Dulu Aku Sekarang Kamu

Hari dimana waktunya untuk menunjukkan ilmu yang telah di pelajari mereka kini telah tiba, kerta ulangan berisikan 15 soal yang harus di jawab dan di jelaskan. Beberapa dari merega gugup dan ada pula yang berusaha dantai sambil menyembunyikan kertas kecil berisikan tulisan keramat menggunakan bahasa korea, jepang ataupun arab agar di kira sebagai doa.

Kegugupan nyata di rasakan oleh Andika yang belajar menggunakan SKS atau sistem kebut semalam, otanya yang telah lama tak terpakai ia gunakan dengan keras untuk berfikir kali ini, serasa antara hidup dan mati berada dalam kertas ulangan dengan waktu 60 menit.

"Jo ntar gue kasih tau jawabannya, baca soal udah pusing duluan otak gue." Bisiknya kepada Jo yang acuh.

"Ogah." Jawabnya, ia membaca soal masih berada dalam batas kemampuannya bahkan ia sudah pernah membaca dan mempelajari apa saja materi yang kebetulan sama dengan soal.

"Jangan ada yang mencontek, waktu mengerjakan 60 menit dan jika ada yang mencontek bapak suruh mengerjakan di sebelah bapak, faham ?!."

"Faham pak." Para siswa menjawab dan mulai mengerjakan dengan tenang, Pak Wisnu adalah salah satu guru yang terkenal killer tapi bukan arti sesungguhnya hanya saja apa yang di katakan Pak Wisnu selalu di tepati dan setiap kata yang terlontar bagaikan sebuah ultimatum.

Andika menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal, ia menoleh kanan dan kiri mencari sumber dari segala sumber informasi. Yang ia dapatkan nihil, semua terlalu takut untuk menoleh bahkan Jonathan juga pelit, menutup lembar jawabnya agar tidak terlihat oleh siapapun.

Waktu berlalu, ulangan telah usai dan kertas jawaban Andika telah penuh oleh coretan hasil pikirannya sendiri, ia meratapi nasib berdoa dalam hati nilainya lebih yinggi dari pada bebek berenang di kali.

"Gimana tadi, gampang kan ?." Pertanyaan terlontar dari mulut Jonathan.

Rasa ingin menggeplak kepalanya sangat tinggi tapi ia berusaha meredam dan tersenyum sambil berkata. "Gampang kok." Andika tersenyum penuh kebencian.

"Ok gue paham." Lelaki ia langsung memutar kepalanya, agak ngeri melihat wajah saura sepupunya yang seperti ingin mengamuk, dan tanpa Jo duga bahwa ia tak sengaja melihat Erin yang buru-buru memalingkan muka ketika mereka saling bertatapan.

Sungguh aneh tapi nyata, bahwa gadis yang ia sangka cuek ternyata diam-diam memperhatikan tapi anggap saja kali ini Jo pura-pura tidak tau. Karena bisa saja ia salah lihat tadi karena hanya terjadi beberapa detik saja.

*****

Hari berlalu, pembagian kertas dan nilai hasil ulangan telah tiba. Satu persatu nama siswa di panggil untuk maju ke depan dan nama Andika adalah yang pertama, sungguh ia merasa nama yang terlalu depan dalam huruf alfabet ini kadang menyusahkan.

Andika maju ke depan, ia tak berani melihat angka yang berada di atas pojok kertas, seperti melihat jumscare dan ia memilih untuk langsung duduk saja.

"Dapat berapa ?." Tanya Jo penasaran akan tingkat kepintaran sang sepupu. Maklum saja ini kali pertama mereka satu sekolah bahkan satu kelas dan melihat tingkah Andika yang seperti itu, rasanya seru untuk melihat langsung nilai yang Andika peroleh.

"Gue nggak berani lihat." Ujarnya berusaha menutupi agar Jo juga tidak bisa melihat.

Dengan pemaksaan, Jo berusaha merebut kertas tersebut, tetapi tidak bisa namun kalau tangan Andika berhasil bergeser hingga terlihat nilainya.

"Eh gila, nilai elo estetik banget kayak kursi." Spontan Jo mengatakan itu untuk membuat Andika tambah penasaran hingga akhirnya melihat.

