Hana merampungkan semua laporan baik yang deadline ataupun yang belum. Tekadnya untuk pindah sudah bulat. Dia tak ingin saat keluar nanti masih ada laporan yang belum dia selesaikan. Dia juga membuat surat resign dan siap untuk diserahkan. Hana melangkahkan kakinya menuju ruang CEO. Dia menghela nafas berat. Sebenarnya dia senang bekerja disini apalagi sahabatnya juga bersamanya. Andai tak ada kejadian itu mungkin dia tak akan resign.
"Kamu beneran mau resign Na?" tanya Siska yang melihat Hana hendak menyerahkan surat resignnya.
"Aku gak punya pilihan Sis. Aku gak bisa nikah sama pak David. Ini masalah hati. Aku gak cinta sama beliau"
"Cinta kan bisa tumbuh seiring kebersamaan. Ayolah Na coba dulu" bujuk Siska
"Kamu kira pernikahan itu kue main dicoba coba aja. Aku tuh pengennya menikah sekali seumur hidup. Lha ini apa kabar pernikahan aku nantinya? masih ambigu kedepannya"
"Paling gak cari tahu alasannya kenapa bisa kek gitu"
"Aku pergi dulu ya mau nemuin Pak Dika" Hana pergi tanpa perdulikan Siska yang cemberut karena tak berhasil membujuknya.
Dia menaiki lift menuju lantai atas tempat CEO itu bertengger. Dia memasuki ruang Dika.
"Permisi pak Dika" sapa Hana sopan.
"Eh mbak Hana. Ada yang bisa kubantu?"
"Mbak? dia kira aku mbaknya apa? kenapa gak panggil Hana aja sih? batinnya.
"Ini pak, saya mau titip surat resign untuk Pak David. Bisa?"
"Ternyata dia benar benar serius soal resign. Cewek aneh. Saat cewek cewek yang lain sibuk merebut hati Pak David ini malah repot repot untuk menghindar" batin Dika.
"Maaf mbak"
"Hana saja jangan pakai mbak risih saya" Hana menyela ucapan Dika.
"Oh ya maaf Hana, Pak David tidak suka kalau ada yang resign suratnya nitip. Lebih baik kamu langsung kasihkan beliau saja. Kebetulan beliau ada didalam ruangannya" jawab Dika sesuai intruksi yang dimandatkan tadi.
Flashback
Setelah Dika selesai shalat dhuhur, dia langsung menemui David. Tanpa mengetuk pintu Dika langsung menerobos masuk hingga membuat David heran.
"Ada kabar apa?" tanyanya. David sudah hafal dengan tingkah sahabatnya yang juga sekretarisnya itu.
"Gawat bos, Hana mau mengundurkan diri. Dia ingin menghindarimu bos" jawab Dika seraya duduk di sofa.
"Apa kami yakin?"
"Bos ini kalau habis shalat sajadahnya dilipat napa? nanti kotor atau kena najis gimana?" omel Dika tanpa menjawab pertanyaan David.
David yang merasa tak mendapatkan jawaban meninggalkan singgasananya dan menghampiri Dika.
"Cewek aneh tuh Bos. Kayaknya kalau yang lain yang bos ajak nikah gak bakal nolak dech" cerocosnya.
"Tapi bos, kok tiba tiba bos ngajak nikah sih? gak pacaran dulu? perkenalan dulu kek. Mana tiga hari lagi. Aduh pusing pala berbie dech!" oceh Dika.
"Papa mau aku nikah tiga hari lagi. Syarat mutlak itu" jawab David santai.
"Syarat apa bos?"
"Syarat untuk melepaskan Lili"
"Jadi begitu. Kayaknya bos pilih gadis yang salah dech. Gadis keras kepala yang punya tekad kuat. Sulit merobohkannya. Buktinya dia milih resign daripada jadi nyonya David Prasetyo"
"Aku tak salah. Justru gadis seperti itulah yang aku cari. Sikapnya yang seperti itu menunjukkan bahwa dia tak haus kekuasaan dan harta. Dia lebih memilih menilai orang dari sikap. Pendiriannya teguh terlihat dari bagaimana dia berani menentangku saat penyambutan tadi. Apa aku sudah jatuh cinta sama Hana?" jelasnya panjang kali lebar gak pake tinggi.
"Bisa jadi bos. Terus gimana?"
