"Sayang, katanya kamu ke kantornya Elang ya?" Suara laki-laki itu mengejutkan nadanya seperti khawatir tetapi tidak wanita itu, ia sama sekali tidak merasa dikhawatirkan terlebih lagi oleh Gean. Wanita itu merasa takut, apa yang akan ia katakan jika laki-laki yang merupakan tunangan dan dompet berjalannya mengetahui fakta tentang dia yang merayu saudara kembarnya.
"Eh i-iya Ge, tapi kata Elang kamu lagi sibuk". Kening laki-laki yang berpakaian formal itu mengkerut bingung, karena ia terlalu khawatir dengan perkataan saudara kembarnya.
"Elang bilang dia mengusir-mu? apa itu benar?".
Carol menggelengkan kepalanya, dia tersenyum lalu menggiring Gean untuk duduk disalah satu kursi didekatnya. Cafe Bugenvil itu tampak semakin ramai beberapa pengunjung mulai berdatangan, memang jam makan siang sudah terlewat beberapa menit yang lalu.
"Tapi ada apa sampai kamu datang sendiri ke kantor?".
"Oh itu, lusa aku ada pemotretan di Bali apa kamu mau menemaniku?" Carol mengatakannya dengan pelan dan halus, lagi-lagi takut menjadi alibi-nya dihadapan Geandra Renandra Wijaya. Laki-laki yang sekarang menjadi seorang CEO muda di perusahaan properti milik ayahnya, menjadi anak buah kakaknya sendiri.
"Maafkan aku, sepertinya kali ini aku tidak bisa menemanimu. Lusa ada pertemuan penting dengan relasi papa". Gean benar-benar menyesal tidak bisa menemani wanita yang sangat ia sayangi selain ibu dan Aletha. Biasanya ia akan menemani kemanapun Carol akan menjalani pemotretan yang lokasinya diluar kota, sejak dijodohkan dengan Carol satu tahun yang lalu laki-laki berparas tampan itu merasa jika hidupnya terasa lebih baik. Wanita yang ia kenal memiliki kepribadian yang sangat baik, apalagi ia juga sangat menyayangi Aletha.
"Begitu ya, tidak apa aku akan pergi bersama managerku dan Airin" Ada nada kecewa dalam perkataannya, tetapi Gean senang jika Carol mau mengerti keadaannya yang sedang sibuk dengan perusahaan yang sedang mulai berkembang lagi. Apalagi setelah ayahnya jatuh sakit dan kondisi perusahaan sangat kacau, bahkan banyak terjadi korupsi didalam perusahaan. Elang dan Gean harus bekerja ekstra, Elang sebenarnya bukan Direktur Utama yang asli. Karena ayah mereka masih memegang seluruh kendali perusahaan secara langsung, tetapi karena sakit ayahnya meminta kedua putranya yang telah mampu dibebani tanggung jawab.
"Permisi tuan dan nona mau pesan apa?", Suara seorang waiters muda itu langsung menyadarkan kedua insan yang masih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Saya pesan kopi hitam tapi gulanya sedikit saja, kamu pesan apa yang?".
"Caramel macchiato".
Setelah mendapatkan yang dicari , waiters muda itu bergegas pergi meninggalkan kedua insan yang sekarang terlihat kikuk. Terkadang canggung juga akan menjadi masalah para pasangan yang jarang menghabiskan waktu bersama, seperti mereka yang hanya bisa sesekali bertemu atau jalan-jalan disekitar taman kota. Bukan sesuatu yang istimewa memang tetapi itu cukup membuat pasangan yang bertemu karena pertemuan bisnis itu senang. Jika boleh Gean ingin melepaskan pekerjaannya yang terlalu menyibukkan dirinya itu dan menemani wanita yang selalu berusaha ia bahagiakan.
"Gean , kemarin aku melihat ada cincin yang bagus dipameran berlian. Sepertinya cocok dengan jariku." Wanita itu baru bisa mengatakan keinginannya setelah lama berdebat dengan dirinya sendiri, lagi dan lagi takut. Takut jika laki-laki yang sedang menyeruput kopi yang baru saja diantar ke meja mereka itu tidak akan mengabulkan permintaannya, bukan tidak tahu malu tetapi siapa lagi yang bisa mewujudkan segala sesuatu yang sangat ia inginkan. Menjadi seorang model terkenal memanglah mendapatkan honor yang melimpah, tetapi uang yang ia dapatkan selalu kurang. Wanita itu terlalu rakus, seperti kata pepatah 'lebih besar pasak daripada tiang'.
