Saat masuk ke dalam ruang tata usaha ternyata Jo berpapasan dengan kepala sekolah yang ada di sana juga. Keberadaannya menjadi tanda tanya para guru TU dan pertanyaan terlontar dari kepala sekolah untuk Jonathan.
"Bukankah kau Jonathan ? Sedang apa disini ?."
"Saya kesini untuk bertanya apakah benar kalau siswa yang mendapatkan ranking 1 akan mendapat beasiswa berprestasi ?."
Kepala sekolah diam dan terlebih dahulu mempersilahkan Jo untuk duduk di sana daripada berdiri. Semua guru TU yang hendak pulang mengurungkan niatnya, mereka berusaha untuk terlihat sibuk sambil mendengarkan.
"Memang benar dengan adanya beasiswa tersebut untuk pelajar yang mendapatkan ranking satu di harapkan bisa memotivasi belajar agar lebih giat, memangnya ada apa ?." Pertanyaan kini di lontarkan kepada Jo.
"Aku telah mendapatkan ranking 1 tapi aku ingin agar beasiswa tersebut di berikan kepada siswa yang lain yang mendapat ranking 2."
Bapak kepala sekolah bingung, baru kali ini ada permasalahan seperti ini karena biasanya semua anak muridnya akan berlomba menjadi yang terbaik agar mendapatkan beasiswa tersebut tapi Jo malah berfikiran berbeda dan memberikan kepada siswa yang lainnya.
"Tapi kenapa ? Itu salah satu penghargaan juga untuk yang mendapat ranking 1, bukankah harusnya kau ambil dan merasa bangga ?."
"Mengambil beasiswa sedangkan aku adalah anak dari pemilik yayasan, tidakkah itu aneh ?."
Semua terdiam, mengerti dan memaksa kembali ingatan yang telah lupa akan kebenaran yang tidak semua orang tau. Kepala sekolah melihat semua guru TU yang mulai berbisik satu sama lain. Ia lupa bahwa Jonathan adalah anak pemilik yayasan dan lupa bahwa identitas Jo selama ini di sembunyikan atas permintaan ayah Jo sendiri.
"Aku mengerti, beasiswa akan di berikan oleh siswa yang mendapat rankin 2." Tutur kepala sekolah.
"Terima kasih atas pengertiannya, saya pamit dulu."
Kepergian Jo meninggalkan banyak tanda tanya soal identitas yang seharusnya tetap di sembunyikan tetapi malah kini terbongkar. Bukan masalah besar hanya saja ayah Jo tidak ingin anaknya mendapat perlakuan spesial yang nanti akan membuat Jo tidak menjalani hidup seperti siswa yang lain.
*****
Erin membuka bukunya untuk belajar pada malam hari ini, di temani lampu meja yang sudah lawas. Raganya di kamar tapi pikirannya melayang tentang beasiswa yang seharusnya milik Jo tapi malah masih diberikan kepadanya, sedangkan peringkat Erin telah bergeser turun satu peringkat.
Mungkin atas perkataannya tempo hari membuat Jo memberikan beasiswa peringkat tersebut untuknya atau mungkin juga ada masalah pada bagian tata usaha. Erin penasaran dan ingin mencaritahu kebenarannya.
Apabila memang benar ada kesalahan pada bagian tata usaha, maka tidak seharusnya ia menerima yang bukan haknya karena kini beasiswa itu milik Jonathan.
Hari berganti pagi, Eron menunggu waktu yang tepat untuk ke tuang tata usaha, sudah banyak guru TU yang telah datang. Dan ini waktu yang telat, sebenarnya ia sangat gerogi.
"Permisi aku ingin bertanya."
"Iya ada apa ?." Jawab salah seorang guru TU di sana.
"Kemarin saat pembagian rapot semester ganjil peringkat ku bergeser tapi kenapa beasiswa masih ada untukku ?."
Para guru TU tersebut saling memandang satu sama lain, akhirnya mereka tau siapa yang menjadi perdebatan tempo hari dan ini masih menjadi topik hangat di kalangan guru.
"Iya memang beasiswa itu untukmu." Jawaban singkat Erin dapat, namun ia masih belum jelas apa alasan di balik itu semua.
"Tapi kenapa ? Bukankah itu untuk siswa yang mendapat peringkat satu ?." Tanyanya lagi.
"Siswa yang bernam Jonathan memintanya agar beasiswanya di berikan kepadamu."
Erin kini faham, ia pamit undur diri dan kembali ke kelas dalam keadaan seperti orang banyak pikiran, banyak sekali tanda tanya tapi yang paling menjadi beban pikirannya adalah tindakannya saat itu, sudah pasti karena ia yang kala itu merasa kesal hingga berkata demikian membuat Jo merasa tidak enak hati tapi saat ini malah Erin yang merasa tidak enak hati dan terbebani.
Ketika masuk ke kelas ia melihat Jo telah berada di sana bersama dengan Andika, Erin tidak fokus sampai Rani yang berbicara tidak di dengarkan.
"Rin Erin hei Erin."
"Eh iya ada apa Ran ?."
"Aneh banget sih di panggil dari tadi nggak di dengerin ?."
"Maaf Rin nanti kita bicara lagi, ada hal penting yang harus aku selesaikan." Erin pergi meninggalkan Rani dalam kebingungan dan tambah bingung saat Erin mendekat ke arah Jonathan, ia bertanya-tanya sejak kapan mereka jadi dekat.
"Bisa bicara sebentar." Erin melihat sekitar dan merasa tidak cocok untuk bicara dengan kondisi kelas yang ramai orang. "Tolong ikut aku."
Kaki melangkah semakin jauh dari kelas dan semakin tinggi hingga ke lantai atas di mana rooftop berada, angin berhembus sangat kencang pagi ini. Rambut Erin mengikuti hembusan angin seakan menari dalam alunan lembut dai suara dedaunan.
"Ada apa ?." Jo membuka suaranya terlebih dahulu saat hanya melihat Erin dalam diam.
"Kenapa ? Kenapa kau memberikan beasiswa mu kepadaku, kalau karena ucapan ku waktu aku aku harap kau melupakannya dan aku minta....."
"Tidak, sebenarnya tidak juga. Alasan aku tidak mengambil beasiswa tersebut karena aku tidak sedang memerlukannya, jangan tersinggung tapi aku rasa kau yang lebih butuh daripada aku dan jika tidak ada keperluan lagi aku akan kembali ke kelas."
"Maaf." Erin berteriak agar suaranya bisa mengalahkan suara kencangnya angin dan terdengar oleh Jo.
"Aku tidak akan tenang kalau begini, tolong ambil saja beasiswanya." Ia masih bersikukuh.
"Aku seorang laki-laki, apa kau pikir aku akan menarik kembali ucapan ku, dan aku akan gampang terpengaruh oleh ucapan mu tempo hari ? Tidak kau salah, jangan merasa tidak enak hati karena kau memang pantas mendapatkan beasiswa tersebut."
Jo pergi meninggalkan Erin dan terlebih dahulu turun kebawah kembali ke kelas. Sementara Erin masih terdiam, ia bingung karena menyesali ucapannya tempo hari tapi di lain sisi tidak mungkin memaksa Jo, akhirnya Erin menyerah dan mengikuti alur yang sudah ada."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments