Part 14

Ke keesokan harinya, pagi-pagi sekali Maura sudah begitu sangat rapi, ia memutuskan untuk berangkat bekerja lebih awal, karena ia benar-benar sudah malas untuk di rumah lama-lama. Maura dengan cepat menuruni anak tangga, namun saat ia akan tiba di lantai satu, ia melihat ayahnya, nyonya Geraldine dan kak Dinda sedang menikmati sarapan di pagi hari.

Tuan Guntoro yang melihat putri bungsu nya sudah keluar dari kamar pun seketika mencoba mendekat dengan di ikuti nyonya Geraldine di belakangnya. "Maura.. kamu sudah bangun nak, ayo sarapan dulu, kamu pasti lapar karena dari kemarin tidak makan." ucap tuan Guntoro kepada putrinya.

"Tidak pa.. Maura sedang buru-buru karena ada pasien mendadak." tolak Maura.

"Maura.. kamu ini sebenarnya kenapa sih, papa bingung harus berbuat apa kalau kamu tidak cerita sama papa."

"Maura tidak kenapa-kenapa pa.. Maura hanya sedikit tidak enak badan saja."

"Kamu sakit, kalau kamu sakit tidak usah berangkat bekerja, biar papa yang bicara sama pak Hendra direktur kamu, kalau kamu izin hari ini."

"Tidak pa.. Maura tidak apa-apa.. sudah Maura berangkat kerja dulu." Maura yang kembali melangkahkan kakinya.

"Maura.." teriak tuan Guntoro namun Maura tidak mengindahkan lagi panggilan ayahnya.

Kak Dinda yang melihat perilaku Maura pun seketika mengejar Maura dan langsung menarik tangan Maura begitu saja. "Maura.. papa sedang bicara dengan mu, kenapa kamu tidak sopan sekali dengan papa." kak Dinda yang menarik tangan Maura begitu kasar.

"Apa-apaan sih kak, sakit tauk." Maura yang meringis kesakitan.

"Papa itu perhatian sama kamu, tapi kamu malah tidak sopan sepeti itu, sejak kapan kamu bersikap tidak sopan seperti itu."

"Memang aku tidak sopan bagaimana, bukankah aku sudah bilang aku sedang buru-buru karena ada pasien, apa itu kurang jelas." sahut Maura.

"Setidaknya kamu pamit sama papa dan mama, bukan nyelonong begitu saja."

"Sejak kapan kakak bersikap sebijak ini?." tanya Maura.

"Maura!." teriak kak Dinda.

"Apa.. sudah deh kak, aku mau kerja, jadi jangan menghalangiku!."

"Plakkk!." Maura yang seketika mendapat tamparan dari kak Dinda. "Aku ini kakak mu, berani-beraninya kamu membentak kakak."

Tuan Guntoro yang melihat kedua putrinya beradu mulut pun seketika terkejut, apa lagi baru pertama ini tuan Guntoro melihat Dinda menampar adiknya. Tuan Guntoro pun menjadi panik ada apa dengan kedua anaknya, tidak biasanya mereka berantem seperti ini.

"Semua yang ada di rumah ini jahat, aku benci berada di rumah ini, setelah mama berselingkuh dengan Panji, dan sekarang kakak bersikap seperti ini kepadaku, aku benci kalian semua!." teriak Maura lalu berjalan pergi keluar rumah begitu saja sambil menangis.

"Maura.." Kak Dinda yang merasa bersalah karena telah menampar adiknya.

Kak Dinda pun berlari untuk mengejar Maura. "Maura.. Maura.. maafkan kakak dek, kaka tidak sengaja menampar kamu." kak Dinda ya menarik tangan Maura.

"Lepasin... aku benci sama kakak." Maura yang terus menangis.

Tuan Guntoro yang mendengar ucapan Maura barusan semakin terkejut, bagaimana bisa Maura berbicara kalau mamanya selingkuh dengan Panji. Nyonya Geraldine yang masih berdiri di samping suaminya seketika merasa ketar-ketir, bagaimana kalau suaminya tahu, bahwa dia berselingkuh dengan Panji tunangan Maura.