"Tapi baru pekan lalu kamu meminta mobil yang baru, bahkan surat-surat mobil itu baru saja diantarkan tadi pagi. Apa tidak berlebihan jika membeli berlian dipameran?".
"Tapi teman-temanku sudah punya semua cincin berlian seperti itu, hanya aku saja yang tidak ada. Kamu nggak mau beliin ya buat aku? Gimana kalo itu sebagai gantinya karena kamu tidak bisa menemaniku pemotretan lusa?", Licik. Wanita itu benar-benar licik memanfaatkan kelemahan Gean untuk meraup harta laki-laki itu, dan memang dasar Gean seseorang yang tidak tegaan. Gean akhirnya mengangguk setuju dan apalagi selain mengalah, demi wanitanya bahagia ia rela kehilangan apapun bahkan nyawanya. Tetapi , untuk saat ini nyawanya sangat penting apalagi sekarang ada banyak orang yang menjadi tanggungjawabnya.
"Makasih Gean, aku sayang padamu", Dengan raut wajah yang sumringah Carol memeluk Gean, dan mengatakan kalimat yang berdampak pada hatinya. Hatinya sekarang rasanya begitu bahagia, ada rasa yang membuncah ketika mendengar Carol mengatakan sayang.
___________________________________________
Aletha duduk sendirian dengan wajah bosan di halte depan sekolahnya, karena sudah mendekati ujian dewan guru sedang rapat dan sekolah dipulangkan lebih awal dua jam. Dan setelah mengirim pesan pada kakaknya, Aletha memutuskan menunggu kakaknya dihalte yang sudah sepi.
"Kok belum pulang?", Suara berat itu membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya, tersenyum tipis lalu bergeleng. Ada rasa bahagia yang terselip direlung hatinya, Arka sahabat yang juga laki-laki yang ia suka sejak lama. Ia bersyukur walaupun hanya bisa menganggap laki-laki itu sebagai sahabat, karena kakaknya yang tidak pernah tenang ketika melihat adiknya berdekatan dengan laki-laki lain membuatnya menjadi salah satu gadis cantik berpredikat jomblo akut.
"Ditanyain malah senyum, nggak usah senyum nanti keliatan tambah manis", Arka benar-benar pandai membuat Aletha tersipu, wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Senyumannya memang manis, laki-laki mana yang akan melewatkan kesempatan untuk menikmati senyuman itu. Mereka selalu berlomba-lomba membuat gadis berambut panjang itu tersenyum, gadis yang sangat sulit untuk didapatkan karena memiliki dua bodyguard yang begitu tegas. Apalagi Elang, ada yang langsung mundur setelah mendapatkan ancaman darinya, berbeda dengan Arka yang masih bertahan walau sudah berkali-kali mendapatkan bogeman mentah dari Elang.
"Pantesan telepon kakak nggak diangkat ternyata lagi dikencan dengan si curut? Dan kamu sudah saya peringatkan jangan dekat-dekat dengan adik saya lagi! Apa kamu tidak paham dengan bahasa saya?".
"Saya paham, tapi saya tidak bisa tinggal diam melihat Aletha yang selalu dikekang oleh orang yang katanya kakaknya. Aletha itu sudah seharusnya memiliki kebebasan, dia bukan budak yang harus selalu menuruti apa yang anda perintahkan!", Kedua bola mata cokelat gadis itu membola mendengar perkataan Arka yang jelas menantang kakaknya. Walaupun apa yang dikatakan Arka itu benar tetapi Aletha rela mendapatkan semuanya, selagi hidupnya masih terasa nyaman.
"Itu semua demi kebaikan Aletha! kamu siapa memangnya? Aletha jauh lebih bahagia ketika jauh dari orang sepertimu." Setelah menyelesaikan perkataannya Elang segera meraih tangan Aletha, berniat pergi meninggalkan laki-laki yang tampak sudah marah.
"Saya pacar Aletha! Saya pasti bisa membahagiakan Aletha bukan hanya bisa mengekangnya seperti seorang budak!".
Bugh!
Wajah Elang merah padam karena marah, satu bogeman mendarat dengan sempurna dipipi kanan Arka. Bogeman lagi mendarat dipipi kirinya, membuat Arka tidak tinggal diam laki-laki itu berbalik memukul. Tetapi Arka salah perhitungan, karena bukan Elang yang terkena pukulan Arka tetapi gadis yang kini tersungkur dibawah Elang.
