Angin berhembus pelan dengan dedaunan yang seakan menari, musik clasik dengan earphone di telinga. Rasanya segar, ditambah berteduh di bawah pohon beringin besar dengan akar menjalar dari atas ke bawah.
Jo membuka matanya saat mendengar derap langkah mendekat, melepas earphone dan mencari sumber suara. Cukup terkejut bahwa itu adalah Erin yang menyodorkan minuman dan juga keripik, entah mimpi ia tadi dalam tidurnya yang singkat. Yang pasti ini masih terasa mimpi dengan cahaya dari matahari yang menembus celah dedaunan dan menyinari wajah Erin hingga nampak cerah.
Sialnya wajah gadis itu nampak kian cantik. "Ada apa ?". Tanyanya.
"Ini minuman buat kamu." Sebotol air dengan merk yang biasa Jo minum di sodorkan dan di terima dengan ucapan terima kasih. Erin duduk di sisi pohon yang lain tanpa meminta izin, ia rasa lelaki tersebut tidaklah mengganggu sepery yang dikira dan cukup baik sayang perkenalan mereka kurang baik.
"Kalau yang mau di bahas masalah beasiswa mending yang lain, gue benar-benar nggak lagi butuh itu."
"Aku masih bisa membiayai SMA secara mandiri tapi untuk kuliah entahlah, makanya sebisa mungkin uang itu aku simpan kalau seandainya aku tidak bisa kuliah secara mandiri, maaf kalau tempo hari aku yang malah terlalu cuek dan kasar, bisa kita ulang perkenalkan kita."
Jo menyunggingkan senyuman disalah satu sudut pipi, ia melihat tangan Erin yang yang siap untuk berjebat tangan dan di sabut pula oleh Jo.
"Namaku Ernita tapi semua orang terbiasa manggil aku Erin."
"Aku Jonathan, panggil aja Jo biar lebih akrab."
Mereka mengobrol dengan santai, sesekali Erin tersenyum bahkan tertawa saat mendnegar cerita Jo yang kerap di sangka kembar oleh banyak orang yang tidak mereka kenal.
Tanpa mereka ketahui Andika dan juga Rani memperhatikan dari jauh, kebingungan akan sahabat dan sepupu mereka yang nampak seperti orang pacaran. Sama-sama berteduh di bawah pohon yang sama dan bercengkrama.
"Kayaknya bentar lagi kiamat." Ungkap Rani yang merasa heran.
"Iya bener, gue sendiri nggak habis pikir, yok kita samperin siapa tau mereka kesambet setan penunggu pohon." Mendekat ke arah Jo san Erin, mereka hendak memastikan atau lebih tepatnya mengganggu.
Plak
Satu geplakan Jo terima dari sepupunya yang tidak punya akhlak. Jo membalas hingga akhirnya Andika sadar bahwa Jo tidak sedang kesambet setan karena balasan dari Jo 3x lipat lebih sadis.
"Sakit gob*k. "Andika mengeluk kepalanya, ia merasakan benjol dari sisi atas dan berdenyut seiring dengan rasa nyeri.
"Elo duluan tadi yang geplak gue."
Sementara para lelaki berdebat dengan kesar berbanding terbalik dengan Erin juga Rani yang terkesan tenang.
"Rin kamu nggak di apa-apain sama temennya si curut itu kan ?." Telunjuknya mengarah ke Andika dan Jonathan.
"Kok gue." Andika yang tidak terima hanya bisa menggeleng, ia sejenak lupa sedang bertengkar dengan sepupunya.
"Nggak Ran aku nggak kenapa-napa, memang salah sesama teman sekelas akrab ?." Kini pertanyaan Erin lontarkan dan Rani hanya bisa menggaruk, tidak saja tapi tetap saja agak menyebalkan.
"Ya tapi jangan sama mereka juga." Rani menarik Erin pergi dari sana menjauhkan Erin dari pengaruh buruk yang mungkin akan mengontaminasi sifat baik Erin menjadi negatif. Andika yang sudah terlanjur tercemar nama baiknya akibat suka menggoda gadis, padahal ia tidak playboy tapi jika ada yang mau ya apa salahnya.
"Emang sejelek itu gue, eh gue bukan curut woy." Teriaknya namun percuma para gadis tersebut telah pergi jauh.