Nilai empat yang ia peroleh dengan hasil berpikirnya sendiri tanpa mencobtek siapapun. Bukannya malu atau merasa rendah diri tapi Andika malah merasa bangga. Nilai yang ia pikir akan di dapat adalah 2 tapi nilai 4 sudah di atas ekspektasi dan kegembiraan itu membuat Jo juga lainnya heran.

"Alhamdulillah terima kasih Ya Allah." Ucap Andika.

"Dasar aneh." Gumam Jonathan dan yang lain dalam hati.

Satu persatu nama di panggil hingga semua telah selesai dan memegang kertas berisikan nilai masing-masing, Andika sekali lagi ternganga karena nilai Jonathan yang nyaris sempurna dan Pak Wisnu mengatakan bahwa nilai tertinggi di peroleh Jonathan dan urutan kedua adalah Erin.

Hari demi hari berlalu, nyatanya Jo mampu untuk beradaptadi dengan sekolah yang baru bahkan juga mampu menarik siswi dari kelas maupun kelas lainnya. Tidak hanya itu bahkan junior dan juga senior pun mempu terpikat oleh ketampanan jyga kepintarannya yang saat ini menjadi bahan perbincangan.

"Gue tadi lihat ada serior ngintip elo pas lewat kelas kita, untuk kita duduk di pojokan jadi nggak kelihatan." Ucap Andika yang sekarang mulai heran akan popularitas Jo yang semakin meledak bahkan pernah terdengar bahwa Jonathan menjadi siswa paling populer setelah ketua OSIS atau mungkin bahkan kini sudah bergeser pada tingat pertama.

"Terserah mereka mau ngintip atau nggak, selama nggak ganggu." Jawabnya dan Andika menggendikan bahu, ia antara peduli dan tidak tapi melihat berbagai siswi mengidolakan juga memberi hadiah Jo tiap hari dan bahkan Andika juga kecipratan hadiahnya, maka ia ikut senang.

Kepintaran Jo semakin lama semakin meningkat, dia tidak seperti Erin yang terlihat belajar terus dan kerap kali membaca. Bahkan waktu istirahat yang seharusnya di gunakan untuk makan atau bermain bersama yang lain ia gunakan untuk ke perpustakaan.

Waktu Jonathan belajar terkesan hanya sebentar dan barangkali kepintarannya adalah bakat alami yang ia miliki tanpa bersusah payah. Bahkan saat pembagian rapot semester ganjil ia mampu menggeser peringkat Erin hingga menjadi posisi kedua sementara ia yang anak baru malah di posisi pertama.

"Selamat Jo telah jadi juara kelas, Ibu tidak menyangka kamu akan menjadi juara pertama." Bu Endang selaku wali kelas juga merangkap guru matematika memberikan selamat kepada anak didiknya yang bahkan tanpa di sangka sangat pintar.

"Terima kasih bu." Jonathan kembali ke tempat duduknya.

Tanpa ia sadari bahwa dirinya diperhatikan oleh Erin, jujur ada kekesalan saat dirinya bergeser pada posisi kedua dan Erin harus menerima kenyataan bahwa nanti beasiswa yang ia dapat akan di berikan kepada Jonathan.

Jam pulang sekolah telah tiba, semua telah pulang tinggal Erin dan Jonathan yang berada di sana. Erin menunggu waktu ini dimana ia ingin bicara berdua dengan Jonathan. Melangkah dengan rasa bimbang, kedatangannya membuat Jo melihat Erin. Mereka saling menatap satu sama lain sebelum Erin tepat berada di depan.

"Selamat ya." Itu adalah kata pertama yang mampu Erin katakan, jujur saja dirinya tidak tau harus bilang apa ."

"Makasih." Jonathan masih bingung, dulu ia mengejar Erin tapi bukan dirinya sekali jika mengejar wanita terus-menerus dan anehnya kini Erin malah datang sendiri.

"Sekarang kamu yang ranking 1, akan ada beasiswa untuk yang mendapat rankin satu, dulu aku sekarang kamu." Erin pergi dengan segala ketakutan yang ia rasakan, ingin menarik ucapannya tapi telah di katakan dan ia malu.

Sementara Jo masih duduk terpaku di sana, tidak sulit mencerna ucapan Erin tadi dan ia ke tempat tata usaha untuk mencoba menyelesaikan apa yang sebenarnya Erin sampaikan, benarkah ada beasiswa bagi rankin 1 atau tidak ?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!