PART 4

Jangan lupa kasih vote ⭐, Comment, and share 🌚🌝🌜🌛🌞

Jam berapa kalian baca ini ^^?

Happy Reading ^_^

❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥❥

Kenapa rasanya aneh saat melihatmu bersama dia? Apakah ini yang rasanya cemburu?

❥❥❥❥❥❥❥❥❥

      Hari ini Minggu—hari dimana bebas dari sekolah. Dafina dan teman-temannya itu pergi ke mall untuk nonton film dan makan-makan. Teman-temannya sudah balik duluan karena dijemput. Dafina sendirian di mall itu ia tidak mengenal siapapun.

      Hujan sedang turun derasnya membuat Dafina mendesah panjang. Coba seandainya dia tahu kalau hujan akan turun, dia bakal bawa payung. Dafina sudah memesan taksi & mobil secara online tapi tidak ada yang menerimanya dengan alasan karena hujan. Dafina menyukai hujan, tapi Dafina sangat kesal kenapa hujannya turun di saat waktu yang tidak tepat.

      Sebuah mobil berhenti di depannya, lalu pintu mobil terbuka. Tatapan mata Dafina melebar saat dirinya melihat orang yang turun dari mobil sambil membawa payung.

"Rifqi," ucapnya tanpa sadar.

      Orang yang turun dari mobil itu memang Rifqi, tapi Rifqi berjalan membukakan pintu untuk seorang cewek yang sangat cantik. Bahkan Dafina pernah berpikir mengapa Rifqi selalu dikelilingi cewek-cewek cantik? Padahal Rifqi itu orangnya playboy, badboy, nakal walaupun dia ganteng, tajir, blasteran, mancung.

"Aduh Daf, kenapa lu malah mikirin Rifqi sih? Lu aja baru kenal sama dia baru beberapa hari." Dafina menggelengkan kepalanya untuk mengusir Rifqi dari pikirannya.

      Rifqi dan cewek tadi masuk ke dalam mall. Dafina mengadahkan tatapannya ke arah langit, hujan masih turun dan belum ada tanda hujan akan berhenti.

"Kenapa harus hujan sih?" Gumam Dafina bermonolog.

      Dafina menolehkan pandangannya ke samping dan pada saat itu pandangannya bertabrakan dengan tatapan Rifqi yang sedang melihat ke arahnya—mungkin. Seketika suara gemercik hujan menjadi senyap yang ada hanya keheningan. Perlahan Rifqi melangkah mendekati Dafina.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Rifqi saat sudah di depan Dafina.

"Upacara bendera," jawab Dafina.

      Rifqi mengerutkan keningnya.

Dafina memutar bola matanya dan membuang nafasnya, "Emangnya ke mall ngapain? Ya kali upacara bendera."

"Rif, siapa dia?" Tanya seorang cewek yang baru datang.

      Tatapan Dafina menatap cewek yang tadi bersama Rifqi. Dafina melihat dari bawah sampai atas, cewek itu sangat cantik.

"Kamu temannya Rifqi?" Tanya cewek itu.

      Dafina hanya diam saat ditanya itu, dirinya tidak tahu hubungannya sama Rifqi itu apa. Kakak kelas dan adik kelas atau teman.

"Irish." Cewek itu mengulurkan tangannya ke Dafina.

"Dafina." Dafina membalasnya.

"Bagaimana kalau lu pulang bareng sama kita? Gak baik gadis pulang sendiri hehehe," ajak Irish.

      Dafina hanya diam ia tidak tahu harus menjawab apa. Irish yang menyadarinya hanya tersenyum.

"Rif, dia boleh pulang bareng sama kita kan?" Tanya Irish ke Rifqi.

"Iya seterah kamu saja," jawab Rifqi.

"Kamu sudah selesai belanja, Ris?" Tanya Rifqi.

Irish itu mengangguk.

"Ya udah kita pulang ya? Udah malam, gue gak mau lu kenapa-kenapa, Dia." Ucap Rifqi.

"Mana barangnya sini? Biar aku menaruhnya di bagasi," tanya Rifqi.

      Dafina hanya melihat mereka berdua. Irish yang tidak mendapat respon dari Dafina, ia keluar dari mobil dan menarik tangan Dafina. Rifqi yang melihat hal itu langsung berlari kembali ke arah Irish sambil membawa payung. Melihat sikap Rifqi yang lain membuat Dafina bingung dan bertanya-tanya, cowok ini memiliki berapa sifat dan karakter.

