rendi menghampiri meja dimana anin tertidur,ia berjalan mendekat ke arahnya,saat ia sampai di samping meja anin sekilas ia menatap wajah gadis yang akan menjadi istrinya itu dedang tidur dengan lelap nya,lalu jarinya mengetuk-ngetuk meja itu tiga kali ketukan,
"tuk tuk tuk,"
seketia anin terperanjat gelagapan.
"oh...aku ketiduran maaf pak..."kata anin yang sedikit takut.
namun rendi mencoba menahan tawanya,lalu melanjutkan berkeliling dari meja ke meja berjalan mondar mandir pelan menunggu tugas yang sedang di kerjakan para siswa siswinya.
setelah mata kuliah rendi selesai,anin di temani oleh neta menuju toilet,tanpa sadar anin mendengar beberapa anak perempuan sedang bergosip,
sayup-sayup terdengar oleh telinganya,
"apa kau tahu...tadi si A memberikan coklat untuk profesor rendi,tapi di tolaknya...dan si B..dia terang-terangan menyatakan perasaannya,apa kalian tahu...apa jawabannya,dia sudah punya calon istri,"ucap siswi siswi perempuan dengan gosip nya.
seketika anin tersentak tak percaya..."kak rendi benar-benar berharap kita menikah..."ucapnya dalam hati.
"apa aku hanya dijadikan tameng untuk menolak cewek-cewek centil itu?"gumam nya lagi.
namun anin yakin...ia...pasti berniat baik.kalau hanya main main...untuk apa ia bersikap baik padanya.
lalu perasaan itu mulai hangat.
anin menghampiri mobil rendi yang terparkir agak jauh dari kampusnya,sesekali rendi meliriknya,terlihat wajahnya anin tampak tidak senang,
"apa kau baik-baik saja?"tanya rendi seketika saat anin sudah masuk ke dalam mobilnya,dan duduk di samping kemudinya
"ia kak aku baik-baik saja..."jawab anin dengan nada datar nya.
namun hati rendi tidak percaya,pasti terjadi sesuatu,
sepanjang perjalanan anin terdiam,anin memikirkan perkataan siswi lain di toilet kampus tadi,wajahnya makin tak suka,tapi entah anin tak bisa ungkapkan itu,tanpa sadar tangannya mulai mengusutkan ujung bajunya hingga kusut,
"kau kenapa sebenarnya?"tanya rendi.
yang suaranya membuyarkan lamunan anin seketika.
"fansmu banyak ya kak..."
bisik lirih anin sangat lirih samar-samar rendi dengar.
"kenapa?meteka ngeroyok kamu?mereka melukaimu?"
tanya rendi lagi dengan alis naik dan kening mengkerut.
namun anin hanya membalasnya dengan senyum kecut.
"kak...apa kau tidak suka perempuan?"
tanya anin yang langsung membuat rendi terkikik,dan lirikannya sesaat mematikan.
"kenapa kau tiba tiba seperti kakek...jelas aku suka perempuan...apalagi cantik,"ucap rendi dengan seriusnya.
"lalu...kenapa kau menolak semua gadis yang menyukaimu??"tanya anin ingin tahu.
"apa perlu aku jawab?kurasa kau juga seorang gadis benarkan anin?"kata rendi sambil matanya melirik anin,
"tentu aku seorang gadis,"
jawab anin dengan dengusannya,dan mengernyitkan dahi,
"tunggu...maksud kak rendi apa?"
tanya anin dengan kagetnya.
"aku belum menyentuhmu...aku belum melihat apakah dadamu datar sepertiku dan....pantatmu rata,"
ucap rendi sambil terkikik melihat reaksi anin yang langsung menyilangkan kedua tangannya di dada,
"heeey..."
teriak anin sedikit melengking,
"sayaaang..."
kata kata kak rendi membuat anin terkejut seketika,
"kita akan menikah bukan...kenapa aku harus menerima perasaan wanita lain?sedangkan aku hanya membutuhkanmu!"ucap rendi dengan nada lembut yang membuat anin sedikit meleleh.
hingga langsung membuat wajah anin memerah,sambil cengar cengir anin membuang muka melihat ke luar jendela,
sesampainya di rumah paman dan bibinya,
"kak aku lihat paman dan bibi dulu ya..."ucap anin sambil keluar dari dalam mobil rendi.
"oke...aku cari parkir dulu,"sahut rendi,
tiba-tiba saat anin sampai depan pintu,
"anak gak tahu diri...kau habis keluyuran dari mana...kau tidak kerja kau tidak pulang...maumu apa...mau jadi apa kau...?"
tiba-tiba bibinya mengoceh tak karuan saat melihat anin menghampirinya,
"bibi...maafkan aku..."ucapan yang terlontar selalu itu dari bibir anin.dengan mata yang berkaca kaca.
"pergilah sekalian jangan pulang...jangan menyusahkan ku lagi..."
kata kata bibinya membuat air mata anin mengalir membasahi pipi nya,dengan tangan gemetar tak mampu ia angkat untuk menyekanya.
tiba tiba tangan hangat merangkulnya,membelai pundaknya,
"bibi...salam kenal...saya Rendi wijaya,pimpinan grup wijaya,sekaligus calon suami anin,
semalam anin sakit dan pingsan...jadi dia menginap di rumah saya,
kami kesini hanya ingin mengambil berkas berkas untuk pernikahan,sekaligus memberi tahu kalian,"
kata rendi penuh wibawa,namun sangat sopan.
lalu memeluk merapatkan pundak anin ke dadanya,dan di sana anin makin tersedu di buatnya.
"oh..."
bibi terperanjat dan tak percaya,
"apa!grup wijaya yang terkenal itu?"seakan bibinya tetap tidak percaya atas apa yang di ucapkan laki laki gagah dan tampan itu barusan.
"maaf-maaf silahkan duduk,"kata bibinya,
"tak perlu...trimakasih..."sahut rendi dengan cepatnya.
"ayo sayang...dimana tempatmu.."tanya rendi sambil menyeka air mata anin.
lalu anin menunjukkan tempat dimana biasa ia tidur,
rendi mengikuti anin yang berjalan di depannya,
cukup panjang ia berjalan lewat jalan tembusan kebelakang rumah bibinya,
jalannya sempit cuma muat satu orang saja yang melewatinya,
hingga....
berhentilah ia di sebuah kamar tanpa pintu hanya terpasang kelambu yang sudah usang namun bersih.
rendi pun ikut anin yang sudah masuk kedalam duluan menyibakkan kelambunya,
haaaah....mata rendi terbelalak,
"kasur lantai....bahkan tempat baju pun hanya kardus bekas...dan meja kecil yang menghiasi kamar itu, "
dindingnya lembab hingga di tumbuhi lumut di mana-mana.
karena memang tempat tidur anin bersebelahan dengan kamar mandi belakang.lebih tepatnya bekas gudang,
"kenapa...apa kak rendi kasihan padaku??"
tanya anin yang menyadarkan rendi dari lamunannya,
lalu rendi menarik tangan anin memeluknya mendekapnya,mengelus pucuk kepalanya,anin pun menikmati suasana dan menyandarkan sejenak semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 476 Episodes
Comments
Fhans Rossi
tega banget paman dan bibinya Anin suruh tidur di tempat itu ....
2023-02-04
0
Eko Adi
typo "meteka"
2022-07-25
0
Eko Adi
ada typo min "Sedang jadi dedang"
2022-07-25
0