"Nanti kalau dia mau kasih surat resignnya itu suruh aja langsung ke aku apapun alasannya"
"Siap bos. Kalau begitu aku permisi dulu yah bos. Selamat berjuang" Dika mengangkat tangan kanannya dan mengepalnya sebagai tanda penyemangat. David hanya mengangguk dan tersenyum.
Flashback end
Karena Dika tak mau menerima surat Hana, terpaksa dia harus berurusan dengan David. Sebenarnya Hana malas karena Hana sudah feeling pasti akan berdebat nantinya. Tapi dia tak ada pilihan lain. Dia mengetuk pintu dan mendengar suara untuk memintanya masuk.
"Maaf pak kalau saya mengganggu" Hana mencoba bersikap sopan.
"Apa kamu kesini ingin memberi jawaban atas permintaanku?" tanyanya basa basi.
"Bisa dibilang begitu. Ini jawaban saya" menyodorkan surat pengunduran dirinya. David membukanya dan ternyata yang dibilang Dika benar. David tersenyum melihat ke arah Hana.
"Kok dia malah senyum sih? Aneh" batin Hana.
"Jadi kamu sudah siap jadi nyonya David hingga mau resign? Kalau aku sih dengan senang hati karena aku ingin pas pulang kerja disambut istri dirumah" ujarnya sambil senyum penuh arti.
"eh... sepertinya anda salah paham pak" Hana terkejut mendapati David malah berpikir sebaliknya. Hana tidak tahu kalau David sebenarnya sudah mengetahui tujuannya sehingga David bisa menyiapkan jurus yang bisa melumpuhkan Hana.
"Maksud saya resign adalah... (ragu untuk melanjutkan) emmm menolak ajakan anda" Hana berkata hati hati.
"Sebenarnya kalau kau pilih opsi pertama akan kuterima. Tapi karena kau pilih opsi yang kedua maka...." David menggantungkan kalimatnya. Dia mengambil surat resign Hana dan berjalan hingga dia berhadapan dengan Hana. David menyobek surat tersebut dihadapan Hana. Hana melongo mendapati suratnya disobek itu artinya dia tak boleh keluar.
"Haaa? Ke_kenapa disobek?" tanyanya tak percaya.
"Nona Hana, bukankah sudah kubilang kalau seorang David tak suka ditolak?"
"Tapi pak, ini menyangkut hidup dan hati"
"Aku kasih penawaran. Kau menikah denganku atau temanmu Siska aku pecat" David bernegosiasi. Walau sebenarnya dia tak mungkin memecat Siska. Hanya gertakan saja karena dia tahu Hana dan Siska saling menyayangi layaknya saudara.
"Maaf ini tidak ada hubungannya dengan Siska. Siska tak tahu apa apa" Hana mulai panik. David tersenyum kecil tanpa Hana sadari.
"Apa kau tetap menolak?" Hana masih diam. Dia tak percaya kalau sikapnya yang menolak ajakan David akan berdampak pada Siska. Kini dia dilema. Haruskah dia egois? Lalu bagaimana Siska? Melihat Hana masih diam membuat David geram dan gemas. David ingin segera membuat Hana mengatakan iya untuk menikah. David berjalan menuju meja kerjanya dan menelpon seseorang. Hal itu tak luput dari perhatian Hana.
"Halo Dik, siapkan surat pemecatan untuk saudara Fransiska Anggraini" David menutup telponnya.
"Apa? Surat pemecatan Siska?" matanya membulat tak percaya. Ancamannya ternyata benar bukan sekedar isapan jempol belaka. Setidaknya itu yang dipikirkan Hana.
"Tunggu pak. Anda tidak bisa seenak jidad pecat karyawan dong. Siska kerjanya bagus kok!" kali ini malah membela Siska. Padahal David tidak benar benar menelpon Dika. Hanya akting untuk menggertak Hana. Lagi lagi respon Hana tak sesuai harapan David. Sepertinya benar kata Dika bahwa sulit merobohkannya. David harus bersabar lebih lama lagi.
"Itu urusan saya. Disini saya Bosnya"
.....
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Febri Ana
aduh lucu juga lanjuuttt thor
2024-07-11
0
pink biru
dika itu sekertaris thor jangan d buat lebay gitu dong thor apalagi cowok. . . kalau cewek sich gpp bilang "pusing pala berbie". . . maaf y thor. . .🙏aq cuma ngasih saran aja . . . buat perwatakan dika itu lebih tegas g usah lebay. . .
sehat terus buat authornya. . . slam kenal dari pasuruan. . .
2022-05-14
3
Wiwi Niji
bos mah bebaaas,,,,
2021-11-12
0