      Di dalam mobil, Dafina merasa ada yang aneh—sangat aneh yang mengganjal hatinya saat melihat kedekatan mereka berdua.

      Apakah Irish pacarnya Rifqi?

      Mengapa rasanya seperti ini. Perasaan ini bukan perasaan cemburu kan?

➷➷➷➷

      Michelle, Bunga, Cleo merasa khawatir saat melihat Dafina diam. Michelle sudah bertanya kepada Dafina apa yang terjadi. Tapi ia malah tidak dapat apapun.

"Hai Dafina!" Sapa Rayn.

      Dafina menatap Rayn sekilas, lalu menenggelamkan wajahnya di atas meja. Rayn menatap Bunga, Cleo, dan Michelle untuk menjelaskan kenapa Dafina seperti ini. Tapi Rayn malah mendapatkan mereka bertiga mengangkat bahu yang berarti tidak tahu.

"Daf, lu jadi gak belajar bahasa Inggris? Mumpung istirahat kita belajar di perpustakaan," tanya Rayn.

      Dafina mengangkat wajahnya dan menatap Rayn. Memang dirinya meminta Rayn dan teman-temannya untung mengajari bahasa Inggris karena dirinya tidak bisa bahasa Inggris. Bahkan ia hanya hafal beberapa kosakata saja.

      Dafina berjalan duluan dan Rayn menyusul Dafina. Mereka berdua pergi ke perpustakaan untuk belajar bahasa Inggris.

"Kak Rayn!" Panggil Dafina.

"Iya Daf?"

"Kakak pernah mengalami dimana kakak memiliki perasaan terhadap seseorang?" Tanya Dafina menatap Rayn.

"Iya.

"Apakah kakak tahu perbedaan dari rasa sayang, rasa suka, cinta?" Tanya Dafina.

"Lu kenapa nanya itu? Ada apa, Daf?" Tanya Rayn.

"Tidak usah bertanya balik. Jawab saja pertanyaanku."

"Rasa suka dan cinta itu sangat berbeda. Rasa suka itu kita menyukai seseorang tapi tidak memiliki rasa cinta dan bisa saja suatu saat jika sudah tidak suka sama orang itu, kita bakal pergi. Memang ada perasaan cemburu juga tapi itu cuma sesaat," jelas Rayn.

"Kalau cinta... cinta itu tumbuh dari rasa sayang dan rasa cinta. Jika kita sudah mencintai seseorang, maka kita akan mencintainya dan tidak rela banget dia sama orang lain," lanjut Rayn.

"Kalau rasa sayang?" Tanya Dafina.

"Kalau rasa sayang, kita bakal menyayangi orang itu. Tapi ada juga yang hanya sayang tapi tidak memiliki perasaan suka maupun cinta," jawab Rayn.

"Bagaimana cara mengetahui apakah kita mencintai atau menyukai saja atau hanya sayang saja?" Tanya Dafina.

"Itu hanya bisa dijawab oleh diri sendiri. Ada yang mengetahui cepat dan ada juga yang mengetahui lama," jawab Rayn.

"Apakah aku hanya suka atau cinta atau sekedar sayang ke dia?"

➷➷➷➷

      Keesokannya Dafina kembali menjadi dirinya sendiri dan membiarkan waktu yang memberikan jawabannya.

"Hai Daf!" Sapa Rayn.

"Iya kak?" Sahut Dafina.

"Nanti sore sibuk gak?" Tanya Rayn.

"Gak tahu deh kak. Emang kenapa?"

"Kalau gak sibuk kasih tahu ya. Soalnya gue mau ngajak lu makan malam," jawab Rayn.

"Oke sip."

"Ya udah gue balik ke kelas udah mau masuk. Bye cantik," ucap Rayn sebelum pergi.

➷➷➷➷

      Dafina memakai pakaian yang cukup simpel dan nyaman ke dirinya. Dafina menatap dirinya dan melakukan selfie mirror.

"Kak, itu temannya sudah datang," teriak Fani—Mamanya

      Dafina mengambil tasnya dan keluar menuju Rayn yang menunggunya. Cowok itu hanya memakai baju yang simple tapi menambah kesan cool.

      Rayn membukakan pintu mobil untuk Dafina. Dafina tersenyum atas perlakuan kakak kelasnya itu. Mobil melaju ke suatu restoran yang sudah dipilih oleh Rayn. Dafina sekali lagi tersenyum saat Rayn membukakan pintunya.

      Mereka duduk di lantai dua—bangku yang sudah dipilih oleh cowok itu. Beberapa pelayan datang sambil membawa hidangan.

"Kayanya pelayan itu salah bawa deh. Soalnya kan kita belum pesan apa-apa," kata Dafina.

"Gue sudah memesannya sejak kemarin dari tempat sampai hidangannya," ucap Rayn tersenyum.

"Hmm lu udah mempersiapkan semuanya dari kemarin?" Tanya Dafina tidak percaya.

Rayn mengangguk.

"Kalau gue menolaknya?" Tanya Dafina.

"Gw batalin semuanya," jawab Rayn.

"Batalin semua? Kasihan mereka udah mempersiapkannya malah dibatalin. Yang ada mereka rugi," omel Dafina kesal.

"Sebenarnya restoran ini milik keluarga gue dan gue sebenarnya mau mengosongkan restoran ini supaya hanya kita berdua. Tapi sayangnya ya gitu deh. Jadinya gue cuma bisa kosongin yang lantai dua hehehe," ucap Rayn datar.

"It's okay. Gue malah berterima kasih atas kerja keras lu ini," ucap Dafina tersenyum.

      Mereka makan berdua—hanya berdua tanpa ada orang lain. Mungkin kalian sebut ini yang namanya kencan. Tapi Dafina tidak berpikir kalau ini kencan melainkan makan malam seperti biasa.

      Dafina hanya tersenyum melihat perlakuan Rayn yang memperlakukan dirinya seperti Princess. Dafina sudah menolak untuk diperlakukan seperti ini, Tapi Rayn bersih keras jadi mau tidak mau Dafina harus menerimanya. Rayn menuntun Dafina saat turun dari tangga. Bukan sampai sana saja, Rayn menuntut Dafina sampai ke luar. Rayn menyuruh satpam membawakan mobilnya di lobby restoran saat mereka selesai makan malam.

"Silahkan masuk Princess," ucap Rayn membukakan pintu mobil untuk Dafina.

      Di sisi lain seorang cowok memperlihatkan mereka. Rifqi mengepal tangannya saat melihat Rayn dan Dafina berduaan.

"Apakah ini yang namanya cemburu? Kenapa gue cemburu saat dia bersama yang lain?"

➷➷➷➷

      Hari ini adalah hari Jum'at, hari dimana semua murid dari semua jurusan melakukan senam bersama di lapangan. Dafina duduk di bangku yang berada di pinggir lapangan, teman-temannya sedang di kantin.

"Hai cewek sendirian aja," goda seseorang.

      Dafina langsung menoleh ke arah sampingnya, di sana ada Rifqi. Dafina buru-buru bangun dari tempat duduknya, tetapi Rifqi menahannya seolah mengisyaratkan untuk Dafina berada di tempatnya. Dafina kembali ke tempatnya, tidak ada yang terpikirkan saat itu, dia benar-benar tidak mau berurusan dengan cowok itu.

"Kenapa lo selalu seperti ini sama gue?" Tanya Rifqi sambil menaikkan satu alisnya.

      Dafina diam, dia bingung harus menjawab apa sama cowok yang di sampingnya.

"Apa gue kaya monster?"

      Iya! Monster yang paling menyeramkan dan menyebalkan yang selalu menyeret Dafina ke perasaan yang sulit dimengerti.

"Enggak."

"Gue ganteng."

"Iya."

      Dafina yang baru ngeh langsung menutup mulutnya. Sementara Rifqi terkekeh pelan mendengar jawaban dari Dafina. Rifqi menatap cewek yang di sampingnya ini. Cewek ini memiliki kulit sawo matang, cukup manis, terkadang cerewet dan judes, terkadang juga menjadi polos seperti anak kecil, sederhana, mempunyai mata belo. Jika Rifqi membandingkan dengan cewek-cewek di sekolah ini, Dafina kalah cantik dengan mereka. Tapi Rifqi tidak ingin membandingkannya dengan siapapun.

"Lo cantik," kata Rifqi menatap Dafina.

"Aamiin. Makasih."

"Tapi lebih cantik Irish."

"Gue tahu."

      Rifqi meraih wajah Dafina agar melihat ke arahnya, mereka bertatapan cukup lama. Entah apa yang dilakukan Rifqi, tapi dia memperhatikan wajah Dafina seksama.

"Kenapa?" Tanya Dafina merasa risi di perhatikan seperti itu.

"Mata lo bagus," jawab Rifqi sambil tersenyum.

      Dafina menyukai senyuman itu. Entah sejak kapan dia menyukainya. Mungkin Rifqi sedang sombong dengan memperlihatkan senyumannya itu.

