Metanoia; The Hybrid
...Sagara N. A POV...
Hari ini, kami kembali ke teritorial Vampire. Setelah sarapan dan berkemas, kami pergi kembali menggunakan kereta yang sama dengan kuda-kuda coklat milik kerajaan Claverdon. Sebelum aku benar-benar naik, aku menoleh dan melihat kakek Nicholas yang berdiri di depan pintu utama.
Seakan senang kalau aku menghilang dari hadapannya.
"Chairoz baru saja kembali dari misinya di negeri Irrinshire, karena tahun ini Akademi Negeri Danveurn akan membuka penerimaan murid baru. Itulah kenapa tadi malam dia bisa hadir" ayah bicara tiba-tiba ketika kereta kuda kami mulai berangkat.
"Sebenarnya, apa yang dilakukan Chairoz di negeri Irrinshire?" Ibu bertanya.
"Seorang mantan Hunter juga masih dibutuhkan, direkrut oleh kerajaan-kerajaan sebagai Hunter tambahan. Meski Chairos adalah Hunter berbangsa Lycanthrope, tapi kemampuannya banyak dibutuhkan. Kerajaan Uva dari bangsa Fairy merengkrut dia dalam misi pengincaran Rogue Fairy yang kabarnya mencuri setengah dari hasil bumi milik Uva pack" jelas ayah.
Kak Allegro tampak kagum, "Orang itu sangat kuat!"
Ayah tertawa, "Dia salah satu Hunter yang melakukan pemburuan di abad ke-16 dan berhasil menangkap Hybrid yang diincar INTI."
"Dia rekan Ayah, bukan?" Tanyaku.
"Benar, kami satu pelatihan waktu itu di abad ke-15."
Dua puluh jam kami habiskan diperjalanan untuk pergi ke pelabuhan Anchores yang ada di negeri Danveurn. Malam itu kami beristirahat disalah satu tempat peristirahatan yang ada. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali barang-barang kami dibawa masuk kedalam kepal besar.
Aku dan kak Allegro masih berdiri di dermaga, melihat para pekerja itu membongkar muatan. Setelahnya ibu memanggil, menyuruh kami menunggu di jajaran kursi yang ada tidak terlalu jauh dari dermaga.
Setelah beberapa menit, kapal besar itu siap untuk berlayar membawa kami, juga muatan lain yang sekalian akan dibawa ke negeri Urcmoonth. Hanya membutuhkan sekitar 4 jam untuk kami tiba. Barang bawaan kami yang hanya sedikit itu langsung diturunkan di dermaga.
Beberapa orang mengangkut barang-barang bawaan kami, kami juga langsung dikawal menuju pelabuhan Mystichael. Di sana, kami langsung pergi menggunakan kereta kuda dan akhirnya kami tiba di ibukota, Alystra.
"Ayah, aku ingin mengunjungi toko itu" ucap kak Allegro saat kami memasuki kota. Tempat ini ramai dengan manusianya, karna dua kehidupan berbeda memang harus berdampingan. Aku melihat sebuah toko alat tajam yang ditunjuk kak Allegro.
"Untuk apa?" Tanya ayah memberhentikan kereta.
"Aku memesan sesuatu, sebagai hadiah ulang tahun Gara."
Aku sampai lupa, bahwa hari ini ulang tahunku.
"Kau benar. Gara apa ada sesuatu yang kau inginkan? Hari ini umurmu bertambah satu tahun" ibu menangkup pipiku dengan dua telapak tangannya yang hangat.
"Ibu, aku sudah besar. Aku tidak perlu hadiah ulang tahun. Jangan juga perlakukan aku seperti anak kecil" protesku ketika ibu mencubit-cubit pipiku.
Ibu tertawa, "Astaga, anak ibu sudah besar. Kalau begitu, Allegro, pergilah bersama adikmu. Kami akan menunggu disini" ibu memberikan koin simpanan kak Allegro yang didapatnya setiap hari karna membantu kakek Northcliff dalam beberapa pekerjaan kecil.
Aku dan kak Allegro turun, menyeberangi jalan yang tidak terlalu kering. Kami memasuki toko itu, dan saat melihat penjualnya aku tau dia adalah seorang bangsa Vampire.
"Selamat datang kembali, pangeran Allegro, pangeran Sagara" hormatnya ketika ia menyadari kedatangan kami.
"Terimakasih atas sambutannya, paman. Aku datang untuk bertanya, apakah degger yang kupesan itu sudah selesai?"
Paman itu membungkuk lagi, "Sudah selesai, pangeran. Akan saya bawakan" lalu ia pergi untuk mengambilkan benda yang dipesan kak Allegro.
"Kapan kau memesannya, kak?"
Kak Allegro menjawab, "Beberapa hari saat kita berangkat pergi ke negeri Danveurn."
