Setelah pembagian mangga, Richi bilang semua boleh kembali ke kamar masing masing dan istirahat.
Nanti sore mereka berkumpul di sebuah tempat. Semua setuju dan bergegas meninggalkan restoran.
Yang paling senang agaknya Mardo, sebab kelihatan sekali ia tersiksa sejak kehadiran pria idola ke dalam restoran itu. Vana memastikan hal itu. Ia berdiri dan mengajak Mardo ke kamar sembari membawa empat buah mangga. Ia kesulitan. Tapi Mardo sama sekali tak mau menyentuh mangga tersebut. Buru buru mendahului pergi ke kamar. Justru Vana berjalan ke meja Raka dan teman temannya. Sekali lagi Vana mengucapkan terima kasih karena sudah diberi mangga yang harum. Raka hanya mengangguk-angguk saja.
Halima tak betah berada di kamar. Ia setengah memaksa Sarah Lee berjalan-jalan melihat kapal dan suasananya.
"Lee, ayo kita kelilingi kapal ini. Aku penasaran."
Halima menarik Sarah Lee yang sedang mengancing celana jinsnya. Ia baru saja membukanya karena ingin berbaring, tapi Halima menarik tangannya. Terpaksa Sarah Lee mengancingkan lagi celana jins itu. Setengah terbirit birit mengikuti Halima.
"Sabar Torang Halima, beta punya celana belum selesai dikancing ini."
Kedua gadis itu tertawa-tawa sembari menyusuri badan kapal.
"Parah kelakuan torang Halimah, ini kalau kelihatan bagaimana?"
Sarah masih mempersalahkan resluiting celana jins yang belum terkancing.
Akhirnya Halima gemes dan merunduk di depan, Ia berusaha menaikkan resluiting gadis itu, susah payah dan akhirnya berhasil.
"Torang pakai celana sendiri atau celana adik kah? kekecilan sekali!"
Halima ngomel karena tangannya sakit saat mengancing jelana jins Sarah Lee.
Kemudian mereka berdua mulai memandang ke kiri dan ke kanan. Menyusuri apa saja yang ada di dalam kapal watam pone tersebut. Halima berlarian ke sana dan kemari.
Sementara Zamzam, Betty dan Rossy masih berkutat di dalam kamar. Mereka mendapat kamar yang lebih besar. Ada dua tempat tidur. Satu besar untuk Zamzam berdua dengan Rossy, sedangkan yang agak kecil ditempati oleh Betty. Ketiganya tengah berbincan bincang sembari berbaring. Agak terkejut juga saat tadi ketiganya melihat pria Idola ada di kapal.
"Kak Raka tumben banget ya sekarang sering ke kota eksotik, dan ikut berlayar pula."
Zamzam yang pertama membicarakan pria idola.
"Seperti katanya tadi, Papi memberinya tanggung jawab menjaga kita semua yang masih dibawah umur."
Mereka mengangguk-angguk.
"Asyik ya, kita bisa dekat dengan kak Raka selama liburan, jadi makin semangat nih."
"Apa kak Raka sudah menemukan gadis cinta pertamanya ya?"
Ketiganya saling pandang, penuh misteri.
"Kalau itu terjadi, gadis gadis kota eksotik akan menangis, tapi tangisan bahagia dan terharu."
"Kamu yakin tangis bahagia?"
"Tangisan kehancuran kali, sebab cinta bertepuk sebelah tangan kwa kwa kwa."
"Torang iya, kalau beta benar tangis bahagia sebab mulai saat itu beta bisa fokus cari laki laki."
"Oh, jadi torang menunggu dan berharap seperti itu ya? kenapa bisa sama dengan beta?"
"Jadi kalian juga? Kwa kwa kwa.."
Kamar itu ribut oleh suara tawa kegelian.
Di tempat khusus bersantai.Tiga orang cowo tengah berbaring sembari bercengkrama.
"Dia, kalian ingat tidak?"
Raka menolehi teman temannya.
"Siapa?"
"Masa nggak tau yang kumaksud."
Raka kesal.
"Jini? hemmm tambah cantik sih."