"Kenapa lu suka sama mata gue? Padahal mata gue biasa-biasa aja," tanya Dafina.

"Mata gak pernah bohong, sama kaya hati."

      Sejak kapan Rifqi sudah menjadi quotes seperti ini. Rifqi cowok ketus, playboy, badboy, bandel kenapa bisa berubah seperti ini.

"Gue udah berusaha membuka hati gue."

      Dafina diam, mempersilahkan Rifqi melanjutkan ucapannya.

"Lu gak nanya buat siapa gitu?" Tanya Rifqi.

"Buat siapa?"

"Buat seorang cewek," jawab Rifqi.

      Dafina memutar bola matanya mendengar jawaban Rifqi. Untung ganteng.

"Lu curhat?"

      Rifqi menghela nafasnya gusar, dia lupa kalau Dafina sedikit telmi & lemot.

"Iya."

"Ya udah lanjutin gih."

"Gue gak tahu ini namanya suka atau cinta. Yang jelas gue memiliki perasaan ke seorang cewek, tapi cewek itu tidak memiliki perasaan ke gue. Asumsi lo tentang gue orang pemaksa, itu salah." Rifqi langsung bercerita.

      Asumsi Dafina hanya dilihat dari penampilan, karakter dan sifat, gaya bicara seseorang untuk menilai orang.

"Hati lu sakit?" Tanya Dafina.

Rifqi mengangguk.

"Gue juga sakit," ucap Dafina.

      Rifqi mengernyitkan dahinya, tidak mengerti yang dimaksud perkataan Dafina.

"Dulu gue menyukai seorang cowok tapi cowok itu tidak memiliki perasaan ke gue. Dan lebih sakitnya dia gak pernah nganggap gue," ucap Dafina.

"Lebih begonya gue malah ingin bersamanya. Waktu lulus dari SMP, gue ingin masuk ke SMA yang sama dengan 2 cowok itu atau salah satu dari mereka. Tapi Tuhan tidak mengizinkannya dan gue malah masuk SMK ini," lanjut Dafina

      Dahi Rifqi bergelombang, Dafina terlalu lebay karena hanya cowok. Ah, cewek hanya karena perasaan semuanya dianggap berlebihan. Apa tidak bisa diselesaikan secara baik-baik? Apa semua cewek seperti itu?

"Terus lo masih memiliki perasaan buat cowok itu?" Tanya Rifqi.

      Dafina diam, ia bingung harus menjawab apa. Dia juga tidak tahu apakah masih memiliki perasaan ke cowok itu atau tidak.

"Sudah tidak usah di jawab. Gue juga pernah ngalamin seperti lu," kata Rifqi.

      Rifqi memeluk Dafina. Entah kenapa Dafina tidak menolaknya malah menerimanya.

➷➷➷➷

      Rayn menghampiri Michelle, Bunga, dan Cleo di kantin, dia duduk di depan tiga cewek itu.

"Dafina mana? Gak sama kalian?" Tanya Rayn to the point.

"Dia gak mau ikut kita ke kantin," jawab Cleo.

"Kita gak tahu Fina dimana," jawab Michelle.

"Oke thanks."

      Rayn pergi dan mencari Dafina. Rayn ke kelas Dafina tapi cewek itu tidak ada. Rayn cemas ia takut terjadi apa-apa dengan cewek yang ia sayangi. Rayn berjalan di koridor dekat lapangan, ia mendengar suara yang sangat familiar. Dia mencari sumber suara itu darimana.

      Rifqi dan Dafina duduk di bangku yang pinggir lapangan dan mereka berpelukan. Saat Rayn melihat itu, ia mengepalkan tangannya. Ia tidak rela, cewek yang ia sayangi direbut oleh cowok lain.

"Gue cemburu lo dekat sama cowok lain."

➷➷➷➷

Helo hacin 🤗🤗

Bagaimana kabar kalian semua?

Ada yang kangen cerita ini? Tidak ada ya 🌜🌛.

Bagaimana chapter ini? Ah, pasti sangat gak jelas ya? Maafin author ini yang gak jelas 🌚🌝. Karena author masih polos 🙃🙃.

Jangan lupa tinggalkan vote ⭐ & Comment 🙏🏻🙏🏻

Terpopuler

Comments

Mey'Mey Umay

Mey'Mey Umay

hacin apa si thor?

2019-12-14

0

The moon🌙

The moon🌙

bagus thor semangat

2019-12-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!