Meysiela Ayudya adalah gambaran kecantikan sempurna seorang wanita. Usianya 28 tahun, hanya terpaut beberapa bulan saja dengan Ryan. Tingginya yang 173 cm, menambah kesempurnaan kecantikannya semakin diakui bagi siapapun yang melihatnya. Apalagi pembawaannya yang lembut dan selalu tampil elegan, membuat setiap mata akan terpukau dan tak mampu memalingkan pandangannya.
Ryan mengenal Meysie saat mengambil S2 nya di Amerika. Waktu itu Meysie mengambil jurusan yang sama dengan Ryan, sehingga pertemuan demi pertemuan di antara mereka memang cukup intens.
Awalnya keterikatan mereka hanya karena mereka berasal dari negara yang sama. Namun lama-lama cinta itu hadir di antara mereka. Ryan yang sempat mengutarakan perasaannya kepada Meysie, justru disambut Meysie dengan jawaban yang menyakitkan hati. Tidak hanya sakit di hati Ryan, tapi juga sakit untuk Meysie.
"Aku bersumpah aku juga mencintaimu lebih dari apapun. Tapi aku benar-benar tidak bisa," ucap Meysie ketika itu, dengan lelehan air mata yang tak mampu tertahan dari matanya.
"Kenapa?" Ryan menatap Meysie dengan tajam, menuntut penjelasan.
"Sebentar lagi aku akan menikah," jawab Meysie sambil berlalu.
Mendengar jawaban Meysie, dunia Ryan seolah berhenti. Ryan sudah kehilangan cinta pertama, sebelum sempat memilikinya. Karena secinta apapun Ryan kepada Meysie, cintanya sudah ada yang memiliki.
Sejak saat itulah kedekatan Ryan dan Meysie merenggang. Meski mereka sudah bersepakat bahwa mereka akan bersahabat selamanya, namun semakin mereka mendekat justru membuat mereka akan semakin tersiksa.
***
Hingga menjelang shubuh, Rani sama sekali tidak bisa tertidur meski sudah sangat berusaha memejamkan matanya. Akhirnya dia beranjak dan mengambil air wudhu. Digelarnya sajadah disamping tempat tidur, dan segera saja dia bermunajat kepada Sang Pencipta dalam sholat tahajudnya.
Ryan yang sebenarnya juga tidak tidur semalaman, memilih untuk tetap memejamkan mata demi membiarkan istrinya menunaikan hajatnya. Tak lama kemudian, isak tangis terdengar dari mulut Rani.
"Semenderita itukah dia menikah denganku? Sebelum ini bahkan dia adalah gadis hebat yang begitu kuat," gumam Ryan dalam hati, sambil tetap membiarkan matanya terpejam dan mendengarkan istri yang baru dinikahinya itu melanjutkan munajatnya.
Isakan yang tadi terdengar lirih, kini semakin keras. Bahkan Rani sudah sesenggukan dalam sujudnya yang panjang. Setelah salam kedua, dia segera menengadahkan tangannya ke atas, seolah ingin segera berkomunikasi dengan Tuhannya.
"Ya Allah, aku kembali dalam sujud panjangku, berharap Kau bisa menetapkan hatiku untuk tawakal dalam setiap jalan yang Kau takdirkan. Sebelum hari ini datang, terus ku tengadahkan tanganku untuk meminta kepadaMu. Jika dia bukan untuk ku, jika dia bukan jodohku, aku meminta kepadaMu agar Kau beri ganti yang lebih baik buatnya dan buatku, sambil aku memperbaiki diriku. Sampai kemarin aku masih meminta kepadaMu. Jika ini bukan masanya, jika ini belum saatnya, aku sungguh memohon agar Kau memberi jarak dan memisahkan kami sejauh pandangan mataku. Namun Kau memberikan jawaban yang lain pada setiap munajatku. Kau terus mendekatkanku dengannya dari segala yang telah memisahkan, Kau juga terus menghancurkan tembok yang selama ini telah merenggangkan. Ya Alloh, yakinkan sekali lagi bahwa dia memang jodoh yang Kau pilihkan. Yakinkan aku sekali lagi bahwa dia adalah orang yang kau tambatkan, untuk menjadi imam terbaik dalam hidupku di dunia dan hidupku di hari setelah kematian. Bantulah aku menjalani hari ini dan hari-hari yang akan datang, dengan menjalani ketentuanMu dengan penuh keikhlasan. Ya Allah, sungguh dalam hatiku tidak ada kesedihan dan kekecewaan, karena aku tau Kau lebih tahu dengan apa yang kubutuhkan. Tapi aku ingin sekali lagi Kau yakinkan Ya Allah, bahwa dia benar-benar imam yang Kau takdirkan."
Mendengar do'a Rani dalam isaknya, tak terasa air mata pun menetes dari sudut mata Ryan. Dalam hati dia berjanji, akan membahagiakan Rani lebih dari dirinya sendiri. Meskipun sampai malam itu Ryan belum memahami perasaannya terhadap Rani, namun perasaan sayang dan ingin menjadi pelindung sekaligus imam buatnya sudah benar-benar terpatri dalam hati dan menjadi keyakinan.
Hingga shubuh datang, Ryan masih membiarkan Rani larut dalam do'anya. Hingga tiba-tiba....
"Mas Ryan, bangun, Mas. Sudah shubuh," Rani beranjak dari duduknya dan membangunkan Ryan.
Ryan yang memang sedari tadi tidak tidur itupun segera beranjak menuju kamar mandi, kemudian bergabung dengan Rani untuk sholat shubuh berjamaah'ah.
Seperti biasa, selepas salam kedua Ryan berbalik sehingga mereka duduk berhadapan, Rani mencium punggung tangan Ryan, dan Ryan mencium kening istrinya.
"Kamu menangis?" tanya Ryan sambil menggenggam erat tangan Rani. Matanya menatap lekat gadis yang sudah menjadi istrinya itu.
Rani menggeleng, namun mata sembabnya tidak bisa berbohong.
"Kamu tidak percaya sama Mas?" Ryan kembali bertanya dengan lembut.
Rani kembali menggeleng, namun kali ini kristal-kristal bening itu tak mampu bertahan di ujung matanya.
"Waktu itu Rani sudah memberi penawaran. Jika Mas Ryan mempunyai kekasih, Rani mempersilahkan Mas Ryan untuk membatalkan pernikahan kita. Waktu Mas Ryan bilang tidak punya kekasih, Rani yakin bahwa mungkin pernikahan kita akan bisa seperti pernikahan pada umumnya. Tapi waktu Meysie datang, Rani bisa melihat tatapan mata kalian. Disana ada cinta, dan kalian tidak bisa berbohong. Seperti apa cerita cinta kalian, Rani tidak tahu. Yang Rani tahu, pernikahan kita tidak dilandasi dengan rasa cinta, seperti cinta diantara Mas Ryan dengan Meysie." entah apa yang membuat Rani seberani itu mengutarakan kegundahannya.
"Apa kau tidak ingat dengan jawaban Mas saat itu? Dengan mantab Mas bilang bahwa Mas tidak punya kekasih dan sama sekali tidak akan membatalkan pernikahan kita. Mas juga bilang bahwa tidak pernah terpikirkan sedikitpun di hati Mas untuk bercerai setelah menikah denganmu. Kamu tahu mengapa? Karna Mas menghargai ikatan suci pernikahan. Soal Meysie, Mas tidak pernah menjalin hubungan dengannya lebih dari seorang sahabat. Pun ketika pernah ada rasa seperti apapun itu, setiap orang pasti punya masa lalu. Dan entah sudah atau belum, yang jelas Meysie akan menikah dengan orang lain," Ryan menjelaskan, sambil menepuk puncak kepala Rani dengan lembut.
Entah apa yang Rani pikirkan mendengar penjelasan Ryan. Benar atau tidak, yang jelas kata-kata itu sedikit membuatnya tenang.
"Kamu masih tidak percaya kepada Mas?" tanya Ryan kembali.
Rani tak menjawab. Hanya anggukan penuh keraguan yang bisa dia lakukan. Melihat istrinya yang terus tertunduk entah apa yang masih mengganjal di hatinya itu, Ryan segera menarik Rani dalam pelukannya, dan mengecup ujung kepalanya berkali-kali.
Meski belum ada cinta di antara mereka, namun pelukan itu membuat keduanya merasa nyaman. Mereka sungguh tak yakin jika nantinya mereka akan saling cinta. Tapi satu hal yang mereka yakini, bahwa perasaan sayang dan saling menghargai akan menjadi pondasi kuat dalam rumah tangga yang dibina.
BERSAMBUNG
Hai Readers
Jangan lupa tinggalin jejak ya. Kasih vote, like, comment n favorit ya. jangan lupa juga kasih rate 5...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 401 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like
2021-02-11
0
Elisabeth Ratna Susanti
10 like plus rate lima duiu ya👍😍❤️
2021-01-13
2
Sufarni Umar
terharu
2020-12-11
3