Bab 9

Berada di restoran cepat saji, Arumi menyendokan es krim vanilla ke dalam mulutnya. Burger yang di pesankan oleh Agam hanya di makan setengah, itupun karna dia di paksa oleh pria dewasa itu. Agam pasti tidak mau mengantarkan Arumi pulang dalam keadaan sakit, jadi dia memaksa gadis itu untuk sarapan.

"Apa Om serius.?" Tanya Arumi setelah cukup lama menahan diri ingin mengutarakan pertanyaan itu pada Agam.

Pria itu memang belum memberikan penjelasan apapun mengenai ucapannya yang mengajak Arumi untuk memulai dari awal.

"Hmm,," Jawab Agam seraya mengangguk samar. Wajahnya datar, tatapan matanya fokus pada layar ponsel di tangannya hingga membuat Arumi tidak yakin kalau Agam benar-benar serius.

"Jangan dipaksa Om." Ucap Arumi sedikit kesal. Jawaban Agam terlalu singkat dengan gestur yang acuh, membuat siapapun yang melihatnya bisa merasakan ketidak seriusan Agam.

"Kalau memang ingin di akhiri, aku sudah ikhlas." Lanjut Arumi dengan senyum getir. Ikhlasnya hanya di mulut saja, tidak dengan hatinya yang mungkin patah menjadi beberapa bagian.

"Ck,, tau apa kamu soal ikhlas." Desis Agam yang tersenyum mengejek. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Asisten pribadinya baru saja memberi kabar kalau lusa dia harus pergi ke luar kota untuk menemui klien yang tidak bisa datang ke Bandung.

"Aku serius, tapi ada syaratnya." Kata Agam dengan ekspresi wajah yang membuat Arumi di landa curiga.

"Kenapa harus pakai syarat kalau memang serius.?" Arumi mencebikkan bibir.

"Jadi sekarang kamu yang menolak ku.?" Tegur Agam. Arumi semakin mencebikkan bibirnya. Bagaimana bisa Agam bicara seperti itu sedangkan selama ini pria itu tau kalau Arumi yang mengejarnya.

"Iish,,,! Bukan begitu maksudku." Arumi mendengus kesal.

"Jadi apa syaratnya.? Jangan membuat syarat yang aneh-aneh.!" Tegasnya memperingatkan. Agam mengedikkan kedua bahunya acuh. Dia yang akan memberikan syarat, jadi apapun yang akan dia minta tentu saja sesuai keinginannya.

"Berapa ukuran br a mu.?" Tanya Agam santai. Dia juga tidak memelankan suaranya karna tempat duduk mereka terletak di pojok dan hanya ada mereka berdua di sana.

Berbeda dengan Agam yang begitu santai melontarkan pertanyaan intim itu, Arumi justru membulatkan mata dengan mulut yang sedikit menganga. Dia tidak percaya Agam akan melontarkan pertanyaan frontal itu padanya.

"Ma,,maksud Om apa.?" Arumi terbata. Dia kaget sekaligus bingung karna tak bisa mencerna pertanyaan Agam yang ambigu. Entah menanyakan ukuran karna ingin membelikan br a untuknya, atau menanyakan ukuran untuk membulynya.

"Arumi,, da -da mu terlalu kecil.!" Ujar Agam penuh penekanan.

"Bagaimana aku bisa mencintai kamu kalau menciummu saja aku malas karna da- da mu rata." Celetuk Agam tanpa filter. Ucapnya semakin melantur saja, tapi masih bisa bersikap tenang. Sedangkan Arumi tampak celingukan, takut ada pengunjung lain yang mendengar ucapan Agam.

"Apa hubungannya cinta sama ciuman dan da- da.?" Arumi mencebik.

"Kalau seperti itu bukan cinta namanya, tapi naf su.!" Geramnya. Dia jadi kesal karna Agam menghina ukuran da- danya yang memang tak seberapa itu.

"Cinta dan naf su harus beriringan.!" Sahut Agam cepat.

"Bocah ingusan kayak kamu mana paham." Agam mencibir. Arumi tidak tau kalau hal semacam itu merupakan salah satu kebutuhan utama bagi pria dewasa. Bukan masalah siapa yang kuat iman atau lemah iman, tapi siapa yang burungnya paling normal.

"Terus maksud Om apa.? Om mau nyuruh aku buat implan da -da.?!" Tanya Arumi dengan kesabaran yang sudah menipis. Kalau sampai Agam menyuruhnya untuk implan, lebih baik dia meminta kedua orang tuanya untuk membatalkan perjodohan mereka saja.

"Apa enaknya.!" Sahut Agam cepat. Agaknya dia juga tidak mau mendapatkan da- da palsu.

"Kamu pikirkan sendiri cara membuat da- da mu besar, setelah itu aku bersedia memulai dari awal." Tegas Agam serius.

