tiba-tiba terdengar seorang ibu sedang memarahi anaknya dengan kasar.

"Dasar kau anak tiri! Kau tidak tahu diri! Aku menikahi ayahmu dan memasak untukmu. Tapi kau selalu menyusahkan aku! Sekali lagi kau mengadu pada ayahmu aku pasti memukulmu dengan rotan ini!" teriak ibu muda itu dengan tatapan tajam pada anaknya yang bersimpuh dihadapan nya.

"Ampun Bu, aku tidak akan mengadu lagi"

Dia terus meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengadu pada ayah ya lagi, dan setelah itu nampak ibu muda itu berkacak pinggang meninggalkan nya.

Sella dan Alvin yang melihat kejadian itu saling berpandangan. Anak laki-laki itu seusia mereka.

"Kenapa ibunya memarahinya seperti itu?" Sella masih menatap anak itu yang ditinggalkan sendirian oleh ibunya. Dia sangat heran melihat kejadian ini.

"Tadi dia mengatakan jika dia adalah ibu tiri. Apakah ibu tiri itu?" Alvin bertanya karena memang dia tidak tahu.

Sella menatap Alvin lalu berpaling menatap ayahnya yang sedang menelepon.

"Ibu tiri adalah ibu yang menikah dengan ayah kita. Dan menjadi ibu sambung untuk kita," jawab Sella dari sedikit yang dia tahu. Di sering menonton drama di televisi, jadi dia sedikit banyak tahu tentang apa itu ibu tiri.

Mendengar penjelasan kakaknya Alvin melihat ke arah ayahnya. Keningnya nampak berkerut.

"Apakah ayah kita akan menikah lagi?" tanyanya dengan polos.

"Tidak tahu!" jawab Sella sambil mengangkat kedua bahunya.

Nampak Agam selesai menelpon dan berjalan kearah kedua anaknya.

"Cuaca mulai panas, kalian mau es krim?" tanyanya saat melihat matahari mulai terik dan dahi Alvin berkeringat.

"Mau! Aku mau Cornetto!" kata Della sambil melompat dari ayunan.

"Aku juga sama!" Di ikuti Alvin juga turun.

Agam lalu membeli es krim di supermarket dekat taman dan tidak lama kemudian kembali dengan tiga es krim untuk mereka.

Sambil makan es krim dan duduk di bangku taman, Sella bertanya pada ayahnya.

"Papah, apakah kau akan menikah lagi?" pertanyaan Sella membuat Agam terhenyak dan hampir tersedak.

"Kenapa bertanya begitu?" Sella nampak diam sesaat.

"Kami tidak ingin punya ibu tiri!" jawab Alvin dan dahinya kembali berkeringat saat teringat pada anak tadi yang dimarahi ibu tirinya dengan kasar.

Agam kembali tersentak kaget. Tiba-tiba dia teringat pada permintaan Della agar dirinya menikahinya. Agam kemudian menghirup nafas dalam-dalam karena kembali merasa dadanya sesak.

"Kenapa? Apakah kalian takut karena ibu tiri akan memarahi kalian seperti yang ada di film?" tanya Agam tersenyum kecil.

Alvin dan Sella membenarkan tebakan ayahnya. Karena memang itu yang ada dipikiran mereka.

"Ada juga ibu tiri yang baik. Dan menyayangi anak sambungnya seperti anaknya sendiri," kata Agam menasehati keduanya jika tidak semua ibu tiri itu jahat, ada juga yang baik, semua itu tergantung orangnya.

Setelah makan eskrim mereka lalu mengayuh sepedanya untuk kembali kerumah.

Dan saat sampai dirumah, mereka terkejut saat melihat seorang wanita muda berdiri di teras rumah mereka.

Agam dan Della saling berpandangan. Dan terlihat Agam membuang nafas dengan kasar.

"Kenapa datang kemari?" Tanya Agam dingin. Kedua anaknya saling berpandangan seakan apa yang baru mereka bicarakan, menjadi sebuah kenyataan.

Namun mereka tetap tersenyum sopan pada tamunya itu sebelum masuk kedalam. Kendati dalam hati bertanya-tanya, siapa wanita muda yang datang kerumahnya dan bicara dengan ayahnya? Apakah yang mereka takutnya barusan, kini akan benar-benar menjadi kenyataan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!