"Antariksa! Udah jelas gerimis jemurannya gak di masukin sih?" Bintang mengomeli putra semata wayangnya.
Antariksa menutup bukunya, sedang menyiapkan jadwal pelajaran besok sebentar malah di marahi. Sewaktu pulang sekolah baru saja cuacanya cerah, mendung ingin sekali membuatnya di marahi.
Antariksa membantu mamanya, jemuran hari ini banyak. Mulai piyamanya, baju main, kemeja, piyama Bintang, piyama Angkasa, jika baunya sudah tak sedap bisa ganti dan langsung cuci. Kata mamanya setiap saat harus wangi.
"Yang ini kamu lipat yang rapi ya, jangan sampai kerahnya itu miring sana-sini." Bintang meletakkan jemurannya, melipat pakaiannya dan Angkasa.
"Iya mana bisa cowok ngurusin jemuran apalagi lipat baju," gerutu Antariksa, ia meletakkan piyama Angkasa di sofa yang panjang, harus rapi.
"Belajar, biar nanti istri kamu itu beruntung dapat suami kayak kamu yang serba bisa."
Bintang lupa jika ia kini tengah menggoreng ikan asin. "Tolong ke dapur ikan asinya di balik sa, nanti gosong. Cepetan! Biar mama lipat bajunya,"
Antariksa serba salah, jemuran, masak, menyapu, ngepel, setrika semuanya ia bisa karena di suruh setiap hari. Harus jadi idaman.
Masih bingung maksud mamanya tadi Antariksa tak tau harus bagaimana, ikan asin itu ia balik dengan hati-hati, takut minyaknya muncrat ke tangan kan panas. Dengan menjaga jarak Antariksa berhasil, sudah wangi bau ikan asin lagi.
Bintang sudah selesai melipat semua jemurannya, kini ia membantu Antariksa menggoreng.
Sudah di dapur Bintang kembali mengomeli. "Masa goreng kok jaga jarak? Terus ini? Kepalanya doang yang di goreng? Setengah mateng?" Bintang membenarkan ikannya.
"Kamu ini, masih aja gak berani goreng. Lebih ekstrem ikan bandeng sama ayam pakai helm, jas hujan. Aneh,"
Sabar sa, mungkin inilah terberat bagi dirinya dan para kaum hawa yang memasak. Bisa bantu tapi buruk, tolong ajari.
"Udah mateng, ambil piringnya."
Antariksa sudah faham, ke meja makan lalu makan siang bersama di rumah.
Bintang mengambil cobek dan membuat sambal sebagai teman makan pelengkap.
Angkasa yang mencium harum ikan asin pun lapar. Pulang kerja makan dirumah lebih hemat. Angkasa duduk, Antariksa menyiapkan lauknya, piring serta nasi dalam bakul. Lalu Bintang membawakan sambal di cobek.
"Makanan kampung emang enak, ya" Angkasa memang setiap hari mencoba menu ini, terasa asing setelah singgah di London dulu. Selalu instan, dan berlemak.
"Ya jelaa dong, ikan asin nih pasangannya nasi jagung." Bintang antusias.
Antariksa mulai makan, jika ikan tak mungkin pakai sendok dan garpu jelas tangan meskipun kadang tertusuk tulangnya.
☁☁☁
Esoknya Cica membawakan sandwich untuk Antariksa. Jangan lupa coklat impornya yang selalu dibawa. Antariksa biasanya berangkat sebelum bel 8 menit berbunyi. Cica menunggu di depan kelasnya.
Antariksa turun dati motor matic-nya, beruntung bel belum berbunyi.
Saat di depan kelasnya Antariksa mendapati Cica.
Cica menghampiri Antariksa. Memberikan bekal buatannya. "Aku buatin buat kamu, jangan dibuang nanti mubadzir." Cica memberikan dengan tangan bergetar, siapa yang tak takit dengan Antariksa? Setiap yang memberikan bunga, coklat, atau bekal secara langsung akan berakhir di tempat sampah.
Antariksa terdiam, ia sudah muak setiap hari di ganggu Cica.
Rinai yang baru memasuki gerbang dan akan menuju ke kelasnya pun langkahnya terhenti saat Antariksa memanggilnya.
"Rinai, sini." panggilannya pun selembut sutra, Cica sampai tak percaya jika di depannya ini adalah Antariksa.
Rinai menghampiri Antariksa. "Iya kak?"
Antariksa mengikis jarak, cowok itu mendekatinya hingga jantungnya berdegup. 'Bikin orang salting aja,' Rinai memundurkan langkahnya. Namun Antariksa menarik pinggangnya.
"Jangan takut, aku cuman mau tanya kamu bawa bekal?" Antariksa menjauhkan dirinya, rupanya Rinai tak bernafas.
Rinai mengangguk. "B-bawa kak,"
"Boleh liat? Aku mau,"
Apakah Antariksa mau nasi kecap dengan krupuk?
Rinai mengeluarkan bekal pinguin-nya. "Tapi, kan ini nasi kecap kak. Bukan makanan mewah,"
"Pingin merakyat aja," Antariksa memgambilnya.
Cica tak percaya. 'Bener-bener kebangetan ya, liat pembalasan gue gak bakalan tanggung-tanggung dan ampun,'
"Kalau bekalku di ambil nanti makan apa ya? Duitnya ketinggalan lagi," gumam Rinai, hanya nasi itu penyelamat rasa laparnya.
Antariksa mendengar Rinai mengeluh pun tau. "Nanti kita ke kantin, makan bareng. Kalau kurang biar aku traktir,"
"Beneran kak?" seharusnya Rinai gengsi, tapi bagaimana menolak makan bareng dengan pangeran galak?
"Iya, sana ke kelas."
Rinai tak tahan memerbitkan senyumnya, pagi-pagi sudah di suguhkan fenomena langka, nasi kecapnya di sukai Antariksa.
Brian yang baru saja datang memarkirkan motornya melihat bencana tersebut di pagi hari. "Pandai juga ya sa, tapi gue lebih bijak. Kali ini start gak lo doang, tapi harus sama."
☁☁☁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Liana
Ibunya Bintang,ayahnya Angkasa
anaknya Antariksa gitu yaa..
2021-04-30
3
pembaca dalam hati
ceilahh abang bright inimahh terkenal nya lewat novel bukan lewat filmnya wkwkw
2020-11-27
3
Try AngeLs
waahh saingan berat nih mereka
2020-07-04
2