#Alvin
"Akh !!! " aku berteriak tanpa sadar.
Entah kesalnya aku karena apa. Mungkin karena dia terlalu berani melawanku, atau karena--
#Author
Alvin memesan banyak minuman alcohol dia menghabiskannya sampai dia benar-benar mabuk.
Alvin membuat kerusuhan di tempat itu, menyenggol beberapa orang yang tengah asik bergoyang beberapa dari mereka mengerti akan kondisi Alvin. Sampai ada beberapa orang juga yang tidak bisa terima dengan kelakuan Alvin , mereka memukulinya sampai benar-benar babak belur. Yaya yang melihat dengan jelas kejadian itu langsung berlari memisahkan mereka, tapi niat baiknya membuahkan memar di pipinya. Karena Yaya juga terkena bogem mentah dari orang yang memukuli Alvin.
"Cukup cukup kalian kalau gak pergi saya panggil keamanan !" teriak yaya mencoba melerai sambil menahan sakit dipinggir bibirnya.
Akhirnya mereka pergi setelah keamanan benar-benar datang. Sementara itu Alvin tergeletak dilantai dansa tanpa ada yang berani mengangkatnya.
"Tolongin dong jangan diam saja !" pekik Uaya penuh emosi.
Akhirnya beberapa orang mau membantu Yaya mengangkat tubuh Alvin.
Alvin lumayan berat, mungkin karena dia tinggi. Yaya membaringkan tubuh Alvin diatas sofa diruangan karyawan.
"Terimakasih," ucap Yaya pada beberapa orang yang telah membantunya membawa Alvin.
#Yaya
"Kenapa si Vin kamu selalu menimbulkan masalah. Kamu ini terbuat dari apa sebenarnya, kenapa kamu gak pernah bisa bicara dengan lembut dan sopan sama aku," gumamku seraya membersihkan luka-luka diwajah Alvin.
"Ternyata kalau lagi gak sadar gini muka kamu polos banget ya Vin.
Gak seperti iblis saat kamu sadar,"gumamku lagi yang kali ini diiringi senyum kecil dibibirku. Namun lamunanku terganggu oleh rekan kerjaku yang tiba-tiba saja datang dan mengejutkanku.
"Dia siapa Ya ?" tanya teman kerjaku.
"Oh dia teman satu kelasku dikampus kak, kasian gak ada yang jaga, biasanya dia selalu bersama dengan teman-temannya, tapi malam ini dia datang sendiri, " jawabku.
"Hm, kalau begitu kenapa gak lo coba menghubungi keluarganya atau teman-temannya saja Yaya ?" ucap rekanku memberi solusi.
"Memang gitu seharusnya ,tapi aku gak punya nomor salah satu yang kakak sebutkan tadi , hehe , aw," aku mendesis kesakitan kurasakan ujung bibirku mulai terasa perih karena pukulan orang tadi.
"Kenapa itu Yaya ?
aduh lo pasti ngebantuin orang sampai lo juga luka begitu, obatin dulu saja sana, lo bisa ambil jam istirahat gua saja gak apa-apa."
"Serius kak ?
makasih ya kakak sangat baik sama aku," aku memberikan senyum termanisku padanya.
"Hm santai saja Yaya. Tenang ini gak gratis gaji lo bagi dua ya sama gua, haha " candanya mencoba membuatku tidak kaku lagi.
"Hm dasar," protesku.
Setelah temanku pergi aku memutar otakku berfikir gimana caranya agar Alvin bisa pulang kerumahnya . "Dia pasti bawa mobil, masa aku yang bawa , kan gak bisa, jadi aku harus gimana sekarang.
Oh ia kenapa gak aku coba pakai ponsel dia saja untuk menghubungi teman-temannya, aduh Yaya Yaya kamu memang selalu pintar dalam segala hal, kecuali dalam meluluhkan hati Alvin, " gumamku memuji sekaligus kecewa pada diri sendiri.
Aku periksa panggilan terakhir yang dia gunakan, disana tertulis nama riki, tanpa banyak berfikir lagi aku coba untuk menghubungi riki.
(Call)
"Hallo Vin, kenapa tengah malam gini telphone gua ?" jawab riki saat telphone itu diangkat diujung telphone.
"Hm maaf ini sama Yaya, Rik " jawabku perlahan.
"Hah Yaya ?
kok bisa ponsel Alvin sm kamu ?
gimana ceritanya ?" tanya Riki yang terdengar dari suaranya ia tengah terkejut.
"Hm, gini ceritanya, dia tadi terlibat perkelahian dengan beberapa tamu disini, dan dia juga mabuk parah sekarang dia lagi gak sadarkan diri. Maksud aku telphone kamu itu bisa gak kamu jemput dia dan bawa dia pulang ?" jelasku pada Riki.
"Oh gitu .
Oke Ya, tunggu sebentar lagi aku kesana, kamu tolong jaga dia dulu ya," ucapan terakhir Riki sebelum menutup telphone.
Setelah selesai aku memasukan lagi ponsel Alvin kedalam saku celananya, tapi Alvin memegang tanganku, dan memanggilku (MAMA). Aku bingung ada perasaan aneh didalam diriku, inginku lepaskan tanganku tapi aku lihat air mata mengalir dari celah matanya yang masih tertutup.
"Ternyata kamu juga bisa menangis Vin.
Aku kira iblis seperti kamu gak pernah bisa merasakan sakit, " gumamku sambil memandangi wajah Alvin yang babak belur namun masih terlihat tampan.
Setengah jam kemudian Riki datang bersama ajeng untuk memjemput Alvin.
"Eh ini pasti gara-gara lo, kan ?
lo yang membuat Alvin sampai seperti ini, lo memang pembawa sial, " ucap ajeng yang langsung menuduhku tanpa bertanya dulu tentang kebenarannya, bahkan ajeng juga mendorong tubuhku dan menunjuk-nunjukan jarinya padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Annisa Fadilah
ih gondok aku sm si anjeng main tuduh" aja
2021-12-24
0
Jojo Kaffa
ngapain si ajeng di bawa2 segala sih
2021-10-08
0
Ana Nurse
Alvin itu terbuat dari kelapa muda.. Dari luar keliatan keras n kolot , tapi didalem nya kan cair en manis rasanya.. Hehehe
2021-08-08
0