"Iya, tubuhnya dah memiliki liku liku,montok dan mulus."
"Bukan."
Raka menghentak.
Dua temannya yakni Deni dan Sammy, terkejut.
"Ohhh, kalau begitu tentu Laura ya.?"
"Dia juga sexi banget, tadi liat kan, bajunya nyaris melorot."
"Huh, Kalian ini."
Raka mendengus sebal.
Deni dan Sam jadi serba salah. Raka beranjak pergi, meninggalkan temannya yang bodoh. Anggapan Raka begitu, karena tak tau apa yang ia maksud.
"Apa kamu tau siapa yang dia maksud?"
Deni menolehi Sammy. "Kurasa gadis yang menyebutnya dasar ceroboh"
"Kau benar, kenapa kau tak bilang? malah menyebut nyebut yang lain."
Sammy tersenyum, "Aku suka jika dia marah kwa kwa kwa."
"Dasar kau!"
Mereka berdua saling melempar bantal. Keduanya sahabat yang akrab. Seingat Deni ia sudah sangat lama bersahabat dengan Sammy. Sebelum mereka berdua bertemu Raka. Sehingga tiap peristiwa penting dalam kehidupan mereka selalu menjadi referensi.
"Deni, kau ingat kan kejadian ini? atau "Sam, ingatkah kau ketika kita berdua?"
Atau sejenis itulah. Orang mengira mereka adalah saudara, keduanya sangat dekat dan saling menjaga. Orang tua mereka menyekolahkan di TK, SD ,SMP, SMU hingga sama sama mengembara di jakarta di universitas yang sama.
Mereka sedikit lupa bagaimana awal mula persahabatan terjalin dengan Raka. Yang jelas orang tua mereka sama sama ditugaskan ke kota eksotik. Mereka bertemu di kota itu saat SD. Persahabatan ketiganya berlanjut karena sama sama memiliki selera mentertawakan yang kekanak-kanakkan.
Diantara mereka bertiga tidak ada yang serius mengejar cita-cita. Semua yang mereka lakukan atas keinginan orang tua. Dan mereka melakukannya. Ketiganya tidak tau tujuan hidup mereka kecuali membuang-buang uang orang tua.
Bolos serta pergi ke tempat tempat yang jauh amat sering mereka lakukan. Mobil Jaguar milik Raka melintas di berbagai tempat yang penuh sensasi. Selanjutnya tidur bertumpuk tumpukan di mobil. menghabiskan hari duduk berjam-jam menikmati suasana matahari terbenam atau terbit di kaki langit.
Raka dan Deni menyukai duduk di bibir tebing menjuntai-juntaikan kaki membuat batu-batu berjatuhan. Mengadu keberanian berdua, sedang Sammy lebih suka menatap jurang dari kejauhan. Ia beralasan pusing jika melihat ke bawah.
Setelah lulus SMU mereka bertiga tertarik dengan megah serta hinggar- bingarnya ibu kota. Lalu sama mendaftar di perguruan tinggi swasta yang bayarannya sangat mahal. Orang tua mereka setuju saja saat mereka katakan sekolah tinggi tersebut menawarkan kelas kelas kesarjanaan bisnis yang bagus.
Juga mengarahkan mereka ke sesuatu yang positif dan berkait dengan karier cemerlang di masa depan. Selain itu mereka juga mengambil kelas managemen bisnis di negara tetangga. Bukankah sangat keren?
Hanya saja, seseorang mulai berubah sekarang ini.
Menjadi lebih dewasa, suka menyendiri dan agak sensi. Mereka membayangkan, maksudnya Deni dan Sammy, kelak Raka akan bertemu wanita dewasa yang memperdulikan karier serta materialistis, wanita yang di dalam tasnya terdapat lipstik, bedak serta bau-bauan yang enak.
Yang suka menunjuk nunjuk saja semua isi mall yang diinginkannya. Perempuan seperti itu amat cocok menurut Deni dan Sammy. Namun justru gadis cinta pertama sahabat terbaik mereka jatuh kepada seorang gadis belia. Rambutnya sebahu yang suka diikat ditengah, mengenakan kemeja kebesaran, cuek, serta sering membesarkan mata dan berkata, 'dasar ceroboh!
