Menarik

"Rese banget." Rani kembali ke kelas sambil menggebrak meja hingga membuat Erin terkejut, kembali nya Rani disertai amarah yang tidak jelas sambil menggerutu

"Ada apa sih Ran ?." Tanya Erin sambil menarik pelan tangan sahabatnya agar duduk, setelah lebih tenang Erin kembali meminta jawaban.

"Si anak baru di kelas kita tadi itu ngomongin kamu, pasti ya itu cowok nggak ada etika ngomongin orang seenaknya, untung aku dateng Rin kalau nggak pasti udah macem-macem."

Kedua alis Erin berkerut, ia masih mencerna apa yang Rani katakan karena yang ia tanggap hanya membicarakan tapi inti dari masalah hingga membuat Rani marah belum ketemu. "Terus kmu marahnya karena apa ?." Lanjut Erin bertanya lagi.

"Ya karena si anak baru itu ngomongin kamu Rin." Jelasnya.

"Ngomongin tentang apa ?." Erin masih menunggu jawaban, tapi yang ia dapatkan Rani hanya berfikir sambil mengingat kejadian tadi.

"Em nggak denger apa-apa sih, cuma denger nama kamu di sebut aja, tapi kamu harus lebih hati-hati Rin, kayaknya tuh anak nggak beres." Rani mengatakan itu sambil melihat ke kanan-kiri untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar.

Erin menggelengkan kepala, ia tak ambil pusing dengan apa yang baru saja Rani katakan. Meski begitu Erin tau bahwa niatnya baik memberi saran atas apa yang baru saja Rani dengar, cukup aneh mengingat anak yang baru pindah dan belum ada satu hari bertemu malah membicarakannya.

Di kantin Jo tersedak oleh makanannya, padahal tadi fokus tapi entah mengapa bisa tersedak. "Uhuk uhuk."

"Makannya kalau lagi makan pelan-pelan, gue nggak akan minta." Ucap Andika seraya mengambilkan minuman jo tapi yang diambil jo malah minuman milik Andika yang masih banyak.

"Asem minuman gue." Ucapnya spontan.

Jo menaruh minuman itu pada tempatnya, tinggal sedikit dan ia tidak merasa bersalah. "Katanya asem makanya gue baik bantu habisin."

"Nih anak semena-mena mulu ama gue."

******

Bu Endang menggambar sekaligus menerangkan menggunakan spidol kepada seluruh murid. Di harapkan semuanya memperhatikan dan bisa mengikuti apa yang di arahkan, tapi tentu cukup sulit mengatur semuanya agar pandai.

"Sebelum mencari y terlebih dulu mencari x dengan rumus yang pernah ibu ajarkan, siapa yang tau pakai rumus apa ?." Bu Endang mengedarkan matanya tidak ada yang bisa menjawab, ada beberapa yang menghindari tatapan tapi kemudian saat yang bersamaan Jo dan Erin mengangkat tangan.

Beliau terlalu bingung memilih apakah Erin yang merupakan langganan juara kelas untuk menjawab ataukah Jo yang merupakan anak baru. Untuk mengetahui kemampuannya maka Jo terpilih untuk menjawab.

"Pakai rumus phytagoras bu baru setelah itu hasilnya bisa di gunakan untuk mencari nilai 'y' ." Jawab Jo.

"Iya benar, sekalian isi jawaban di papan tulis."

Jo berdiri menuliskan rumus sekalian mengerjakan soal tersebut tanpa kesulitan, yang lain hanya memperhatikan, ia kembali duduk setelah selesai.

Lainnya terheran oleh anak baru yang berhasil menyaingi kemapuan Erin, sebelumnya belum pernah ada dan bahkan jika peringkat di bawah Erin saja jaraknya masih jauh. Mungkin kali ini akan berbeda dengan adanya Jonathan.

"Nggak usah kagum, gue tau gue ganteng dan pinter." Jo memegang dagu Andika dan mengangkatnya hingga mulutnya tadi yang terbuka kini tertutup.

Tanpa Jo sadari bahwa Erin mulai gelisah, ia senang jika ada teman sekelasnya yang juga pintar tapi di lain sisi jika orang tersebut bisa menggeser kedudukannya sebagai langganan juara 1 maka otomatis beasiswa yang selama ini di dapat bisa di cabut oleh sekolah.

Bel berbunyi jam istirahat telah tiba, mereka senang akhirnya bisa bebas dari pelajaran matematika yang tidak di sukai. Terlalu rumit dan terllau membosankan bagi sebagian besar siswa.

Jo mengamati Erin yang tak bergeming di tempatnya, semua telah pergi dan tinggal mereka berdua tapi Erin masih belum menyadari keberadaan Jo disana dan hanya lewat ke perpustakaan. Jo mengikuti dari belakang, ia sudah seperti penguntit Erin.

Mengamati dari balik rak buku, hanya melihat dan memperhatikan. Gadis itu benar-benar tenang dengan pembawaan santai. Itu hanya perkiraan tapi sebenarnya Jo tidak tau bahkan apa yang mendorongnya sampai sejauh ini juga ia masih penasaran.

Memberanikan diri, ia berdiri di depan Erin yang sedang konsentrasi membaca buku dan tanpa di persilahkan duduk di depan. Cukup menganggu bagi Erin yang sudah terbiasa sendiri hingga bukunya di tutup dulu.

"Ada apa ?." Tanya Erin to the point.

"Nggak apa-apa, gue cuma mau kenalan aja.

"Aku udah tau nama kamu Jonathan kan." Erin kembali memegang bukunya, mencari halaman di mana ia terakhir membaca dan diam membiarkan Jo bosan sendiri sampai pergi tapi nyatanya susah untuk di usir secara halus.

"Baru kali ini ada cewek cuek banget ke gue, rau nggak biasanya malah pada ngejar. Harusnya elo merasa terhormat karena gue ngajak kenalan."

"Maaf tapi sayangnya aku bukan seperti yang kamu pikirkan." Merasa tidak tahan lagi untuk tetap berada di sana. Erin memutuskan untuk pergi dari sana karena tidak akan mungkin Jo pergi.

Kepergian Erin membuat Jo berpikir keras, ia melihat cermin yang terpajang di dinding perpustakaan sebagai hiasan. Jawabnya tampan di atas rata-rata, lebih dari cukup untuk mendapatkan simpati siswi di sekolah manapun yang ia mau. Soal uang apalagi tidak perlu di ragukan karena ia berkecukupan tapi baru saja dirinya di tolak secara langsung bahkan sebelum Jo mengajak berkenalan.

"Itu cewek unik banget, kok gue malah tambah penasaran ya ?."

"Mas kalau mau yang lain aja jangan sama yang itu." Penjaga perpustakaan dengan name tag pak Budi memberi saran, kebetulan ia mendengar apa yang baru saja Jo katakan.

"Kenapa memangnya pak ?." Tanya Jonathan penasaran.

"Kayaknya dia nggak tertarik sama cowok manapun, bahkan nih ya kelihatan ketua OSIS yang lagi ngejar saja di cuekin, nggak dianggap mungkin buku lebih ganteng daripada manusia." Pak Budi tertawa kecil, membayangkan betapa banyaknya yang mengejar Erin sampai ke perpustakaan tapi hanya dianggap angin lalu.

"Justru yang gampang nggak menarik tapi yang susah dapatnya bikin hidup lebih asik." Jo melipat tangannya di atas perut, ia meyakini Erin sama seperti gadis lainnya hanya sedikit lebih susah untuk didapatkan.

"Anak muda zaman sekarang aneh-aneh aja cara pikirnya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!