Part 19

Semakin di larang, justru Geraldine tambah semangat melakukannya. Ia meraih gelas yang dibawakan oleh Andrew, lalu menunjukkan pada Roxy yang tengah berdiri di hadapannya.

“Kenapa aku tak boleh meminum ini?” tanya Geraldine.

“Dia sudah mencampur itu dengan sesuatu.”

“Oh, ya?” Geraldine nampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan. “Memangnya apa yang dia masukkan ke dalam sini? Racun?”

“Bukan, lebih buruk dari itu.”

“Lantas?”

“Cairan yang bisa meningkatkan gairah bercintamu.”

Geraldine menaikkan sebelah alis, melirik ke arah Andrew. “Benarkah?”

“Tentu saja tidak, untuk apa aku melakukan itu?” elak Andrew. Ia mendelik kesal ke arah Roxy karena mengacaukan rencananya.

Dua bola Geraldine kembali terfokus pada mantan penghangat ranjangnya. “Kau dengar jawabannya? Katanya tidak.” Ia lalu menertawakan Roxy dengan sangat nyaring. “Apa kau sengaja mengatakan hal itu karena cemburu?”

“Ya! Aku tak senang melihatmu bersama pria lain!” Jujur sekali Roxy. Meskipun di wajahnya hanya tergambar sosok datar, tapi di situlah letak yang mampu menggetarkan jiwa Geraldine. Tidak pernah basa-basi.

“Kalau begitu, mari kita buktikan ucapanmu.” Geraldine meneguk habis minuman yang diberikan oleh Andrew. Bahkan sampai memperlihatkan kalau dalam gelas sudah kosong tak bersisa, meletakkan ke atas meja lagi, dan tak lupa tersenyum sinis bagaikan devil seperti sebutan Roxy padanya. “Lihat, aku baik-baik saja.”

“Ya, sekarang kau memang baik-baik saja, tapi tunggu sampai obat yang masuk ke dalam tubuhmu itu bereaksi.” Roxy harus menyelamatkan Geraldine sebelum wanitanya memohon pada pria bedebah itu. Dia tidak akan rela kalau sampai ada orang lain menyentuh miliknya.

“Lepas!” sentak Geraldine saat merasakan tangannya ditarik paksa oleh Roxy.

“Pulang! Di sini tidak aman untukmu!” tegas Roxy. Matanya sudah menyorot tajam. Pertanda dia tidak mau dibantah.

“Aman atau tidak, bukan urusanmu!” Geraldine mendorong dada bidang Roxy hingga pria itu sedikit terhuyung ke belakang. “Jangan ganggu kesenanganku! Urus saja masalahmu sendiri, kita sudah bukan siapa-siapa lagi!”

Andrew segera berdiri juga, dia mendorong kasar tubuh Roxy agar menjauh. “Apa kau tak dengar yang dia ucapkan? Pergi dari sini!”

Tangan Roxy terkepal kuat, rasa amarahnya kini mulai terpantik. Ia mencekik leher pria yang berani mendorongnya. Tatapan mata mendelik dengan wajah sedingin kutub utara. “Jika sampai kau berani menyentuh wanitaku, jangan harap bisa hidup bebas di dunia! Aku adalah orang yang akan membunuhmu! Kau pikir aku tak mendengar rencana busukmu, ha?!”

Aksi Roxy yang mencekik Andrew membuat semua orang menjadi terfokus pada mereka. Geraldine sampai menghela napas kasar karena ia menjadi pusat tatapan pengunjung di club malam itu.

Decakan kesal keluar dari bibir Geraldine. Dia pun mendekati Roxy yang masih mencekik Andrew. “Lepaskan dia! Kau bisa membunuhnya!” Tangannya mencoba melerai. Tapi, otot kuat Roxy sangatlah sulit dikalahkan.

“Aku tak akan melepaskan bedebah seperti dia! Melindungimu adalah kewajibanku!” tegas Roxy. Cekikannya sampai membuat Andrew terbatuk dan mulai kesulitan bernapas.

“Le—pas.” Andrew mencoba menarik tangan Roxy. Suaranya bahkan tidak keluar dengan jelas.

“Katakan pada Geraldine, kau memiliki rencana buruk, ‘kan?” Roxy mulai mengintimidasi.

Andrew mengangguk. “Y—a.”

Tatapan Roxy kini tertuju jelas pada Geraldine. “Sekarang, kau percaya padaku?”

Sejak awal juga Geraldine percaya pada Roxy. Tapi dia memang sengaja bersandiwara seolah meremehkan informasi dari pria itu. Lagi pula, jika efeknya adalah gairah bercinta yang meningkat, tentu saja menguntungkan baginya karena ada alasan untuk memohon pada Roxy supaya membantu meredakan efek obat tersebut. Sudah lama ia merindukan berada di atas ranjang bersama pria itu. Tapi, ternyata justru membuat Roxy marah.

“Dia sudah mengaku, sekarang lepaskan!” titah Geraldine. Dia tak mau Roxy sampai membunuh orang di depan umum, malas saja berurusan dengan pihak berwajib.

“Tidak, manusia seperti ini harus ku binasakan supaya tak mengganggumu lagi.”

Geraldine menghela napas berat. Jika Roxy sudah mode marah seperti saat ini, sangatlah sulit untuk dibujuk. Maka, cara yang paling mudah menurunkan amarah adalah, mencium pria itu.

Geraldine berdiri di depan Roxy. Ia menyatukan bibir dengan pria itu. Mencium di depan semua orang agar Roxy tidak sampai membunuh Andrew.

Terpopuler

Comments

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

Ya ampun Geraldine...

2024-03-19

0

IbuNaGara

IbuNaGara

😲😲🤭🤭

2023-11-25

0

Diana diana

Diana diana

oalaaaaaaahhhhh . .

2023-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!