Beberapa saat kemudian, ada seorang Dokter yang keluar dari ruang ICU disertai seorang perawat. Ayah pun segera mendekati Dokter "Dokter, bagaimana keadaan Putri kami?"
Dokter berkata dengan wajah sedih dan kecewa, "maafkan kami Tuan, kami sudah berusaha dengan semua kemampuan kami, tapi Putri Tuan tidak bisa terselamatkan, kami harap Tuan bisa mengikhlaskan atas kepergian Putri Tuan!"
"Tidakkkkk!!!! Dokter anda bohong kan! anak saya tidak apa-apa kan?" Bunda teriak histeris, air mata keluar begitu derasnya, dia tidak sanggup mendengar kabar Putrinya sudah tiada.
Ayah tertegun diam dia tidak bisa berkata apa-apa, yang ada adalah kesedihan "Dok bisakah saya melihat Putri saya?" Tanya Ayah ke Dokter dengan nada sedih tak berdaya.
"Silahkan Tuan Anda bisa melihat Putri anda tuk yang terkahir kalinya!" Ucap Dokter.
Akhirnya Ayah dan Bunda masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya ada jasad Nita. Bunda berkata dengan lirih dan sedih nya "Nita sayang, bangun nak ini bunda bangun sayang, jangan tinggalkan bunda!"
Ayah yang berada di samping jasad Nita hanya bisa diam dalam kesedihannya, dia sangat terpukul dengan kepergian Nita. Dan penyesalan yang begitu besar, kenapa harus terjadi kejadian itu, seharusnya dia bisa menjaga putri tersayangnya. Terbersit di hatinya kalo saja Alin tidak berlarian sendiri dan berhenti di tengah jalan maka Nita masih ada sampai sekarang.
******
Di ruangan Alin pun belum sadarkan diri, beberapa saat kemudian Bunda masuk ke ruangan Alin, dengan mata yang sembab karena menangis terus dan sampai saat inipun air mata nya belum berhenti keluar. Rio yang melihat Bundanya menangis yang duduk terkulai lemah bertanya "Bun! Bunda kenapa? bagaimana keadaan Mba Nita?"
Bunda pun langsung memeluk Rio dan menangis, lebih kencang lagi karena tidak kuat menahan kehilangan Putri tertuanya, "Mba mu sudah pergi untuk selama lamanya huhuhuhuhu, dia meninggalkan kita semua huhuhuhuhu." Tangis Bunda tidak bisa berhenti.
Rio pun menangis terisak-isak, karena Embanya sudah tidak bisa bersama-sama lagi. Dia kehilangan Mba yang begitu perhatian dan lembut jika berhadapan dengan dirinya. "Mba Nita huhuhuhuhu kenapa Mba pergi ninggalin aku? aku sayang banget sama Mba? Bun! Bun ga bohong kan? Mba Nita masih ada kan?" Tanya Rio sambil menangis.
"Rio sayang maafkan Bunda nak, ini semua nya sudah takdir Allah, kita hanya bisa pasrah dan iklhas menerimanya." Meski di dalam hati Bunda pun belum bisa mengikhlaskan kepergian Nita.
"Bun Bun ?"suara lirih alin terdengar, ternyata Alin pun tersadar.
"Alhamdulillah Alin sayang kamu sudah bangun nak, jangan buat Bunda kuatir lagi ya?" Ucap Bunda dengan lembut dan ada kesedihan dari nada bicara bunda.
"Bun kenapa Alin ada di sini? bukannya kita lagi nonton konser musik ya?" Tanya Alin yang masih kebingungan.
Bunda pun terdiam tidak bisa berkata apa-apa, entah apa yang akan terjadi jika Alin mengetahui bahwa Mba Nita sudah pergi, meninggalkannya untuk selama-lamanya.
"Bun kemana Mba Nita sama Ayah ?" Karena sedari dia sadar Alin tidak melihat Ayah dan Mba nya.
Sebelum Bunda menjawab, ternyata Ayah masuk ke ruangan rawat Alin. Dan Ayah langsung mengeluarkan semua emosinya, mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan. "Dasar kau anak tidak tau aturan! sudah dibilang harus jaga kelakuan mu! jangan pecicilan, jadi semua ini terjadi!! aku menyesal kenapa aku mengajakmu kemari! aku sangat membenci ketidak patuhanmu!!" Kata-kata Ayah begitu keras, dan kasar membuat yang ada di ruangan terdiam terpaku karena kemarahan Ayah.
