Kebenaran Rani

Bola basket di lemparkan kedalam ring tapi saat ini bukan di lapangan basket melainkan di kamar. Andika tak hentinya memainkan bola tersebut dan tak sering juga masuk ke dalam ring yang tak terlalu tinggi tersebut.

Sedangkan Jonathan sedang berada di depan laptop untuk mengerjakan tugas sekolah yang masih lama di kumpulkan, sifat terlalu rajin itu di turunkan dari papanya. Bukti nyata dari rajin dan ketekunan papanya berbuah manis dengan keberhasilan yang di raih, sayang kini hubungan Jonathan dan papanya sedang renggang.

"Nggak usah terlalu serius menjalani sekolah, hidup perlu di nikmati tapi nanti kalau udah selesai gue pinjem." Andika nyengir tatkala mengatakan hal tersebut, salah satu kenikmatan sekolah dengan sepupunya yang pintar adalah bisa di manfaatkan.

"Kerjain sendiri." Jawaban tegas itu mengakhiri senyuman Andika.

"Dasar." Andika berhenti bermain bola basket, ia teringat tempo hari saat Jonathan tidak sengaja memanggil Rani dengan sebutan Jihan dan saat bersepeda tatapan keduanya nampak berbeda, ini waktu yang tepat untuk membahas.

"Jo menurut elo Rani san Erin itu kayak gimana orangnya ?."

"Erin tipe pendiam tapi di care sama yang lain kalau Rani...."

"Mirip Jihan ?". Dan sebelum Jonathan meneruskan kata-katanya Andika malah memotong dan mengaitkan dengan Jihan. "Tempo hari elo manggil Rani dengan nama Jihan, apa menurut elo Rani mirip sama Jihan ?."

Jonathan menutup laptopnya dengan kasar dan langsung memasukkannya ke tas, gelagat aneh di perlihatkan tanpa sengaja dan hal itu disadari oleh Andika karena biasanya Jonathan tidak seperti ini."

"Setau gue dulu Jihan nggak terlalu mirip sama Rani, tapi kalau di lihat-lihat emang ada yang mirip sih...." Andika berusaha memancing agar Jonathan mau terbuka kepadanya, ia tida suka ada yang di sembunyikan.

Jonathan menyerah, ia memang cukup sulit mengelabui Andika, sekian lama mereka berteman dan menjadi saudara telah banyak yang di ketahui satu sama lain.

"Gue akan cerita, sebenarnya bukan masalah mirip tapi Jihan pernah berpesan sebelum meninggal akan mendonorkan matanya, dan nggak tau takdir apa ini ternyata yang jadi penerima donor itu Rani."

Mulut Andika menganga tak percaya, ternyata sejauh ini kaitannya Jihan dan Rani yang di kira hanya mirip meski bukan dari wajah tapi semangat mereka sama. Dan di saat Andika yakin Jonathan siap membuka hati lagi malah sosok Jihan hidup dalam mata Rani.

Q"Ini beneran gila, kenapa diantara banyaknya orang harus jadi penerima donor malah ternyata Rani yang kita kenal."

"Gue juga ngerasa lama jadi gila, tiap gue melihat mata Rani gue kayak melihat ada Jihan disana."

"Tapi perasaan elo gimana ? Maksud gue beneran elo suka sama Erin atau Rani yang ada matanya Jihan atau elo malah masih mencintai Jihan dan belum siap move on ?."

Pertanyaan yang membingungkan juga untuk Jonathan, mereka adalah 3 gadis berbeda yang mempunyai kepribadian berbeda pula. Hatinya tidak tau untuk siapa pandangan ini tertuju dan untuk siapa hati ini berlabuh. Jonathan belum siap jika harus menentukan pilihan.

"Gue nggak tau, gue juga masih bingung."

*****

Sekarang cara Jonathan memandang Erin dan rani berbeda, di saat Jonathan takut dengan bayangan Jihan dalam hatinya hingga menyakiti Jihan, sementara untuk Rani yang mungkin tidak tau soal pendonor mata yang saat ini di gunakan, tidak adil jika Jonathan menganggap Rani adalah Jihan.

Memikirkan semua ini membuat kepala Jonathan sering kali sakit, dan memilih untuk menghindar sementara dari kedua gadis tersebut. Tentu hal tersebut di sadari oleh Andika yang merasa khawatir akan masalah Jonathan yang tak kunjung usai perihal Jihan.

"Mereka tadi nyariin elo dan Erin tanya apa elo baik-baik aja karena akhir-akhir mereka bilang elo agak aneh." Andika bersandar di pohon tempat Jonathan berteduh, ia menekuk sebelah kakinya dan kedua tangan terlipat di dada.

"Gue lakuin itu karena gue nggak tau mesti apa." Buku bacaan yang sebelumnya di baca kini di tutup rapat setelah sebelumnya di beri penanda sampai halaman berapa.

"Tapi selalu menghindar juga bukan penyelesaian."

"Terus gue mesti gimana ?."

Andika duduk menghadap Jonathan dan ingin melihat sepupunya itu menjawab dengan pasti, semoga saja jawaban Jo setelah ini memberikan kepastian untuk Andika agar lebih mudah menyelesaikan semua ini.

"Sebenernya yang elo suka siapa sekarang, Erin atau Rani yang punya mata Jihan ?."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!