Mardo dan Vana jatuh ke tidur yang lelap. Bunyi deru mesin serta kapal yang bergoyang seperti ayunan membuat tidur yang lelap. Sampai suara cempreng ribut di depan pintu.
"Nona Mardo! nona Vana, bangun sudah sore!"
Keduanya seperti dikejutkan. Terdengar lagi lebih kencang, "Nona Mardo! kita mau bercengkrama di dek kapal, kalian menyusul ya."
"Iya,"
Mardo membalas teriakan Halima Haremba.
"Yuk ke dek,"
Mardo turun dari tempat tidur, membasuh wajahnya dan kemudian menyisir rambutnya.
Vana melakukan hal yang sama. Lantas keluar dari kamar dan pergi ke bagian dek kapal.
"Hai! rupanya kalian sudah berkumpul di sini, kami paling belakangan ya."
Mardo menghampiri teman-temannya sembari berlari dan tertawa kemalu-maluan. Vana menyusul di belakang menimang nimang tas kecil berisi handphone dan kunci.
"Duh, nyenyak banget tidurnya, cocok ya suasananya bikin nyaman."
Iya, sembari menempatkan dirinya diantara Zamzam dan Rossy.
"Ich, sempit sempit, mana belum mandi, bau bau!"
Saling dorong mendorong dari sofa lebar untuk menikmati sunset tersebut.
Mardo hanya tertawa lepas melihat kekonyolan Zamzam, Rossy serta Betty.
Sarah Lee bergegas ke dekat Mardo, menarik tangannya.
"Mardo yuk kesana, tempatnya bagus."
Halima juga menarik tubuh gadis itu mengajak ke sebuah sudut.
"Memang ada apa di sana?" Mardo tak bisa menolak. Ia ikuti Sarah dan Halima.
Sebuah tempat yang menyenangkan.
"Uh, tempatnya bagus," Mardo menggerak-gerakkan tubuhnya dan rambutnya. Hembusan angin membuat rambut dan bajunya bergerak-gerak. Sarah Lee dan Halima mengikuti tingkah laku gadis itu.
"Bagus kalau buat vidio ya," Mereka membuat foto-foto selfie dan mengajak yang lain berkumpul di situ. Jadilah Betty, Zamzam, Rossy, dan Vana berlarian ke tempat itu. Ramai dan seru gadis gadis itu beraksi, tawa mereka yang lepas menarik perhatian penumpang.
Raka memperhatikan gadis gadis yang sedang bercanda di bawah sana. Tak salah lagi, ada gadis cinta pertamanya. Buru-buru ia masuk kedalam mengambil teropong. Raka berdiri di depan kemudi kapal dan melihat gadis gadis itu. Ia memfokuskan teropong ke sosok yang selalu dalam pikirannya. Ia melihat sosok itu bergerak, tertawa, menggoda, tersenyum.
Raka tersenyum, gadis cinta pertamanya begitu gembira dan ceria.
Tiba tiba gadis cinta pertamannya menghadap kepadanya, Deg! jantungnya berdebar.
Mardo terkejut, ada seseorang yang memperhatikan mereka.
Oh!, gadis itu menarik lengan Sarah Lee menjauh.
"Ada yang memperhatikan kita! dari atas sana!"
Sarah Lee mengikuti mata gadis itu yang menatap ke atas.
"Oh, itu kak Raka. Dia sedang di ruang mengemudi, tidak apa apa."
Sarah Lee malah memanggil-manggil, dan melambai. Halima datang dan ikut-ikutan melambai.
Raka tersenyum, melambaikan tangannya.
"Huh dia membuatku terganggu!"
Mardo serta merta berbalik meninggalkan tempat itu.
Cikidot, sampai di sini dulu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
wah keren kk audionya 😍😍
2022-03-13
0
Ratika D
semangat thor, aku udah mampir like dan udah aku tambh ke favorit juga ya kx. salam dari kapan usai penderitaan ini
2021-10-19
0
riski iki
like ya nyicil ya thor..
semangat💪
2021-07-14
0