Tuan Guntoro pun berjalan mendekat ke arah Maura dan juga kak Dinda, dengan di ikuti nyonya Geraldine di belakangnya. "Apa maksud dengan ucapan kamu Maura?." tanya tuan Guntoro.

"Tidak pa.. Maura hanya salah bicara saja." sahut kak Dinda yang tidak ingin ayahnya terluka karena ucapan Maura barusan, karena menurut kak Dinda, Maura hanya halu saja.

"Maura jujur sama papa.. apa yang kamu katakan barusan, jangan ada yang di tutup-tutupi."

"Panji dan mama mempunyai hubungan dekat pa, mereka berdua pacaran, bahkan mereka berdua saling bertemu, dan kemarin Maura melihat mereka berdua pergi ke Hotel, tidak hanya Maura yang melihatnya pa, Teman-teman Maura juga." jelas Maura.

"Tidak pa.. itu tidak benar.. mama dan Panji tidak mempunyai hubungan apapun, kita dekat biasa, apakah salah calon mertua dan calon menantu itu dekat." sahut nyonya Geraldine.

"Bohong.. mama bohong pa.. papa harus percaya sama Maura, karena Maura melihat mereka berduaan, bahkan saling berpelukan."

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau mama kamu mempunyai hubungan dengan Panji?." tanya tuan Guntoro.

"Kemarin Maura tidak sengaja bertemu mama dan Panji di jalan, dan mereka satu mobil berdua, dan Maura mencoba mengikuti mereka, dan ternyata mama dan Panji pergi ke hotel." jelas Maura.

"Apa benar yang di katakan Maura, Geraldine?." tanya tuan Guntoro kepada istrinya.

"Tidak pa.. itu tidak benar, papa tahu sendiri kan kalau mama kemarin kerja, dan Panji juga sibuk kuliah, dan jika di pikir-pikir mana mungkin pa mama suka sama berondong kaya Panji, mama masih waras, mana mungkin mama mengambil tunangan anak mama sendiri." sangkal nyonya Geraldine untuk meyakinkan suaminya.

"Kenapa mama bohong sama papa ma?." Riri yang menatap kearah mamanya.

"Bohong apa Maura, mama berkata jujur, mama dan Panji tidak ada apa-apa, apakah salah juga jika mama dekat dengan calon menantu mama, lagi pula apa kamu punya bukti kalau mama dan Panji selingkuh?." tanya nyonya Geraldine kepada mamanya.

"Mama benar-benar tega sama Maura, bahkan mama juga tega membohongi papa dan juga kak Dinda, Maura akan buktikan bahwa perkataan Maura itu benar tidak bohong." ucap Maura dengan tegas.

"Sudah Maura.. cukup.. kamu itu hanya salah lihat, yang kamu lihat itu bukan mama dan juga Panji." sahut kak Dinda.

"Lalu kakak kira aku halu, atau gila, kakak kira aku mengarang cerita, ini bukan sinetron kak!." Maura yang menatap ke arah kakaknya. "Jika memang aku mengada-ada aku tidak akan mau bertunangan dengan Panji, andai saja aku tahu lebih awal, aku tidak mau di lamar oleh laki-laki brengsek seperti Panji."

Tuan Guntoro yang terus mendengar perkelahian di keluarganya pun seketika membuat dadanya sakit. "Aaaa.." tuan Guntoro yang seketika merasa kesakitan.

"Papa.." kak Dinda yang panik melihat ayahnya, kak Dinda pun segera meraih tubuh sang ayah yang seketika menjadi lemas.

Maura yang melihat ayahnya, tidak lagi mengindahkan nya, Maura benar-benar muak tidak ada yang percaya dengan ucapannya, ia langsung berjalan pergi begitu saja keluar dari rumah. Sedangkan kak Dinda dan nyonya Geraldine sedang membantu tuan Guntoro untuk masuk ke dalam kamar.

"Ayo pa.. kita ke kamar dulu." ucap kak Dinda.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

liat aja bentar lg tu perut gendut, dasar mm apa tuh. ngk punya moral

2025-03-26

0

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

waduh papa Maura kena serangan jantung

2025-03-12

0

Khairul Azam

Khairul Azam

dokter kan? tp kenapa bego, yg nulis ini

2025-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!