19. Semakin Kacau

Ibunda Shane di rumahnya tampak gelisah, ia mondar-mandir di lantai dua rumah majikan sekaligus juga besannya, yang di mana rumah itu telah dipasrahkan kepadanya sepenuhnya,

Raut wajah Nancy, Ibunda Shane menyiratkan kekhawatiran, tentu saja itu pastilah karena ada sebabnya,

Ya...

Dua jam lalu, ia baru saja mendapatkan kabar satu Lycan dikeroyok segerombolan vampir dan akhirnya meregang nyawa,

Jumlah mereka telah semakin banyak, tampaknya, para vampir yang selama ini bersembunyi kini telah bermunculan kembali,

Ada sesuatu yang menyebabkannya, dan itu adalah tak lain penerus raja mereka telah bangkit,

Penerus raja, sang putri terakhir, yang selama ini terkurung di bawah kastil tua itu dibangkitkan keluarga ular yang sempat bersembunyi di sana,

Tampaknya, mereka para ular, mencoba menambah kekuatan dengan membangkitkan Rosalia Ruthven, tapi sayangnya dia tentu saja bukan monster biasa yang bisa dimanfaatkan apalagi dikendalikan,

Tidak!

Itu jelas tidak mungkin,

"Ular itulah para pembuat kekacauan, bahkan pasti yang kini tengah harus dihadapi Shane di Indonesia pun adalah karena ulahnya,"

Gumam Nancy, Ibunya Shane seorang diri,

Rasanya ia begitu geram dengan keluarga ular itu, mereka sebagaimana sifat para ular, pandai sekali bersembunyi sekaligus membuat teror,

Nancy lantas berjalan mendekati kaca di lantai dua rumah itu, ditatapnya jalanan yang belakangan semakin sepi saat gelap mulai turun,

Entah kemana semua orang saat ini, tahu-tahu saja komplek itu kembali sepi, padahal beberapa tahun belakangan sudah mulai banyak rumah-rumah yang dihuni,

Nancy menatap langit yang temaram, langit yang sebentar lagi akan menurunkan salju,

Bulan-bulan sudah menjelang akhir tahun, saatnya salju turun kembali, dan pastinya jika salju turun masalah ini belum selesai, korban pun akan semakin banyak,

Nancy kembali menyapukan pandangannya ke seluruh rumah-rumah besar yang ada di sekitar rumahnya,

Rumah-rumah yang seolah sepi tanpa penghuni karena tak ada satupun lampu yang menyala di sana,

"Ke mana orang-orang sebetulnya? Apa yang terjadi?"

Gumam Nancy lagi, seolah bertanya pada kaca jendela yang ada di depannya,

Dan...

Di depan sana, di rumah yang tepat ada di seberang rumah yang Nancy tempati, sesosok perempuan tampak berjalan terhuyung-huyung dari lantai dua menuju lantai satu,

Perempuan yang masih memakai daster tidur warna putih dengan renda-renda itu berjalan menuruni anak tangga rumahnya satu demi satu,

"Haus... Haus..."

Gumamnya,

Tangannya yang berpegang di besi pegangan tangga rumah tampak kuku-kukunya memanjang dan runcing,

"Haus... Haus..."

Ia terus bergumam,

Begitu pula dengan beberapa rumah yang lain, satu keluarga tampak sebagaimana perempuan yang rumahnya di seberang rumah Nancy, mereka satu keluarga juga demikian,

Ayah, Ibu dan dua anaknya yang laki-laki dan perempuan, yang masih berusia sekitar sepuluh dan tujuh tahun juga tampak berjalan terhuyung-huyung,

Mata-mata mereka tampak memerah, gigi mereka tampak mengeluarkan taring yang runcing dan tajam,

Haus... Mereka pun terus menggumamkan rasa haus,

Haus...

Ya haus...

Haus darah manusia.

...****************...

Jakarta, Indonesia,

"Shane, apa kau bisa datang? Ada banyak korban lagi, jumlahnya kali ini benar-benar banyak."

Terdengar suara seorang pemuda di seberang sana melalui sambungan telefon,

Hari telah larut dan Shane baru saja menidurkan anaknya yang paling kecil di lantai tiga rumahnya,

Ia sengaja meminta semua anaknya untuk tidur cepat karena ia harus menyusul Marthinus yang katanya sudah mengetahui pergerakan terakhir vampir dari korban pertama yang terinfeksi,

"Korban vampir lagi kah, Ar?"

Tanya Shane langsung panik,

"Ya, seperti katamu, jika ada mayat ditemukan dalam kondisi leher tergigit, maka semua langsung dimasukkan ke dalam sel,"

Kata si penelpon,

"Ya tunggu sampai aku atau Paman Marthinus tiba, selama belum ada kami, maka jangan biarkan mereka berada di rumah sakit apalagi dibiarkan saja di TKP,"

Tegas Shane,

"Ya, aku bersama tim ku sedang memasukkan mereka di dua tempat dengan sel yang terpisah dari tahanan lain,"

Jelas si penelepon lagi, lalu...

"Aku akan langsung ke tempat mereka di sel, biar aku tangani mereka,"

Kata Shane pula,

"Baiklah, kita bertemu di sana, aku masih ada di TKP, banyak saksi yang masih histeris, keadaan begitu kacau,"

Kata si penelepon pula,

"Biar ku hubungi Paman Marthinus sebentar, Arya urus TKP saja, nanti kalau ada yang sepertinya mencurigakan, hubungi aku,"

Putus Shane,

"Ya baiklah, aku akan tangani di sini sampai semua kondusif, kau tak apa aku tidak menemani mengurus para korban?"

Tanya si penelpon yang seorang polisi bernama Arya,

"Tidak, tidak apa, aku bisa urus sendiri, kau hati-hati, pastikan selalu membawa senjata yang aku berikan tempo hari, senjata dengan peluru perak,"

Kata Shane berpesan,

"Ya Shane, terimakasih,"

Sahut polisi Arya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Zuraida Zuraida

Zuraida Zuraida

pusing aku, awalnya ajeng sekarang luar negeri makin ancur

2023-05-26

0

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

◉✿✪⃟𝔄ʀⓂ️𝐚𝐰𝐚𝐫✿◉

Omegooot Semua tetangga sudah kena virus vampir...

2023-02-17

1

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Ga moyangnya ga keturunannya selalu saja bikin onar dasar ular...

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!