Alin yang bingung kenapa Ayah marah-marah, seketika Alin pun menangis, 'apa yang telah aku perbuat? sehingga Ayah begitu marahnya!' gumam alin dalam hatinya.
"Ayah apa yang Ayah katakan? jangan seperti itu kasian Alin! dia juga anak kita sama seperti Nita?" Balas Bunda dengan marah dan menangis
"Ayah apa salahku? kalo aku salah aku minta maaf?" Kata-kata Alin dengan suara lirih antara sedih dan takut.
"Kamu tuh banyak salahnya! kamu banyak dosa nya! dan kamu adalah pembunuh!! kamu menghilangkan nyawa kakamu sendiri? puas kamu Alin! kamu sudah membuat aku kecewa dan menyesal seumur hidup ku!!" Kata-kata Ayah semakin kasar.
"Ayah cukup!!" Bunda berteriak karena mendengar kata-kata Ayah yang sudah keterlaluan.
Apa aku telah membunuh Mba Nita, aku pembunuh aaaaaaaaaaaaaaaa teriakan Alin memecah ruangan yang sedang kalut.
Alin pun teringat dengan kecelakaan yang menimpa dia dan Mba Nita. "Aku pembunuh!! aku pembunuh!! aku pembunuh!!!" Alin terus berteriak histeris tanpa henti mengucapkan kata kata "aku pembunuh!!". Sampai sampai Alin melepaskan selang infusnya, keluarlah darah dari bekas jarum infus yg dia paksa lepas, setelah melihat darah Alin makin histeris, karena dia melihat kilasan kecelakaan itu, 'darah? kenapa banyak darah? Mba Nitaaaaaaa!!"
Akhirnya Dokter datang, melihat keadaan Alin. Dokter memberikan suntikan penenang agar Alin bisa tenang. Akan tetapi setiap Alin terasadar dia selalu histeris dan jika melihat darah Alin semakin histeris.
****
Karena jasad Nita harus segera dimakamkan, maka Ayah dan Bunda memutuskan, kalau Ayah pulang terlebih dahulu untuk memekamkan Nita di Indonesia. Sedangkan Bunda dan Rio berada di Kairo untuk mengurus Alin, yang keadaan nya semakin mengkhawatirkan.
Beberapa hari berlalu tetapi keadaan Alin semakin parah. Dan Bunda pun menelepon Ayah, "Yah bagaimana pemakaman Nita sudah beres kah?"
"Alhamdulillah sudah Bun, Ini baru beres pengajian," Ayah berkata dengan lemasnya, dan masih terdengar kesedihan yang begitu dalam.
"Yah bisakah Ayah terbang ke Kairo? keadaan Alin semakin parah! dan Bunda harus konsultasi dengan Ayah dan Dokter langkah apa yang harus dilakukan?" Bunda berkata dengan pelan.
Ayah termenung sejenak mengingat apa yang sudah dia katakan pada Alin. Dan ada sedikit penyesalan di hatinya, tapi ego, penyesalan, kekecewaannya masih belum bisa membuat hatinya kesal terhadap Alin. Dan akhirnya Ayah pun terbang ke Kairo.
Di rumah sakit Alin semakin lama semakin parah, tidak masuk makan dan minum, setiap terbangun selalu histeris, dan itu membuat kuatir Bunda dan Rio. "Bun gimana keadaan Alin?" Tanya Ayah dingin
Bunda pun menceritakan semuanya yang terjadi, setiap kali Alin terbangun selalu histeris . Dan Ayah pun melihat keadaan Alin bandannya semakin kurus.
Alin pun terbangun, melihat sosok Ayahnya yang menyalahkannya, menyebutnya sebagai pembunuh kakaknya, Alin pun berteriak histeris ketakutan, "aku pembunuh! aku pembunuh! apa kau akan menghukum ku dan membunuhku juga?" Tanya Alin dengan sedih dan suara lirihnya.
"Tidak sayang, kamu bukan pembunuh siapa pun! dan tidak akan ada yang menghukum mu atau membunuhmu?" Jawab Bunda, dan Ayah hanya diam saja.
Alin terus teriak histeris, seorang perawat masuk dan memberikan suntikan penenang, agar Alin tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments
Ria Onits
😥😥😥 merusak mental anak ini ayah alin
2023-03-02
0
Ummu Istiqomah
nyesek bacanya, alin kasihan sekali, dia pasti lebih merasa bersalah atas kematian kakaknya, gak perlu di tambah lagi dengan perkataan ayahnya, 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-09-25
1
Kaktus Bulan
nyesek Banget
banjir air mataku sampai gak bisa baca 😭😭😭
2021-04-02
1