Aletha tiba-tiba menghalangi Arka yang ingin memukul kakaknya, entah kenapa ada perasaan tidak rela jika kakaknya itu disakiti. Kedua laki-laki itu sangat terkejut, mereka begitu khawatir dengan Aletha yang masih terduduk di trotoar. Wajahnya biru meninggalkan jejak pukulan Arka yang begitu kuat, memar nya terlihat mengerikan pada pipi seorang gadis. Tiba-tiba tubuh kecil Aletha melemah dan jatuh pingsan, gadis mana yang akan kuat menahan pukulan keras diwajahnya.
Dengan segera Elang membawa Aletha pergi dan menendang Arka yang masih terkejut dengan apa yang terjadi, laki-laki itu terjengkang ke belakang. Wajahnya pias, ada rasa menyesal yang begitu mendalam. Perasaan yang begitu menyiksanya, niatnya hanya ingin menjaga Aletha justru ia yang menyakiti gadis yang ia cintai. Tangannya terkepal erat dan dengan amarah yang begitu besar itu melayangkan pukulannya pada lantai trotoar.
Sementara Elang begitu khawatir dengan Aletha yang pingsan, ia melajukan mobil sport-nya dengan kecepatan diatas rata-rata. Untung saja jalanan ibukota saat ini sedang berpihak kepadanya, jalanan sudah tidak lagi macet seperti pagi tadi. Sesekali Elang menoleh kepada adiknya yang masih terduduk tak berdaya, tangannya yang satu sibuk menyetir dan yang satunya ia gunakan untuk mengelus kepala Aletha.
"Kak? Aku kok dirumah sakit sih?" Kata gadis itu dengan suara lirih, tetapi membuat Elang sangat lega.
"Masih pusing? sakitnya sudah berkurang belum?".
"Aletha nggak apa-apa kok kak", Walaupun laki-laki itu lega mendengar jawaban gadis itu, tetapi dia tidak rela melihat bekas luka diwajah bersih Aletha yang sekarang ternoda. Elang mengelus kepala Aletha dengan sayang, laki-laki itu terlihat seperti menganggap Aletha seperti porselen yang sangat berharga dan rapuh. Menyentuhnya saja harus dengan hati-hati, takut jika tiba-tiba akan rusak karena telapak tangan kekarnya.
"Sayang, kamu nggak apa-apa? setelah dengar dari Elang kamu masuk rumah sakit mama langsung kesini." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik alami itu berseru dengan sekumpulan ke-khawatiran, napasnya tersengal seperti baru saja berlari. Wajahnya yang terlihat mulai berkeriput itu, semakin terlihat berkerut karena melihat memar yang parah diwajah anak gadisnya.
"Kok sampai bisa memar seperti ini, apa yang terjadi?".
"enggak ada ma".
"Ini semua gara-gara si curut, Aletha mulai hari ini kakak tidak mau tahu jauhi laki-laki bernama Arka itu. Sampai kamu masih dekat-dekat dengannya, kakak kirim kamu kerumah Oma!". Jawaban Aletha sama sekali tidak digagas oleh Elang dan Renata. Bahkan wanita itu setuju dengan ancaman Elang, Aletha menggelengkan kepalanya cepat pergi ke rumah Oma-nya sama saja menyerahkan diri didepan seekor Cheetah. Oma-nya sama sekali tidak menyukai Aletha, setiap pergi ke rumahnya manor milik wanita tua itu hanya pukulan dan tendangan lalu makian yang gadis itu dapatkan.
"Mama setuju sama kakak!".
Aletha lemas apa yang bisa ia katakan lagi jika dua orang yang ia sayangi itu sudah berkomplot untuk memutuskan sesuatu, bahkan meminta tolong kepada papa atau Geandra tidak akan mengubah keputusan mereka.
"Kak, besok kamu balas saja bocah itu. Sampai berlutut minta ampun".
"Pasti ma!".
Aletha menyerah sekarang, Mama dan kakaknya memang seperti baterai dan remote nya satu paket. Ibu mana coba yang menyuruh anaknya membalas dendam memukuli orang, dan yang lebih parah lagi mereka selalu seperti itu dengan setiap laki-laki yang mendekati Aletha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
ayunda
spertix aleta bukan anak kandung dan si elang tau soal itu jadi dia jaga mati matian supaya tdk ad laki2lain yg dketi aleta,makanya dia juga nolak perjodohan itu krna si elang suka sma si aleta
2020-11-16
7
Tiara Holika
berarti bener Aleta bukan ank kandung
2020-10-17
8
senja
apa orang di sekitar gak tau kl Omanya gak suka?
2020-10-08
4