Selang beberapa detik, sang penjual kembali dengan membawakan sebuah degger, "Ini pangeran. Diukir dan diberi warna dengan ukuran sesuai yang pangeran inginkan."
Kak Allegro mengambil degger itu dari tangan sang penjual, lalu memberikannya padaku, "Apa kau menyukainya?"
Tentu saja aku suka, ini hadiah dari kak Allegro. Lagipula, aku tidak pernah dibolehkan memegang benda tajam seperti degger atau alat-alat dapur. Apa yang akan pertama kali kugunakan dengan degger ini?
Setelah dari tempat itu, kami kembali. Aku sangat senang karna memiliki benda ini, dan jangan lupa sarung deggernya yang juga indah, terbuat dari bahan kulit naga agar tahan dengan api. Aku meletakkan degger itu dipangkuanku.
"Sebuah degger?" Tanya ibu sambil melihat kak Allegro.
"Umurnya sudah delapan tahun, jadi kupikir disituasi seperti ini dia harus sudah memiliki setidaknya satu benda yang akan melindunginya. Setidaknya ketika aku tidak sedang bersamanya."
Sungguh, aku akan menjaga benda ini. Jika aku akan pergi kemana saja, aku akan membawanya bersamaku.
Setelah perjalanan yang panjang akhirnya kami tiba di kerajaan Claverdon. Kami turun dari kereta dan barang kami langsung dibawa masuk.
"Yang mulia" panggil salah seorang pria yang asing wajahnya. Pria itu memiliki tubuh besar, rambut hitam tipis, dengan jubah Hunter abad ke-16.
Ayah menyadari kedatangannya, "Jangan panggil aku dengan sebutan itu, penurunan tahta masih beberapa minggu ke depan."
Pria itu membungkuk hormat, selang beberapa detik, matanya mengarah pada kak Allegro, "Apa kau pangeran Allegro?"
Kak Allegro mengangguk, "Apa paman adalah Dandelion Chairoz, mantan Hunter yang kemarin menghadiri perjamuan itu?"
Pria itu tertawa, "Iya, akhirnya kita bertemu. Aku mendengar banyak hal tentangmu. Lalu apa kau pangeran Sagara?"
"Gara" ucapku.
Chairoz menatap ayah sekilas, "Bagaimana kalau kita keliling kerajaan sebentar?"
"Tidak ikut."
"Ayolah Gara, dia itu seorang mantan Hunter. Apa kau tidak penasaran?" Bisik kak Allegro membujukku.
Aku menatap ibu sebentar dan menghembuskan napas panjang, "Baiklah."
"Kalau begitu, kami akan meninggalkan kalian berdua bersama Chairoz. Selamat bersenang-senang" ucap ibu sambil menggandeng tangan ayah, berjalan masuk kedalam kerajaan disusul beberapa Prajurit Emas yang mengawal mereka.
Kami bertiga mengelilingi kerajaan, sampai ke taman belakang. Chairoz bercerita banyak tentang dirinya dan bagaimana misi-misi yang ia jalani. Aku mendengar banyak kondisi sulit yang ia hadapi disaat menjalankan misi pemburuan Hybrid waktu itu.
"Saat itu, aku dihadapkan oleh dua pilihan sulit. Antara menyelamatkan diriku sendiri, atau menyelamatkan rekanku yang sedang melindungiku."
Chairoz menatapku, "Dia berteriak, menyuruhku untuk lari. Tapi yang kulakukan hanya berdiri menatap sisa-sisa tenaganya untuk menggerakkan pedang."
"Hingga akhirnya, dia berteriak untuk kedua kalinya. Menyuruhku lari. Aku tidak tau saat itu, kalau aku memilih pilihan yang benar. Mengorbankan rekanku demi aku tetap hidup. Aku juga tidak tau, apa yang ada dipikirannya sampai dengan mudah mengatakan hal itu."
Kak Allegro bertanya, "Apakah kau sudah tau jawabannya?"
Pria bertubuh besar di depanku berkata, "Karena ia lebih mengutamakan keberhasilan misi ini daripada menyelamatkan nyawanya sendiri."
"Tapi dia itu rekanmu!"
"Pilihan yang bijak membawa kita ke jalan yang terang benderang. Pikirnya, jika saat itu aku menolongnya yang sudah sekarat, ada kemungkinan kami sama-sama tidak selamat dan membiarkan Hybrid itu menghancurkan desa serta orang-orangnya."
"Dia pikir, mengorbankan 1 nyawa sebanding dengan menyelamatkan ratusan nyawa orang-orang."
Aku sebenarnya tidak terlalu peduli, ini hanya karna kak Allegro. Dimataku, Chairoz adalah orang biasa yang beruntung bisa sekuat itu.
Aku melihat dua pegangan pedang yang kelihatan dipunggung Chairoz. Tepat sekali ia langsung membuka jubah Hunter yang dikenakannya, dan dengan jelas aku melihat dua buah pedang panjang, diletakkan menyilang di punggungnya.