"Nggak curut sih tapi mirip kadal."
"Asem." Celetuknya.
*****
Mangkok bakso telah Jo dan Andika terima dari mamang penjual bakso di kantin. Ramainya tempat tersebut membuat beberapa kursi yang ada di sana telah penuh di duduki pengunjung.
Jika ada kursi juga ramai oleh para gadis yang mengobrol tentang teman kebaikan juga keburukan teman mereka. Andika menyipitkan matanya, melihat dari kejauhan ada tempat duduk yang masih kosong dan disana juga ada dua gadis yang ia kenal serta yakini tidak se lebay gadis lainnya saat bertemu ketampanan Jonathan.
"Eh disana ada tempat." Andika berjalan lebih dulu, mengarahkan Jo tempat yang telah ia ketahui, agak jauh dari tempat mereka tadi dan harus jaln pelan-pelan karena mangkuk bakso yang di bawa lumayan panas.
"Misi ciwi-ciwi kita ikut duduk ya." Tanpa di persilahkan lebih dulu langsung saja Andika dan Jo duduk dengan tenang tanpa merasa tak enak hati karena tatapan dari gadis di hadapan keduanya.
"Nggak ada tempat lain apa ?." Gerutu Rani dan mengambil saus yang hendak Andika pegang untuk di campur dalam bakso tersebut.
"Nggak ada, nggak lihat yang lain penuh." Jonathan menunjuk semua sudut di kantin, seperti yang ia bilang bahwa semua kursi telah penuh di duduki oleh para siswa, bahkan ada yang lebih memilih bungkus daripada makan di sana.
"Gue heran kenapa kalian anti sama kita, perasaan baru pertama masuk tapi kalian bawannya judes mulu apalagi elo." Kini tatapan mata Jo tertuju ke Rani dan di balas dengan amarah yang di tahan.
"Elo pengin tau, nih gue ceritain pas kelas satu gue lewat tiba-tiba si curut ngelemparin permen karet ke rambut gue sampai lengket dan terpaksa gue potong."
"Nggak sengaja itu, gue niatan lempar ke tong sampah eh malah elo lewat." Alasan Andika utarakan, ia tidak sengaja waktu itu dan ternyata masih diingat Rani.
"Terus pas gue ke toilet elo malah main serobot, sadar nggak elo kalau itu toilet cewek ?!." Semburnya dengan pertanyaan.
"Sadar Ran, itutuh terpaksa soalnya gue kebelet pas toilet cowok penuh semua, nggak mungkin kan gue keluarin di celana."
"Dih alesan mulu, ada satu lagi dan ini paling fatal. Elo minta contekan ke gue pas ulangan sementara gue nggak mau tapi guru malah nuduh gue sekongkol sama elo dan gue di hukum gara-gara itu."
"Iya maaf deh Rani yang cantik." Andika menyatukan kedua tangannya yang masih memegang sendok dan garpu, meminta maaf dengan Rani.
"Nggak, ogah gue maafin elo."
"Ampun deh Ran, kayaknya berdosa banget gue dimata elo. Damai ya kita nanti gue traktir selama seminggu deh."
"Gue nggak segampang itu ya dan gue masih mampu bayar makanan gue sendiri." Rani masih kekeh.
"Udah Ran, sebaik-baiknya orang adalah yang mau memafkan orang." Erin ikut menasehati temanya setelah ikut mendengarkan.
"Si curut ini juga udah minta maaf, gue bukannya mau bantuin tapi gue merasa ikut kena imbas kejutekan elo pas gue lagi sama dia, lebih baik mulai sekarang kita mulai dari awal dan anggep semua yang udah terjadi udah berlalu gitu aja gimana ?." Jonathan melihat semua satu-persatu mengangguk kecuali Rani yang masih berfikir.
"Gimana Ran ?." Tanya Jonathan lagi untuk memastikan jawaban Rani.
"Oke deh, tapi kalau dia bikin masalah sama gue, jangan harap dapat maaf. Gue lemparin ke sungai elo." Ancamnya spontan mengarahkn garpu tepat ke wajah Andika.
"Iya, siap."
Mereka meneruskan makan, meski Rani masih terlihat sebal dengan Andika tapi tidak seperti sebelumnya. Dan bisa di perkirakan bahwa pertemanan mereka di mulai hari itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments