Tiga hari sejak Ryan dan Rani "jadian" versi mereka, benar-benar mereka habiskan untuk melakukan aktivitas berdua selayaknya pasangan kekasih pada umumnya.
Mereka berlama-lama ngobrol di Cafe, menonton bioskop, belanja di Mall, bahkan mengunjungi beberapa tempat wisata. Malamnya, mereka habiskan untuk sekedar bercerita tentang diri masing-masing hingga mereka terlelap.
Dan hari itu adalah hari terakhir Rani cuti, sekaligus hari terakhir Rani mengenakan splint di tangannya. Karena rasa nyeri di tangan Rani sudah reda, maka dokter memutuskan untuk melepasnya, dan membiarkan tangan Rani untuk beraktivitas seperti biasa.
Setelah splint di lepas, Rani melambai-lambaikan tangan kanannya ke arah Ryan seolah ingin menunjukkan kebebasannya, namun Ryan justru mengerucutkan bibirnya sambil memikirkan sesuatu.
"Kok Mas Ryan cemberut gitu? Nggak suka ya Rani sembuh?" tanya Rani sambil mencubit hidung suaminya.
"Mas lebih suka tanganmu sakit, tau. Jadi mas bisa membantumu mandi, pipis, BAB dan membantumu memakai pakaianmu," jawab Ryan jujur.
"Ihhh, jahat," ucap Rani sambil mencubit perut Ryan kemudian pergi menahan malu.
Ryan hanya tertawa saja melihat tingkah ibu pejabat yang ketika di depannya berubah menjadi gadis menggemaskan itu.
***
Setelah masa cuti Rani selesai, mereka beraktivitas seperti biasa. Rani menyibukkan diri dengan urusan kantor, begitu juga dengan Ryan. Walaupun Dewangga Group belum sepenuhnya Ryan pegang karena sang papa masih terjun langsung, tapi hampir semua urusan dan kebijakan perusahaan sudah diambil alih oleh Ryan. Arya pun sekarang lebih sering melayani urusan Ryan dari pada urusan Tuan Prabu.
"Mas, besok Rani ada dinas luar," ucap Rani tiba-tiba.
"Kemana?" tanya Ryan sambil mengernyitkan keningnya.
"Bali," jawab Rani singkat.
"Berapa hari?" Ryan bertanya, seperti aparat yang sedang menginterogasi.
"Empat malam, Mas,"
"Nggak usah berangkat!"
"Kenapa Rani nggak boleh berangkat?" Rani protes sambil mengerucutkan mulutnya.
"Kita kan baru saja menikah. Bahkan baru tiga hari ini kita jadian. Masak kamu tega ninggalin Mas sendirian?" jawab Ryan tak mau kalah.
"Kita kan masih punya banyak waktu untuk bersama, Mas. Rani pergi hanya 4 malam saja kok," tawar Rani yang mulai kesal dengan suaminya.
"Mereka juga maklum kalau kali ini kamu izin. Kita kan masih pengantin baru," jawab Ryan asal.
"Ihhh, nggak bisa gitu dong, Mas. Ini kan tugas negara," Rani berusaha protres.
Ryan mendesah, membayangkan seperti apa galaunya empat malam tanpa istrinya itu. Tp sudah resiko, punya istri pejabat pasti akan sering ditinggal-tinggal. Dan Ryan harus siap.
"Ya sudah, kamu boleh berangkat dengan satu syarat. Maksimal satu jam sekali kabarin Mas, posisi kamu sedang dimana, ngapain dan sama siapa," putus Ryan kemudian.
Rani yang mendapatkan angin segar segera menghambur ke arah suaminya dengan girang. Apapun syaratnya, Rani rela melakukannya. Setidaknya setelah satu pekan cuti, Rani bisa melepas rindu dengan segala aktivitas kantor yang selama ini selalu membuat Rani menikmati setiap dilema dan kesibukannya.
Dan malam itu Rani memutuskan untuk tidur lebih awal karena pagi-pagi dia sudah harus sampai Bandara. Dia dan teman-temannya mengambil jadwal penerbangan pagi, sehingga mau tidak mau selepas sholat shubuh sudah harus siap berangkat dari rumah.
Ndreet-ndreet....
Tiba-tiba hp Rani bergetar. Ryan yang melihat istrinya tidak bergeming dari tidurnya, tiba-tiba iseng ingin melihat pesan siapa yang masuk.
Di raihnya hp Rani yang ada di meja samping tempat tidur, kemudian segera dia geser layar hp yang tanpa mode pengaman itu.
Dia buka pesan whatsapp, ada banyak pesan yang belum dibuka disana. Tapi waktu itu Ryan lebih terfokus pada chatt teratas.
"Dari Hengky," guman Ryan dalam hati.
"Hallo pengantin baru. Sampai ketemu besok ya. Jangan lupa bawa pakaian olah raga. Seperti biasa kita lari pagi bersama," Ryan mulai membaca isi pesan Hengky.
Melihat pesan itu, entah kenapa Ryan jadi sangat penasaran dengan kedekatan mereka selama ini. Karenanya, dia terus menggeser layar ke bawah sehingga pesan-pesan di atasnya bisa dia baca.
"Gimana tanganmu, masih sakit?"
"Kangen nihhh. Lama nggak diskusi. Ketemuan yuk!"
"Kok nggak keluar makan? Mau makan apa? Aku bungkusin ya?"
"Tumben pakai baju warna terang? Cantik lho kalau kayak gitu,"
"Posisi dimana? Aku tunggu di lobby utama Mall,"
"Akhirnya my favorite girl betul-betul menikah. Aku sungguh patah hati."
Dan masih banyak lagi pesan-pesan Hengky yang membuat dada Ryan bergemuruh. Walaupun di setiap pesan itu Rani menanggapi dengan biasa saja dan tidak ada pembicaraan yang mengarah pada hal yang sensitif, tapi melihat pesan seperhatian itu tetap saja mengusik hati Ryan.
Ryan terus scrool ke atas, disana banyak sekali foto yang saling mereka kirimkan. Dari foto-foto itu terlihat kalau Rani sering minta difotokan oleh Hengky, begitu juga sebaliknya sehingga mereka saling mengirimkan hasil jepretan masing-masing. Disana juga terlihat banyak foto mereka bersama teman-teman mereka yang lain, namun mata jeli Ryan fokus pada posisi Rani dan Hengky dalam setiap foto-foto itu.
"Kenapa juga, di setiap foto Hengky selalu berada di sebelah Rani," gerutu Ryan dalam hati.
Dan malam itu menjadi malam yang sangat panjang buat Ryan. Dia memeriksa seluruh pesan Hengky dan pesan-pesan lain yang menurut Ryan wajib diwaspadai. Bahkan setelah menutup dan meletakkan hp Rani di tempat semula, Ryan masih juga terjaga meskipun berulang kali berusaha memejamkan mata.
Pesan demi pesan Hengky yang dikirimkan ke whatsapp istrinya terus muncul bagai slide yang berputar secara bergantian. Belum lagi jika mengingat semua rekan kerja Rani adalah laki-laki, membuat kecemburuan Ryan semakin menyesakkan hati.
"Kenapa sih aku ini?" ucap Ryan sambil membolak-balikkan tubuhnya di tempat tidur karena matanya tidak bisa terpejam juga.
Dan malam itu, Ryan benar-benar menyadari bahwa ternyata cintanya kepada Rani sedemikian besar, hingga dia sendiri sulit menerjemahkan rasa takut kehilangannya dalam bahasa apapun.
Rasa cinta itupun kini riuh bergemuruh memenuhi rongga-rongga dalam hatinya, ketika kecemburuannya menyeruak menyesakkan jiwa. Debaran-debaran di dada yang tiba-tiba muncul dalam hening, kini menyambar dalam cengkraman rasa yang selama ini tak pernah disadarinya.
Dan Ryan baru sadar bahwa dia betul-betul cemburu. Bahkan mungkin dia akan cemburu pada apa saja yang mengusik Rani, walau hanya pada hembusan angin yang menyapu wajahnya. Atau hujan yang bebas menyentuh kulitnya. Atau bahkan baju yang menghangatkannya. Mengapa? Karena Ryan ingin semua yang datang mengusik Rani hanyalah dia semata.
"Tapi apakah Rani juga merasakan apa yang kurasa?" kini kata-kata itu terus menghantui Ryan, seolah tak siap jika jawaban yang ada jauh dari harapannya.
Hal itulah yang membuat Ryan tidak pernah mengatakan kepada istrinya bahwa dia mencintai Rani lebih dari apapun yang ada di dunia ini. Ryan ingin memastikan bahwa cinta itu telah hadir di hati Rani, sebelum mereka saling bicara. Dan sampai saat ini, Ryan belum melihat bahwa rasa itu juga ada dalam hati istri kecilnya. Meskipun semua telah lebih baik, bukankah itu belum bisa menjamin bahwa cinta itu telah hadir dan bersemayam seperti apa yang dirasakannya?
BERSAMBUNG
Catatan:
jangan lupa vote, like, comment dan love ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
aduh ko q jd takut bca.....klw nnti ryan selingkuh gara2 rani sibuk🙈🙈🙈
2023-01-13
0
SariRenmaur SariRenmaur
besarnya cinta yg di miliki ryan utk istrinya
2021-02-23
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir😍
2021-01-14
1