Arumi kembali di buat melongo. Dia baru tau kalau Agam bisa seliar itu dengan ucapannya yang frontal. Karna selama ini Agam terkesan acuh dan tidak tertarik untuk melakukan kontak fisik dengannya. Rupanya pria itu hanya akan tertarik untuk menciumnya jika memiliki ukuran da -da sesuai keinginannya.

"Om pikir selama ini aku nggak berusaha memperbesar ukurannya.?" Keluh Arumi dengan wajah lesu.

"Aku sudah mencoba minum obat pembesar dan pakai minyak untuk memperbesar, tapi nggak ada hasilnya." Arumi semakin tak bersemangat. Dia hampir frustasi lantaran iri melihat teman-temannya memiliki ukuran di atas rata-rata.

Bahkan punya sang Mama saja ukurannya cukup besar, harusnya ukuran itu menurun padanya sebagai anak.

"Jadi selamanya ukuran da- damu tetap kecil seperti itu.?" Agam menyipitkan mata, menatap tepat pada area da- da Arumi. Gadis itu reflek menutupnya dengan kedua tangan.

"Om,! Kondisikan mulut dan matanya, ini tempat umum." Tegur Arumi. Selain malu di lihat orang lain, dia juga tidak percaya diri pada Agam karna pria itu memperhatikan da -da ratanya.

Arumi lalu menggeser kursi ke samping Agam hingga nyaris tanpa jarak. Gadis itu mendekatkan wajahnya di telinga Agam dan membisikkan sesuatu yang membuat jakun pria itu turun naik karna menelan saliva.

"Mau kan Om.?" Seru Arumi setelah selesai membisikkan sesuatu pada Agam. Gadis itu menatap penuh harap, dia bahkan sangat tidak sabar untuk segera mempraktikkannya. Selain penasaran, Arumi juga ingin membuktikan apa cara itu ampuh atau tidak.

"Akan aku pikirkan." Jawab Agam datar.

"Ya ampun, untuk apa di pikirkan.?!" Protes Arumi.

"Bukannya Om sendiri yang ingin da -daku besar, jadi sudah seharusnya Om yang melakukannya. Nggak mungkin aku minta bantuan orang lain kan.?" Keluhnya dengan bibir yang cemberut.

Agam terdiam, pria itu tampak sedang mempertimbangkan tawaran Arumi yang tadi dibisikkan padanya.

"Om.? Bagaimana.?" Arumi menggerakkan lengan Agam karna pria itu tampak melamun.

Sebuah anggukan kecil dari Agam membuat Arumi mengulum senyum malu. Pipinya langsung merona karna membayangkan hal itu.

"Sekarang aku antara kamu pulang. Orang tuamu sudah menunggu,," Agam beranjak dari duduknya. Mau tidak mau, Arumi ikut beranjak dan mengikuti langkah Agam.

Pria itu mengantarkan Arumi sampai ke rumah dan menemui kedua orang tua Arumi untuk memberikan penjelasan agar mereka tidak salah paham.

"Maafkan saya, harusnya semalam saya mengantarkan Arumi pulang, tapi tiba-tiba demam dan pusing." Ucap Agam pada Andrew dan Amira. Mereka memang tidak menanyakan hal itu lagi karna semalam Agam sudah menjelaskannya, tapi Agam merasa perlu mengatakannya langsung agar mereka lebih percaya.

"Nggak masalah nak Agam, Tante percaya sama kamu." Amira mengusap pucuk kepala putrinya yang sedang mendekap lengan dan meletakkan kepala di bahunya. Amira sedikit terharu melihat raut wajah Arumi yang berbinar, putri tunggalnya itu terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.

"Lain kali kabari lebih dulu kalau terlambat pulang, kami khawatir terjadi sesuatu." Ucap Andrew pada Agam.

"Baik Om, saya pastikan ini terakhir." Jawab Agam tegas.

Pria itu selalu membuat siapapun akan percaya penuh padanya, mungkin karna kewibawaan dan kharisma yang dia miliki.

Terpopuler

Comments

Denzo_sian_alfoenzo

Denzo_sian_alfoenzo

hduh knp langsung mau knp gk da adegan pisah2 dlu sbntr biar agam tu tau rsnya d tinggalkn dgn rsa berslh gtu 😬

2023-10-05

2

Dewi Zahra

Dewi Zahra

lanjut kak

2023-09-30

0

Ica Snow Kim

Ica Snow Kim

ARUMI HAMPIR IKHLAS PUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN AGAM, TAPI TIBA-TIBA AGAM MAU LANJUTKAN HUBUNGAN DENGAN SYARAT, DADA ARUMI HARUS DI PERBESAR 😅😅😅

2023-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!