Berteman

Alana pun berjalan bersama Jesslyn menyelusuri lorong rumah sakit menuju ke ruangan ayahnya. setibanya disana Alana mengajak Jesslyn untuk mencuci tangan dan kakinya terlebih dulu kemudian ia mengajak Jesslyn untuk masuk kedalam ruangan tersebut .

" Daddy " sapa Alana seraya mencium kening ayahnya tersebut .

" Ini Daddymu ? " tanya Jesslyn . Alana mengangguk dan tersenyum.

" Daddy, Alana mengajak teman Alana kemari apa Daddy senang ada yang menjenguk Daddy? " tanya Alana. Alan tak henti hentinya tersenyum seraya mengusap lembut pelipis ayahnya tersebut.

Setiap kali Alana mengunjungi Ayahnya , ia selalu mengajak Ayahnya tersebut untuk berbicara karna dokter memang menyarankan Alana untuk berinteraksi kepada ayahnya meskipun ayahnya masih belum sadar namun ia masih bisa mendengar apa yang ada di sekitarnya .

Jesslyn memandangi Alana dengan perasaan yang begitu ibah.

setegar itu wanita yang ada disampingnya? Jesslyn membayangkan jika dirinya ada di posisi Alana.

akankah dirinya setegar Alana?

apakah ia bisa menjalani hidup tanpa satu orang pun yang mendukungnya?

ini sungguh menyesakan dada Jesslyn.

bahkan di kondisi sepertyi ini Alan mencoba menyembunyikan kesedihan di balik senyuman manisnya itu.

tak lama mereka berdua didalam ruangan itu kemudian Alana mengajak Jesslyn untuk pulang.

" Jesslyn terimakasih banyak kau sudah mau menjenguk Daddyku kau orang pertama yang mau menjenguk Daddyku " ucap Jesslyn. kedua mata Jesslyn terkesiap seakan tak percaya.

" Hanya aku saja ? " tanya Jesslyn.

" Pernah juga ada laki laki yang dulu sempat menolongku dia juga beberapa kali kemari tapi tidak masuk kedalam ruangan Daddy " ucap Alana dengan menepiskan senyumnya.

" Apa teman - temanmu sama sekali tidak ada yang menjenguk Daddymu ? " tanya Jesslyn . pertanyaan Jesslyn membuat pertahanan Alana menciut . ia tersenyum getir menahan air matanya dan menggeleng - gelengkan kepalanya. itu semakin membuat Jesslyn semakin terkejut .

Jesslyn seketika mendekap tubuh Alana di dalam pelukannya .

" Kau jangan bersedih ya Alana , masih ada aku. " ucap Jesslyn seraya mengusap usap punggung Alana.

" Terimakasih banyak Jesslyn, aku sangat senang bertemu dengan orang baik sepertimu, semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu " tutur Alana , ia pun membalas pelukan Jesslyn . tak lama Jesslyn melepas pelukannya.

" Apa kau mau jadi temanku ? " tanya Jesslyn dengan menyodorkan jari kelingkingnya.

" Tentu saja , siapa yang tidak mau berteman dengan perempuan baik sepertimu " ujar Alana dengan melekatkan jari kelingkingnya di jari kelingking jesslyn.

Sungguh pemandangan yang menyenangkan hati.

entahlah, baru pertama kalinya Jesslyn mau mengajak seseorang untuk menjadi temannya. apalagi dengan orang asing yang baru saja ia kenal kemarin siang . sungguh mengherankan ( mungkin )

Tetapi tidak untuk Jesslyn , Jesslyn merasa sangat nyaman saat berbicara dengan Alana terlebih lagi yang Jesslyn saring dari setiap apa yang Alana ceritakan. membuat dirinya yakin bahwa Alana memanglah orang yang baik dan tidak berpura pura seperti kebanyakan temannya.

Alana menyuruh Jesslyn terlebih dulu untuk pulang karna ia masih ingin berada du rumah sakit bersama dengan Daddynya. sebenarnya Jesslyn masih ingin menemani Alana namun Alana memaksa Jesslyn agar pulang.

Jesslyn pun terpaksa mengiyakan apa yang dikatakan oleh Alana.

Hingga satu bulan berlalu kedekatan antara Jesslyn dan Alana terlihat begitu semakin akrab.

seusai pulang Kuliah , Jesslyn sering bermain di toko kue milik Alana hanya untuk sekedar berbincang dan menanyakan kabar satu sama lain dan dia juga sering sekali meminta kepada Alana untuk mengantarnya agar menjenguk ayah-nya. mengingat Jesslyn juga mempunyai seorang ayah dan ia memposisikan dirinya sebagai Alana.

Namun tidak untuk hari ini.

hari ini Jesslyn tidak mendatangi toko Alana untuk bertemu seperti biasanya.

Karna Jesslyn disibukan dengan membantu Mama Merry untuk memasak dan membuat kue.

Iya benar karna nanti malam Ken pulang dari Amerika. kakak kesayangan Jesslyn yang selalu membelanya ketika dirinya sedang bertengkar dengan saudara kembarnya.

senangnya bukan main, hari itu Jesslyn tak henti menunjukan raut wajahnya yang begitu riang seolah sudah bertahun tahun lamanya ia tak bertemu dengan kakak sulungnya tersebut.