"Wow, apa itu sungguhan?" Kak Allegro bertanya.
"Tentu saja."
"Dari mana kau mendapatkannya?" Tanyaku sambil membandingkan benda itu dengan degger yang dihadiahkan kak Allegro.
"Dari pandai besi yang ada di wilayah bangsa Wizard, di teritorial kerajaan Terpsichore" ungkapnya.
"Ayah selalu punya beberapa pertemuan diluar teritorial Vampire, pernah sekali aku memintanya untuk ikut, tapi ayah tidak pernah mengizinkanku. Andai aku jadi seseorang sepertimu, aku pasti bisa mengelilingi dunia" itulah impian kak Allegro. Dia ingin bisa melihat kondisi bangsa lain, kerajaan-kerajaaannya, atau bahkan pack-pack yang ada.
"Itu karna kau masih kecil. Semua orang tua juga akan melarang hal semacam itu. Tapi, kerajaan sepertinya sedang sepi. Bukankah anggota kerajaan Claverdon sangat banyak?" Tanya Chairoz.
"Memang banyak. Tapi beberapa memilih untuk tinggal di kediaman mereka masing-masing" jujurku.
"Vampire memang suka keheningan, terkadang hal itu membuat mereka tenang" ucap kak Allegro.
"Terkadang hal itu juga membuat mereka lebih unggul dalam pertarungan" kataku.
Setelahnya kami memutuskan untuk masuk ke dalam. Tapi sebelum kami tiba di ruang keluarga, di ambang pintu aku melihat beberapa Prajurit yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
"Kalian seharusnya tidak melakukan ini" suara itu milik kakek Northcliff, dia datang dari sisi lain.
Aku melihat seorang pria yang melepaskan helm besi itu, "Maaf mengganggu ketenanganmu, Yang Mulia. Para petinggi mengutus hamba untuk membawa anak Hybrid itu, bukan kah hari ini usianya 8 tahun?"
"Apa yang akan para Elder lakukan?" Ayah bersuara.
"Sebenarnya, hamba tidak ditugaskan untuk menjelaskan permasalahan ini. Tapi Pangeran dibawa demi kepentingannya dan demi kita bersama. Pangeran akan dapat penanganan, seperti yang pernah terjadi abad lalu" ucapnya.
"Kau pikir aku mempercayai tim Healer INTI? Kau lupa, aku satu-satunya yang tidak mendukung pengendalian itu meski faktanya mereka berhasil" kata kakek Northcliff.
"Yang Mulia-"
"Aku tidak ingin cucuku kenapa-kenapa," saat mendengar itu aku menatap kakek Northcliff. Ini pertama kalinya aku mendengar ia menyebutku cucunya.
"Kenapa pengendaliannya tidak di kerajaan saja?" Ibu yang terlihat sangat ketakutan akhirnya angkat bicara.
"Itu adalah keputusan INTI. Hamba hanya menjalankan tugas" katanya sambil sedikit membungkuk hormat pada ibu.
Ayah berbalik menatap kakek Northcliff, karena ia tau keputusan Raja dari negeri Urcmoonth itu tidak bisa diganggu gugat.
"Aku yang akan menjaminnya. Berikan dia waktu untuk berkembang agar kita mengetahui hal-hal kedepannya, dia juga perlu mengerti soal ini. Jika kau membawanya sekarang secara paksa, itu sangat tidak baik untuk pertumbuhannya" ucap kakek Northcliff dengan wajahnya yang serius.
"Bagaimana jika sifat itu muncul?"
"Tapi aku pastikan, tidak akan terjadi sesuatu yang fatal. Berikanlah dia waktu" ayah memotong dengan lantang.
Pria itu tampak sedang berpikir, "Hamba adalah pemimpin pasukan INTI, namun hamba juga menghormati kerajaan tertinggi. Hamba akan menyampaikan pesan Yang Mulia pada para Elder, tapi izinkan hamba untuk datang kembali saat usia anak Hybrid itu menginjak 14 tahun. Hambar minta maaf telah mengganggu ketenangan Yang Mulia."
Para pasukan INTI bergerak meninggalkan ruangan. Disaat itu kami bertiga memasuki ruangan untuk ikut berkumpul. Ibu berlari, mengangkatku dan memelukku dalam dekapannya.
Aku tidak bisa melihat wajah-wajah seluruh anggota kerajaan saat ini. Tidak tau kenapa ibu mengarahkan pandanganku ke arah lain. Aku melihat para pasukan INTI yang berjalan serempak membelakangiku, kecuali sang pemimpin mereka yang menoleh melihatku.
Dia berhenti meninggalkan barisan pasukannya, demi menatapku dengan wajah serius itu. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Dia hanya berdiri melihatku dari jarak yang jauh, kemudian kembali berbalik meninggalkan tatapanku.
......To Be Continue.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments