Hanya satu minggu setelah ijab qabul, Rei suami ku dinyatakan meninggal.
Maafkan aku suami ku, di saat saat ter akhir mu dulu, aku dan ibu mertua ku malah pergi menghadiri acara wisuda ke kampus, namun jangan salah kan aku atau pun ibu mertua ku sepenuh nya. Karena kepergian kami waktu itu pun adalah karena paksaan dari Rei. Ia dengan kekeh nya menyuruh ibu mertua agar bersedia mendampingi ku waktu itu, hingga akhir nya dengan berat hati, kami berdua berangkat ke kampus, sementara Rei hanya di dampingi ayah mertua ku, yang memang sejak saat Rei sakit, ayah mertua memilih untuk mengerjakan semua tugas kantor nya di rumah. Sungguh kasih sayang mereka untuk Rei benar benar luar biasa, bagi mereka memang Rei adalah segala nya.
Tapi, ya sudahlah, takdir tuhan memang tak ada yang bisa menebak, begitu pula tentang kisah cinta ku dan Reihan. Cinta kami harus di pisahkan oleh kematian, bukan atas dasar kemauan kita sendiri, Tapi inilah bukti nyata kuasa pencipta kami.
Tak ada mahluk satu pun di bumi ini yang dapat menentang garis hidup nya sendiri, meski ia sudah berencana, tapi tetap saja, tuhan lah penentu segala nya.
Tepat hanya sampai acara empat puluh hari mengenang wafat nya almarhum Reihan suami ku, aku memutuskan untuk kembali ke rumah peninggalan almarhum ke dua orang tua ku. Dan ibu juga ayah mertua ku?
Tentu saja mereka membiarkan nya. Bukan karena tak suka, tapi mereka justru tidak mengekang atau pun melarang, ibu dan ayah mertua ku adalah orang tua yang baik, atas dasar kebahagiaan ku, pilihan dan juga mimpi ku, serta perjalanan hidup ku yang masih panjang. (Semoga saja). Mereka membiarkan diri ku sendiri yang mengambil keputusan apapun itu. Bahkan tanpa aku minta, mereka mewariskan kontrakan sepuluh pintu pada ku. Baik bukan?" Tentu saja.
Coba bayangkan, ke depan nya nanti, aku hanya perlu menarik uang sewa tiap bulan nya pada para penyewa kontrakan warisan yang mereka berikan. Bahkan, meski Reihan sudah tiada, mereka masih mengharapkan agar aku menganggap mereka seperti orang tua ku sendiri. Oh sungguh mertua idaman bukan?
Tapi, meski diperlakukan dengan sangat baik oleh mereka, tak lantas membuatku besar kepala, aku justru merasa malu pada mendiang suami ku Rei, selama satu minggu menjadi istri nya dulu, aku bahkan tak pernah memberi nya apa apa. Termasuk hak batin yang bisa ia dapatkan dari ku kapan pun jika ia mau. Tapi nyata nya, ia tetap menjaga kehormatan ku sampai akhir hayat nya. Pernah dulu aku sempat menanyakan hal itu pada nya, mengapa sampai tiga hari kami menikah, ia tak pernah meminta hak nya pada ku, kami hanya tidur satu ranjang sambil berpelukan, hanya sebatas berciuman, itu saja tidak lebih, itu pun karena aku yang ber inisiatif memulai nya duluan. Sampai sampai aku berfikiran " apa karena penyakitnya itu, membuat ayam jantan Reihan tidak dapat berfungsi lagi ?"
Namun keraguan ku nyatanya tak terbukti sama sekali, karena Rei bilang pada ku
" Aku pria normal Rin, tapi bukan nya aku tidak mau melakukan itu pada mu, aku hanya takut, suatu saat nanti benih ku tumbuh di rahim mu. Dan saat itu, aku sudah tiada. Dan yang ada hanya kamu yang akan terbebani karena itu, kamu harus mengurus semua nya sendiri, menanggung semua beban itu sendirian, tanpa ada aku di samping mu. Aku akan sangat merasa berdosa jika sampai itu terjadi pada mu. Maaf kan aku. Kamu tau kan, umur ku mungkin bisa saja hanya bertahan sampai sekarang, nanti, atau besok. Dan jika hari itu tiba, aku hanya ingin kamu meng ikhlaskan ku, dan mulai lah hidup baru, cari lah pria yang benar benar mencintai mu dengan tulus. aku sangat nencintai mu Karina, trimakasih karena sudah mau menjadi istri ku, istri dari pria penyakitan yang tak berguna seperti ku. I love you Karina larasati ".
Nah itu lah ucapan almarhum Reihan dulu ,yang masih jelas terngiang di telinga ku sampai saat ini. Dan karena ucapan nya itu, jelas pula bahwa sampai detik ini pun, meski statusku se orang janda yang di tinggal mati suami nya, satu kenyataan yang tak dapat di elak kan adalah, tubuh ku yang masih perawan ting ting, alias masih bersegel.
Bahkan dulu, saat aku dan Almarhum Reihan masih berstatus pacaran dengan bertahun tahun lama nya, meski fisik Reihan masih sehat pun, ia tak pernah meminta melakukan hal hal yang lebih dari sekedar mengecup kening, dan itu pun sangat sangat jarang ia lakukan, padahal sangat banyak pria kampus yang secara terang terangan memuji kemolekan tubuh ku, paras ku yang cantik dan tubuh seksi yang aku miliki jelas menjadi daya tarik tersendiri bagi para pria, siapa yang akan menolak pesona se orang Karina?, tapi justru Reihan lah yang bersikap sebalik nya, berciuman saja ia lakukan setelah kita sah menjadi pasangan suami istri.
Sunggauh Reihan adalah pria baik yang telah tuhan berikan pada ku, meski hanya sebentar kami bersama, namun trimakasih Tuhan, karena aku pernah engkau ijinkan untuk bersanding dengan pria yang benar benar soleh seperti Reihan. Semoga almarhum engaku tempat kan di syurga mu.
Aku meng ikhlaskan mu suami ku, aku yakin orang baik seperti mu, sekarang sudah hidup dengan tenang di alam sana, tanpa perlu merasakan sakit lagi. Dengan perasaan bahagia yang abadi.
Seperti ke inginan almarhum dulu, juga dukungan ayah serta ibu mertua yang membebaskan ku atas jalan apapun yang akan ku pilih, aku memutuskan untuk kembali bangkit, melamar pekerjaan ke kantor sana kantor sini, hingga akhir nya aku menjadi salah satu karyawan tetap di sebuah perusahaan besar.
Jujur saja, aku mencari kerja bukan karena aku yang merasa kekurangan uang, karena jika hanya untuk menutupi kebutuhan pribadi ku, meski statusku se orang janda, uang yang ku terima dari hasil penyetoran sewa kontrakan tiap bulan nya, tentu masih cukup untuk mencukupi kebutuhan ku sendiri. Tapi ini ku lakukan semata mata hanya karena aku mencari kesibukan untuk diri ku agar tak selalu merasakan kesepian, mencoba memulai semua nya dari awal lagi, bersosialisasi kembali dengan orang luar. Dan bertemu dengan orang orang baru.
Karena selama dua tahun ini, jujur aku tak pernah bergaul dengan siapapun kecuali satu, Rere sahabat ku. Itu pun hanya via telfon atau chat, atau kalau enggak, kita ketemu saat ngampus aja, udah itu doang. karena saat itu dunia ku benar benar hanya ter fokuskan pada Reihan dan segala pengobatan untuk nya. Meski berkali kali dokter bilang segala jenis pengobatan hasil nya akan percuma, tapi waktu itu, tekad ku kuat, dan kami selalu berharap agar ada ke ajaiban yang tuhan kasih, meski nyata nya, memang tuhan lebih menyayangi Reihan, dan memilih untuk membawa nya kembali.
Tapi,,, Ah.. sudah lah, itu hanya sepenggal masa lalu, yang sudah seharus nya menjadi jalan takdir ku, dan jalan takdir untuk Reihan.
sekarang aku hanya perlu menjadikan nya pelajaran untuk hidup ku kedepan, dan tentu saja, banyak pesan hikmah yang bisa ku ambil dari kisah perjalanan ku bersama Reihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments